4 | Arena

5.9K 212 4
                                    

Kenyataan memang selalu menyakitkan meski sekeras apapun berusaha untuk menyangkalnya.

Sorak-sorai penonton memenuhi seisi Arena balapan. Malam yang gelap nan sepi menjadikan kesempatan untuk para anggota geng motor memulai aksinya.

Kedua lelaki bernama Jake dan Reyhan yang sudah berisap dengan motor dan posisinya masing-masing mendominasi arena balapan tersebut. Kedua mata mereka saling menatap tajam satu sama lain, tak lupa dengan mesin motor yang sengaja dibuat suara berisik. Dari balik helm full facenya, lelaki bernama Jake itu tersenyum smirk seolah malam ini ia akan berhasil.

Dari arah samping, Sekala menepuk pelan bahu jake. "Gue yakin malam ini lo bakalan menang," ujarnya dengan sedikit senyuman tulus.

Jake hanya mengangguk mengiyakan, "GOOD LUCK JAKE LO PASTI MENANG!!!" Susul Juan dengan suara teriakan keras hingga mengundang penonton pendukung Jake yang berada disana semakin heboh untuk menyemangati Jake.

Sebenarnya, di arena balap ini tidak bisa sembarang orang masuk. Seperti penonton pendukung yang saat ini datang, Jake maupun Reyhan mengenal mereka semua.

Di sisi lain, Reyhan sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia balapan melawan Jake. Ia tidak tahu kelemahan ataupun kelebihan musuhnya. Ia melakukan ini bukan semata-mata untuk balapan biasa. Alasannya kemarin di pukuli oleh Jake sudah menjelaskan semuanya.

*Flashback on*

Pagi itu setelah mendapat telfon dari seseorang, terlihat Reyhan keluar dari ruangan OSIS dengan ekspresi yang tak dapat dibaca. Ia menelusuri seisi koridor sekolah untuk mencari keberadaan seseorang. Setelah hampir sepuluh menit berlalu, ia menemukan orang yang dicari tepat di tengah lapangan sedang bermain basket dengan kedua temannya.

Ia menghampiri orang itu ke tengah lapang dengan langkah gontai. "Jake, ada yang mau gue omongin sama lo bentar."

Ketiga lelaki itu menoleh namun tidak menghentikan permainan basketnya. "Tinggal ngomong aja lah, gue denger ko."

Reyhan sedikit menghela napas karena ini kali pertama ia mencoba berurusan dengan Jake. "Lo berhenti dulu, ini penting."

Jake yang sedang men-dribble bola basketnya itu ia lempar ke sembarang arah.  "Sepenting apa sampe ketua OSIS repot-repot nyamperin gue?"

Melihat Jake menghentikan permainan basketnya, Satya dan Juan menepi ke sisi ring basket untuk sekedar meminum air tanpa ikut campur urusan apa yang akan Reyhan sampaikan pada temannya itu.

"Ini soal Callista."

Mendengar nama itu, Jake mematung, napasnya tiba-tiba tercekat. Selama hampir dua tahun berlalu, tidak ada yang berani menyebutkan nama itu di hadapan Jake karena nama itu berefek sangat besar untuk jake. Namun, dengan sangat lancang seseorang yang tiba-tiba berbicara dengan Jake sangat berani menyebutkan nama itu.

Sepersekian detik ketika Jake sadar kembali, ia tersulut emosi, ia mendorong bahu Reyhan menggunakan kedua tangannya. "Berani lo nyebut nama itu dengan lancang depan gue?"

Reyhan tersentak kaget, namun ia sudah mengetahui dari awal bahwa respon Jake akan seperti ini. "Santai, lo ngga perlu emosi, atau gue ngga akan kasih tau lo siapa pembunuh Callista yang sebenarnya."

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang