16 | To be honest

3.2K 103 2
                                    

Takdir yang begitu kejam atau aku yang terlalu mencintaimu secara mendalam?


Sepeninggalan Jake dari tempat bermain billiard, laki-laki itu menembus derasnya hujan yang mengguyur bumi sore ini, tanpa perduli jika motor yang di kendarainya kini melaju di atas kecepatan rata-rata. Di balik helm full facenya laki-laki itu terisak. Saat ini ia sangat kesulitan untuk berpikiran jernih, ia lantas membawa motornya kembali menuju sekolah.

Sesampainya disana, ia memarkirkan motornya dan menyimpan helmnya secara asal. Sekolah sudah sepi terlebih hujan masih setia turun dengan sangat derasnya. Laki-laki itu berlari di sepanjang koridor dengan seragam basahnya, membuat lantai yang semula kering menjadi basah akibat ulahnya.

Ketika tangannya berhasil meraih gagang pintu ruang BK, ia membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Namun, tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Ia mengatur napasnya dengan gusar lalu kembali berlari mencari keberadaan Nesya. Saat netranya tak sengaja melihat perempuan itu tengah berjalan di pinggir lapangan dengan membawa payung, ia langsung berlari kesana.

Nesya menghentikan langkah kakinya, menatap seorang lelaki yang kini berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Penampilannya begitu kacau, laki-laki itu menatap Nesya dengan tatapan sendu. Seketika Nesya tertegun, bertanya-tanya dalam hatinya apa yang terjadi pada Jake saat ini. Jake melangkah mendekat ke arah Nesya, hingga kini posisi mereka berdua berada di dalam payung yang sedang Nesya genggam.

Dari jarak sedekat ini, Nesya bisa melihat netra laki-laki itu memerah seperti habis menangis. Namun, yang laki-laki itu lakukan hanya menunduk di hadapannya. "Kamu kenapa, Jake?"

Laki-laki itu menggeleng lesu, "maaf."

Nesya mengernyitkan dahinya bingung, "untuk apa?"

"Untuk semua hal yang ngga seharusnya terjadi pada kita," ujar Jake dengan suara yang sangat pelan bahkan hampir tidak terdengar karena hujan masih turun dengan deras.

"Maksud kamu?"

Jake semakin menunduk merasa bersalah di tempatnya. "Sebenernya saya udah punya pacar."

Hati Nesya sedikit mencelos mendengar penuturan itu, namun tidak sesakit cinta sepihak yang dibayangkan. Nesya tentunya belum jatuh sedalam itu pada Jake. "Jake, itu hak kamu. Lagian kita nggak pacaran, kan?" Perempuan itu bertanya.

Jake memberanikan diri untuk menatap netra Nesya, "tapi saya udah nyatain perasaan saya kemarin, dan ibu juga jawab hal yang sama."

Nesya sedikit terkekeh mengingat kejadian kemarin. "Rasa suka sama seseorang itu wajar, Jake. Perihal kita bisa bersama atau engga, itu ngga penting. Yang penting kita bisa sama-sama lega karena udah saling mengungkapkan."

"Saya nggak tahu kalau ternyata selama ini pacar saya masih hidup. Karena kalau saya tahu, dari awal saya bisa membatasi perasaan saya untuk ibu." Jake semakin merasa bersalah.

Nesya tertegun, "m-maksud kamu?"

Di bawah air hujan yang turun masih sama derasnya, atau bahkan mungkin lebih deras lagi. Jake menceritakan semuanya kepada Nesya tanpa ada yang di tutup-tutupi. Tentang bagaimana semuanya di mulai, hingga saat Jake memilih langkah untuk membuka hatinya dan menyukai Nesya. Ternyata langkah yang Jake pijak salah, di saat lembaran baru ia buka semesta kembali menghadirkan masalalu yang baru saja ia iklaskan kepergiannya.

Jujur, itu menyakiti perasaan Nesya, namun sebisa mungkin perempuan itu tidak memperlihatkannya. Bagaimanapun masalalu akan selalu menjadi pemenangnya di bandingkan orang baru. Nesya menyesal karena telah menyukai laki-laki yang menjadi muridnya itu.

***

Malam sudah tiba, jam menunjukan pukul 19.30. Hujan sudah reda sejak tiga jam yang lalu. Kini Nesya berada di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari sekolah. Setelah mendapat persetujuan dari Nesya bahwa Nesya tidak akan menjadikan masalah itu kedalam sekolah kini di hadapannya sudah ada empat siswa yang ia kenal. Yakni Jake, Sekala, Juan dan Reyhan yang saat ini tengah terduduk canggung di hadapan Nesya.

"Jadi, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Nesya setelah meminum ice americcanonya itu.

Jake menyikut pelan lengan Reyhan yang duduk di sampingnya, "lo yang jelasin."

Kemudian Reyhan menjelaskan dengan panjang lebar dan sangat rinci. Entah bagaimana, Nesya terlihat setuju tanpa perasaan keberatan sama sekali. Setelah Nesya mengerti, mereka kemudian berdiskusi tentang apa saja yang akan mereka rencanakan agar mereka bisa melancarkan aksinya.

Hari semakin larut, mereka memutuskan untuk menyudahinya dan memulai menjalani rencananya lusa nanti. "Kalo gitu saya pulang dulu ya," ujar Nesya kepada keempat muridnya itu.

Jake bangkit dari duduknya, "biar saya antar."

Nesya menggeleng pelan, "ngga perlu, saya bisa pulang sendiri ko."

Mendengar penolakan Nesya, laki-laki bernama Jake itu kembali duduk dengan perasaan bersalah. Ia tahu bahwa ia salah, ia memikirkan perasaannya sendiri tanpa peduli bahwa ada hati lain yang terluka. Jake tahu ia begitu egois, namun laki-laki itu tidak bisa membohongi perasaannya sendiri bahwa ia masih mengharapkan Callista kembali kedalam hidupnya dan melanjutkan semua kisah yang pernah tertunda bersamanya.

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang