19 | Forget me not

3.3K 110 2
                                    

Berjalan untuk mencintai sendirian bukan hal yang mudah untuk di lakukan, maka pergilah sejauh mungkin dan aku akan berdiri disini sampai kau kembali.

Pagi ini cuaca begitu cerah, matahari memancarkan sinarnya begitu sempurna. Di bawah terik sinar matahari yang begitu hangat, perempuan bernama Nesya itu berdiri di tepi lapangan. Sudah dua hari yang lalu semenjak insiden itu terjadi, kejadian itu masih selalu terbayang karena seumur hidupnya Nesya tidak pernah mengalami atau mencampuri urusan yang berbahaya terlebih menyangkut nyawa.

Netranya sudah tidak lagi mengawasi keempat siswa yang ia hukum untuk mengelilingi lapangan, melainkan menatap kedua sepatu pantofelnya mencoba mencari hal yang menarik yang tak dapat dirinya temukan.

Sinar matahari yang membuatnya silau sama sekali tidak mengusik dirinya hingga seseorang mencoba menghalangi sinar itu menggunakan kedua telapak tangannya dari arah samping. Nesya sedikit mengadahkan kepalanya, mencoba melihat siapa orang yang berada di sampingnya.

“Pagi bu,” ujar Sekala ketika Nesya berhasil melihatnya.

“Jam sepuluh itu sudah akan memasuki siang hari, Sekala.” Nesya berujar dengan raut wajah datar.

Sekala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Juan ngga bangunin saya bu, dia pergi duluan jadi saya terlambat.” Lelaki itu menjelaskan.

Nesya menggeleng pelan, “jangan alasan Sekala, sekarang kamu keliling lapangan sepuluh kali.”

Lelaki itu membelalak, “banyak amat bu, lima keliling aja saya udah pusing.” Protesnya tak terima.

“Kalo gitu dua puluh,” timpal Nesya.

Laki-laki itu menghela napasnya pasrah, “yaudah sepuluh aja.”

Kemudian tanpa banyak bicara kembali, Sekala berlari ke arah lapangan menyusul keempat orang yang juga sudah mengelilingi lapangan. Namun, tepat setelah Sekala mencapai satu putaran pertama, keempat siswa tadi sudah selesai mengelilingi lapangan dan kembali ke kelas. Jadi saat ini hanya Sekala seorang yang berlari mengelilingi lapangan.

Dari jauh, Sekala melihat Nesya kembali melamun. Pandangannya menatap kosong sambil menunduk, seolah beban yang di tanggungnya begitu berat. Sekala mencoba untuk tidak terlalu peduli, namun entah mengapa itu mengusiknya.

Setelah menyelesaikan sepuluh putaran, Sekala langsung melenggang pergi dari lapangan karena sudah tidak melihat Nesya di tempatnya berada. Ketika langkahnya sudah berada di depan pintu kelas ia urungkan, langkahnya berbalik ke arah kafetaria ketika mendengar suara perutnya sendiri.

Setelah memesan semangkuk ramen dan satu gelas jus jeruk, ia fokus melahap makanannya itu tanpa peduli bahwa ini adalah jam kegiatan belajar mengajar. Tentu saja di kafetaria yang luas ini hanya ada dirinya seorang, dan petugas kafetaria tidak aneh lagi akan hal itu. Namun, biasanya Sekala kemari bersama Jake dan Juan. Kini dirinya sendiri mengingat sudah dua hari Jake tidak masuk sekolah karena harus menjaga Callista. Mengenai Juan, hari ini Sekala belum melihatnya karena entah kesambet setan apa, laki-laki bernama Juan itu menjadi disiplin dan giat dalam mengikuti pelajaran, padahal nilainya sudah selalu sempurna dibandingkan yang lain.

Seseorang membuyarkan fokus Sekala yang sedang makan, yaitu Juan. Dengan santai Juan duduk di hadapan Sekala dengan membawa semangkuk ramen.

“Ngapain kesini, Ju?” Sekala bertanya sedikit heran.

Juan mendelik, “ya menurut lo aja gue disini ngapain.”

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang