17 | Sudah Berakhir

3.1K 107 3
                                    

Jangan berharap terlalu banyak pada kisah cinta yang ditakdirkan semesta, karena cinta yang sebenarnya tidak memiliki akhir yang bahagia.

Sesuai rencana yang sudah mereka susun bersama-sama kemarin, kini Nesya berada di posisinya yaitu di kediaman rumah Mahesa. Setelah kemarin melancarkan aksinya untuk menemui ayah Mahesa yang sedang meeting di salah satu hotel ternama. Setelah menunggu selama satu jam ayah Mahesa menyelesaikan meetingnya, Nesya menemuinya di loby hotel dan berpura-pura menawarkan jasa les bimbel privat dengan sangat meyakinkan membuat ayah Mahesa langsung menyetujuinya tanpa persyaratan apapun, terlebih Mahesa sudah kelas dua belas tak ada salahnya mengikuti les bimbel.

Rumah yang terbilang cukup luas itu membuat Nesya meperhatikan sekeliling. Kini Nesya berada di ruang tamu bersama tuan rumah, yaitu Mahesa. Dirinya membahas jawaban soal bahasa inggris pada laki-laki itu. Sedangkan Mahesa hanya mengangguk-anggukan kepalanya malas. Ia terpaksa mengikuti les privat ini karena keinginan ayahnya yang tiba-tiba. Padahal ayahnya itu sangat sibuk, tetapi bisa-bisanya ia memberikan guru les privat pada Mahesa.

"Iya-iya saya ngerti ko, saya juga jago bahasa inggris, jadi ibu nggak perlu capek-capek ngejelasin kaya gitu." Kesal Mahesa.

Nesya menghela napasnya jenuh, "kalau begitu boleh saya ikut ke toilet sebentar?" Tanyanya memastikan sebelum melancarkan aksinya.

Tanpa menoleh, laki-laki itu kembali mengangguk. "Kamar mandinya ada di ujung lorong sana," jawabnya sambil menunjuk pada arah lorong rumahnya yang begitu megah.

Bukan ke kamar mandi, justru Nesya malah berbelok ke arah kanan lorong. Ia berjalan perlahan-lahan seperi maling. Tepat saat dirinya tengah berjalan, ada beberapa rak buku yang tersusun dengan sangat rapi di pinggir lorong tersebut. Saat Nesya hendak melihat beberapa buku, rak buku tersebut tiba-tiba bergeser seperti pintu yang terbuka.

Nesya melongo tak percaya, dengan sangat penasaran dirinya berjalan masuk kemudian menemukan pintu berwarna merah bertuliskan "My Room".

Sekali lagi, Nesya menoleh kekanan dan kekiri memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Setelah dirasa aman, perempuan itu membuka knop pintu dengan sangat pelan.

Nesya melihat sebuah kamar yang cukup rapih dan luas dari arah pintu yang dibuka tidak terlalu lebar. Netranya mengintai sekeliling hingga jantungnya berdebar saat melihat seorang perempuan dengan balutan dress berwarna putih dengan rambut panjang tergerai yang diberi pita berwarna pink terduduk di kursi dengan tali yang mengikat tubuhnya. Perempuan tersebut memejamkan matanya, entah perempuan itu masih hidup atau tidak Nesya benar-benar gemetar sekarang.

Dengan keringat dingin juga tangan yang gemetar hebat, Nesya mencoba mengetikan sesuatu di ponselnya.

Nesya:
Callisya, dia ada disini. Lorong sebelah kanan, rak buku juga pintu berwarna merah. Jake, cepat kesini.

Tanpa menunggu balasan, Nesya buru-buru kembali menutup pintu itu dengan sangat pelan. Namun saat dirinya berbalik, ia melihat Mahesa sedang bersandar dengan kedua tangan dilipat di dada menatapnya dengan seringai yang mengerikan.

"Saya bilang kamar mandinya ada di ujung lorong, kenapa anda berada disini?" Tanya Mahesa yang terlihat sedang menahan amarah.

"S-saya... "

Belum sempat menjawab, Mahesa melangkah mendekati Nesya dengan memberikan tatapan nyalang.

Sial, Nesya ketakutan sekarang.

Ketika jarak Mahesa dengan dirinya semakin dekat, Nesya menunduk takut namun laki-laki itu menarik dagu Nesya dengan sangat kasar.

"Lo siapa sebenernya, sialan?!" Mahesa berteriak dengan murka membuat Nesya semakin menciut di tempatnya saat ini.

Perempuan itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa takutnya. Ia memanggil nama Jake di dalam hatinya agar segera datang untuk menolongnya. Meskipun mustahil Jake akan mendengar, setidaknya ia percaya bahwa Jake akan melindunginya.

Nesya yang sedang memejamkan matanya ketakutan, mendengar suara keributan dari arah luar. Ia yakin bahwa itu Jake, Sekala dan Juan. Namun ia tak berpikir bahwa Mahesa akan sepintar itu mengetahui rencana Nesya dengan mengirimkan bodyguard untuk mencegat Jake dan kedua temannya agar tidak bisa masuk kedalam sini.

Mahesa yang mendengar Jake menerobos masukpun semakin emosi di buatnya, ia mendorong Nesya dengan sangat keras hingga menghantam meja kayu.

Di sisi lain, Sekala, Jake dan Juan yang sedang bergelut menghadapi bodyguard itupun memanggil nama Nesya sesekali, mencoba mencari keberadaan perempuan itu.

"Jake lo pergi aja, tiga orang ini biar gue sama Sekala yang urus." Ungkap Juan setelah berhasil melumpuhkan satu di antara tiga bodyguard tersebut.

Jake lantas mengangguk kemudian berlari menuju tempat yang Nesya beri tahu melalui pesan singkat. Tak butuh waktu lama, Jake berhasil menemukan tempat tersebut. Betapa terkejutnya ia saat melihat Nesya di dorong dengan sangat keras.

Tanpa aba-aba, Jake berlari ke arah Mahesa memberikan bogem mentah. Mahesa yang tidak terkejutpun menyeringai tipis kemdudian menyerang Jake. Nesya yang kesakitan meringis menyaksikan mereka berdua meninju satu sama lain. Perempuan itu memejamkan mata sambil meringkuk di tempatnya karena sangat ketakutan.

Kini Jake memimpin, ia meninju Mahesa yang sudah terbaring lemas di bawahnya dengan sangat brutal. "Gue bakalan habisin lo, bangsat!"

Sebelum Jake kembali mendaratkan pukulannya, Mahesa menyeringai di bawah sana. "Habisin aja, gue ngga akan nyesel. Karena, gue udah cukup puas ngabisin dua tahun gue bareng Callista."

Jake menatap Mahesa dengan tatapan nyalang, "lo bener-bener brengsek."

Mahesa hanya menatap datar ke arah Jake, "harusnya lo lindungin apa yang udah jadi milik lo Jake. Karena kalau udah ada di tangan gue, selamanya akan jadi milik gue."

Emosinya semakin di ubun-ubun, Jake kembali mendaratkan pukulan kepada Mahesa.

Nesya yang tak tahan dengan umpatan juga suara pukulanpun berusaha menghentikan Jake. "Jake stop, Callista di dalam."

Laki-laki itu segera tersadar kemudian berhenti dirasa Mahesa sudah terkapar dengan lemas. Jake menuntun Nesya berdiri kemudian mereka berdua memasuki ruangan tersebut untuk menyelamatkan Callista.

Jake mematung terkejut saat kini dirinya benar-benar melihat Callista masih hidup. Netranya bertemu dengan netra Callista yang memandangnya penuh kesakitan. Callista berusaha meyebut nama Jake, namun sebuah lakban hitam menutupi bibir mungilnya.

"JAKE AWAS!! AAAKK!!"

Nesya menghempas tubuh Jake ke samping saat melihat Mahesa akan melemparkan vas bunga. Naas, vas bunga itu menganai sebagian pipi kiri Nesya juga tangan kirinya yang berusaha mendorong Jake. Darah segar mengalir di sekujur tangan Nesya, pipinya yang muluspun mengeluarkan darah akibat terkena goresan pecahan vas bunga.

Melihat itu, Jake kembali menghampiri dan meninju Mahesa berkali-kali. Amarahnya semakin membuncah ketika melihat keadaan gadisnya di ikat, mungkin selama bertahun-tahun, itu membuatnya sakit.

Nesya yang tak ingin menghabiskan banyak waktu menahan rasa sakitnya sekali lagi, ia berjalan menghampiri Callista dan membuka tali yang mengikat di tubuh mungilnya.

Kali ini Jake memastikan bahwa Mahesa sudah benar-benar terkapar dengan lemas. Bahkan kini sudah tidak ada pergerakan sama sekali, entah Mahesa mati atau tidak, Jake tidak peduli.

Setelah tali itu terlepas dengan sempurna, Jake berlari, memeluk tubuh mungil Callista dengat sangat erat. Tangis keduanya pecah dalam pelukan yang sangat menyakitkan.

"Jake, aku takut." Cicit Callista yang berada dalam pelukan Jake.

"It's okay, aku disini, semua bakalan baik-baik aja." Ungkap Jake semakin mengeratkan pelukannya.

Di antara banyaknya objek yang ada di dalam ruangan ini, sepertinya hanya Nesya yang tak terlihat oleh keduanya. Tidak, luka di tangannya tidak terlalu sakit di bandingkan dengan luka yang tercipta di hatinya saat ini. Di sisi lain, Sekala yang baru saja tiba menatap khawatir ke arah Nesya yang di penuhi dengan darah. Ia segera menelpon ambulans lalu menuntun perempuan itu agar segera keluar dari sana. 

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang