9 | Basket

4.1K 144 1
                                    


Kisah yang baru saja dimulai akan segera berakhir dengan radar.

Hari ini adalah hari pertandingan basket antar sekolah, yang mana International High School akan menjadi tuan rumah yang berarti pertandingan akan dilaksanakan di sekolah ini.

Cuaca yang cerah sangat mendukung hari yang ramai ini dengan siswa dan siswi yang berlalu-lalang dari dua sekolah yang berbeda sekaligus. Sekala selaku kapten tim basket akan ikut mewakili pertandingan ini, dia akan melakukan yang terbaik setelah menghabiskan tiap waktunya untuk berlatih basket.

Suara riuh sudah memenuhi seisi lapangan basket International School. Termasuk kedua orang yang saat ini tengah berada di antara para penonton pendukung International High School. Jake dan Juan, kedua lelaki itu terlihat menyoraki Sekala yang sedang pemanasan di lapangan sana.

Sorak-sorai dan tepuk tangan terus memenuhi seisi penjuru lapangan sekolah diikuti dengan kedua Tim Basket dari International High School juga Kencana High School yang berjalan beriringan menuju lapangan. Sekala Atmaja, lelaki tampan itu melihat sekeliling sebelum pikirannya kembali fokus pada pertandingan basket yang sebentar lagi akan dimulai.

Suara peluit yang begitu nyaring membuat para murid bersorak lebih heboh. Sekala saat ini fokus mengambil posisi yang pas untuk merebut bola basket yang ada ditangan tim lawan. Tim lawan masih mendribble bola basket hingga pada saat ia akan mengoperkan bola kepada temannya, dengan lihai Sekala merebut bola basket itu dengan sangat mulus.

Kalung bercorak salib yang ada di leher lelaki itu bergerak gontai kesana-kemari saat Sekala berlari sambil terus menddrible bola basket ke arah ring lawan. Tak sedikit yang terus menghadang jalannya dan berusaha merebut bola basket yang ada ditangannya. Namun, bukan Sekala namanya jika tidak bisa mengatasinya.

Sekala melambaikan tangannya, memberi kode sebelum akhirnya ia mengoperkan bolanya kepada Austin teman satu timnya yang sudah berjaga di dekat ring lawan. Bola basket meluncur sempurna ditangan Austin, kemudian dengan sigap ia memasukannya ke dalam ring, mencetak gol sehingga membuat para murid bersorak semakin ricuh.

"Good job!" ujar Sekala sambil menepuk singkat pundak Austin.

Permainan kembali dimulai hingga tidak terasa sudah memasuki babak akhir dengan tuan rumah alias International High School yang memenangkan pertandingan tersebut, total poinnya adalah 10 vs 7. Permainan sudah berakhir tetapi tak sedikit dari para murid yang masih belum meninggalkan lapangan basket. Beberapa dari perempuan yang bergerombol meneriakan nama Sekala berkali-kali, namun sepertinya Sekqla acuh dengan hal itu.

Lelaki bernama Sekala itu berjalan kepinggir lapangan, menenggak botol berisi air mineral hingga tandas.

"Gila, keren banget bestie gue satu ini." Seru Juan sembari menepuk-nepuk tangannya.

Sekala mendelik so acuh, "gue kan emang keren, lo aja yang baru tau."

Juan mendengus, "so ganteng banget lo jijik."

"Lah, lo lupa kalo gue juga ganteng?" Tanya Sekala sambil memainkan alisnya naik turun.

Jake tertawa kecil menyaksikan perdebatan kedua sahabatnya itu. Di saat-saat seperti ini, ia merindukan Callista. Biasanya, perempuan itu selalu ada di antara kedua temannya, sesekali melontarkan candaan yang sama pada Juan dan Sekala.

"Gue mau ke WC dulu, lo berdua mau ikut gak?" Jake berujar dengan santai.

Sekala yang memang sudah lelah karena pertandingan basket, menghela napasnya semakin lelah. "Kira-kira aja ya lo, Jake."

Jake tertawa, "becanda gue." Kemudian pergi meninggalkan kedua temannya yang menggelengkan kepalanya heran di tempat.

Laki-laki bernama Jake itu berjalan melewati koridor yang dua kali lipat lebih ramai dibanding biasanya karena kedatangan siswa dan siswi dari sekolah lain. Banyak para siswi yang melirik dan memujinya tampan secara terang-terangan. Namun sepertinya lelaki itu tak peduli terhadap sekitarnya, ia hanya terus berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya.

Sebelum langkahnya benar-benar berbelok memasuki kamar mandi, seseorang menyenggol bahunya dengan sangat keras membuat Jake mengumpat.

"Lo kalo jalan tuh pake mata, sialan!"

Jake melirik tajam ke arah laki-laki yang menyenggol bahunya mengenakan seragam basket Kencana High School. Jake bisa langsung mengingat bahwa laki-laki ini adalah lawan Sekala saat pertandingan tadi.

Laki-laki itu hanya menganggukan kepalanya sopan pada Jake, "sorry gue nggak sengaja." Ucapnya kemudian tersenyum kearah jake lalu pergi begitu saja.

Jake mengernyitkan dahinya heran, ia melihat lelaki itu tersenyum smirk ke arahnya sebelum benar-benar pergi. Entah apa maksudnya tetapi Jake merasa ada yang tidak beres dengan laki-laki itu.

***

Disisi lain seorang lelaki tampan bertubuh tinggi itu berjalan gontai memasuki kediaman rumahnya yang terbilang cukup luas. Ia bersiul girang di tengah langkahnya yang sangat gontai. Ia membuka pintu berwarna merah, mendatangi seorang gadis yang kini tengah terduduk di sisi ranjang berwarna pink.

Laki-laki itu mendudukan diri disampingnya, mengangkat wajah gadis itu yang sedari tadi menunduk sedih. "Maaf karna udah ninggalin kamu seharian ini, kamu pasti sedih." Ucap lelaki itu kemudian merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

Tak ada jawaban, gadis itu tetap diam seribu bahasa dengan sorot wajah yang datar.

"Kamu bakalan nyesel karena nggak jawab omongan aku." Lanjut laki-laki itu dengan sedikit kesal.

Lelaki itu berdiri, berjalan pergi menuju pintu sambil berbicara. "Keliatannya dia udah bisa lupain kamu, jadi kamu nggak perlu merasa khawatir lagi."

Gadis itu membelalak ketika mengerti maksud arah pembicaraan laki-laki yang ada di dalam kamarnya saat ini. "Maksud kamu apa?"

Laki-laki itu berbalik kembali melirik ke arah gadis cantik itu sambil tersenyum. "Kamu pasti baru aja nyesel kan?"

Napas gadis itu memburu seketika, "aku pengen pulang." Cicitnya dengan suara yang terdengar sangat letih.

"Pulang kemana? Ini kan rumah kamu, sayang." Ucap laki-laki itu sedikit ketus.

Gadis itu berdiri, mengepalkan kedua tangannya dengan kedua mata yang terpejam, kemudian menghela napasnya kasar sebelum kembali membuka kedua matanya.

"Aku capek harus berhadapan sama orang sinting kaya kamu, aku ikut kebawa gila, brengsek!!!" Teriak gadis itu.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi mulusnya, membuat gadis itu mematung tak percaya. "Aku udah selalu peringatin sama kamu, jangan sekali-kali kamu bikin aku marah, karna aku nggak mau nyakitin kamu!"

Gadis itu berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di pipinya. "Kamu bener-bener udah gila." Hinanya takut-takut lelaki itu kembali memukulnya.

Bukannya kembali marah karena di katai gila, justru lelaki itu memeluk gadisnya dengan sangat erat. "Maaf karena udah nyakitin kamu, lagi."

Gadis itu tak membalas pelukannya, ia hanya terisak disana. "Kamu ngga perlu minta maaf kalau pada akhirnya kamu bakalan nyakitin aku lagi."

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang