[ 100DWTD - 21 ]

77.8K 5.7K 562
                                    

Sekian lama nggak update🙆🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekian lama nggak update🙆🙆

CHAPTER 21 - JULID

NORMAL POV






"Maaf, semalam saya berlebihan."

Pandangan Nesa berpindah pada sosok Raden. Raden mengucapkannya dengan nada serak dan pelan. Nesa nyaris terhanyut dalam alur suasana yang diciptakan oleh Raden. Tidak, kali ini ia harus tegas! Sejak awal, Raden terlalu membatasi sikapnya dalam hal apapun. Nesa memalingkan wajah, tadinya sibuk menata rambut kini meletakkan sisir digenggamannya ke permukaan meja rias.

Mereka tidak dalam situasi baik-baik saja. Bahkan, Raden memilih tidur di sofa semalaman. Mengontrol emosinya yang mungkin akan meledak lagi jika tidur seranjang bersama Nesa. Nesa berbalik, kini posisinya duduk sembari menatap Raden yang memasang dasi hitamnya.

"Gini Mas Raden, aku nggak tahu alasan Mas Raden ngotot jadiin aku pasangan, Mas Raden. Bisa ngasih aku waktu buat terbiasa? Aku belum terbiasa sama keseharianku, aku disuruh terbiasa sama kehadiran Mas yang amat baru di hidup aku. Aku rasanya pengen nyerah, aku pengen mohon sama Mas Jacob nepatin janjinya ngejemput aku kalau aku nggak kuat sama hubungan ini." Nesa menjeda ucapannya.

"Aku burung kecil yang belum bisa terbang tapi sayapnya udah lebih dulu dipatahin."

Raden terenyuh, ia menarik napas menenangkan diri. Ia mengikis jarak, berdiri tepat didepan Nesa. Ia mengusak rambut sang istri.

"Maaf, saya nggak bermaksud nyudutin kamu. Saya nggak suka kamu jalan sama cowok selain saya sampai seharian penuh kayak kemarin. Jangan diulang, ya?"

Nesa mengerjapkan mata. Kehabisan kata-kata atas penuturan Raden.

BRENGSEK! REAKSI PAK DOKTER MEMBUAT JANTUNGNYA BERDEBAR-DEBAR.

ARUNA TAMPAR NESA SEKARANG!

Karena, sepertinya hati Nesa telah berlabuh untuk si tukang diagnosis ini. Sudut bibir Nesa berkedut, ia menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Ah, Pak Dokter, mah, jadi pengen ngeraup bibirnya," goda Nesa.

"Boleh, kecup, aja, kalau itu bisa ngurangin marahnya kamu," ujar Raden.

Ia menunduk, hingga jarak wajah mereka hanya bersisa beberapa centi. Tubuh Nesa terpaku, bisa-bisanya ia yang malah terjebak salah tingkah, bukankah biasanya Raden akan murka jika dirinya bertingkah genit?!

Nesa cekukan sekarang.

*****

"Moodnya lagi bagus, Den? Dapet jatah dari bini cantik?"

Raden berdecak ketika Pandy berjalan menghampiri dirinya. Penampilan pria itu memang jauh berbeda dengan dirinya yang menutut kerapihan. Pandy mengenakan kaos biasa sebagai lapisan yang membalut tubuhnya, lalu jas dokter dengan stetoskop disaku jasnya.

100DAYS WITH THE DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang