14 | Flashback satu

3.5K 100 1
                                    

Kenangan bersamamu begitu membekas hingga rasanya sulit untuk melepas.

Suasana pagi hari cukup membosankan bagi laki-laki yang kini tengah baris di lapangan sekolah. Pasalnya ini adalah hari ketiga dirinya mengikuti kegiatan MPLS di International High School. Setiap harinya sungguh membosankan, ia tidak bisa pergi membolos karena ayahnya yang selaku pemilik sekolah memperhatikannya dengan ketat.

Ia tidak tertarik apa yang Ketua OSIS sampaikan di depan sana, ia menguap berkali-kali di tempatnya berdiri. Netranya yang sibuk memerhatikan sekitar kini justru tertuju pada siswi berambut panjang dengan pita berwarna biru yang ada pada baris pertama perempuan paling depan.

Siswi itu terlihat sangat fokus mendengarkan Ketua OSIS yang sedang berbicara di depan sana. Sesekali menyipitkan matanya karena matahari menyilaukan pandangannya.

Namun tak berselang lama, Ketua OSIS itu mengakhiri pembicaraanya dan langsung membubarkan semua peserta MPLS agar segera kembali pada ruangannya masing-masing. Jake bersama kedua teman barunya Sekala dan Juan berjalan beriringan menuju kelas. Namun, Jake mengurungkan niatnya dan meminta kedua temannya agar ke kelas terlebih dahulu karena lelaki itu harus membuang air kecil.

Setelah selesai dengan kegiatannya, ia mendengar suara dari arah ruang kesenian. Ia ingin menghiraukan namun ketika melewati ruangan itu ia melihat gadis yang tadi ia perhatikan di lapangan sedang berada disana.

"Lo jangan so cantik jadi cewek," ujar salah satu siswi kelas 12 bernama Chindi sambil mendorong bahu gadis itu dengan sedikit kencang.

"Maaf aku salah apa ya, kak?" Tanya gadis itu dengan wajahnya yang polos.

Chindi  berdecih, "ngga usah pura-pura bego deh mentang-mentang di sukain sama ketua OSIS lo jadi ngerasa paling istimewa."

Belum sempat menjawab, teman siswi kelas 12 yang bernama Yujin berbicara. "Sekali lagi gue liat lo ngedeketin ketua OSIS, lo bakalan abis."

"Tapi aku nggak ngedeketin kak Sean, dia yang selalu ngedeket aku duluan." Gadis itu berterus-terang.

"Gue bilang ngga usah so cantik, sengaja lo bilang kaya gitu hah?!" Bentak Chindi lalu kembali mendorong bahu gadis itu hingga tersungkur jatuh.

Napas gadis itu sedikit memburu, ia mengepalkan tangannya dengan kuat kemudian kembali berdiri. "Gue nggak so cantik kak, lo bodoh kalau nggak ngerti maksud gue. Kalo lo nggak mau Sean deketin gue, ya lo harusnya bicara ke Sean bukan ke gue." Ucap gadis itu sedikit takut.

Chindi yang tak terima dengan ucapan gadis itu melayangkan tangannya ke udara, berusaha menampar gadis itu untuk memberinya sedikit pelajaran. Namun, belum sempat tangan itu mendarat pada pipi mulus gadis itu, Jake menghentikannya.

Chindi melotot tak percaya, "lo berlebihan." Geram Jake kemudian menghempaskan tangan Chindi hingga ia tersungkur kebelakang.

Setelah mengatakan itu, ia meraih pergelangan tangan gadis itu lalu membawanya pergi ke belakang sekolah.

Sesampainya disana, laki-laki itu kelabakan sendiri, ia tidak tahu tujuannya membawa gadis itu kesini untuk apa. Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia berbalik meninggalkan gadis itu yang kebingungan.

"Makasih," ujar gadis itu sedikit berteriak hingga Jake menghentikan langkahnya.

Gadis itu berlari kecil ke arah Jake lalu mengulurkan tangannya, "aku Callista."

Jake hanya melirik tangan itu tanpa berniat menjabatnya. "Gue nggak peduli."

Gadis bernama Callista itu terlihat cemberut, "tapi aku mau tau nama kamu."

Jake mengernyit, "lo bisa baca nametag gue."

Callista menggeleng pelan masih dengan ekspresinya yang cemberut. "Aku maunya kenalan."

"Jake, puas?"

Gadis itu tersenyum sambil mengangguk kemudian kembali berbicara, "aku mau jadi pacar kamu."

Jake tersentak kaget, "gue nggak nawarin."

"Tapi aku mau."

"Tapi gue nggak."

Callista melipat kedua tangannya di dada, "aku ga peduli pokonya aku pacar kamu sekarang."

Jake terkekeh sedikit gemas, namun ia berusaha menahan ekspresinya. "Biar apa?" Tanyanya dengan nada yang sangat dingin.

"Biar kamu bisa lindungin aku," jawab Callista dengan sangat polos.

Menghela napasnya pelan sebelum kembali berbicara, "gue nggak bisa lindungin lo."

"Nggak apa-apa, kalo gitu aku yang bakalan lindungin kamu." Ungkap Callista sambil tersenyum ke arah Jake dengan tulus.

Jake tidak bisa menahan rasa gemasnya lagi, "kalo gitu lo cewek gue sekarang." Finalnya membuat Callista kembali mematung di tempat.

Setelah kejadian itu, Callista selalu mengikuti kemanapun Jake pergi. Gadis itu selalu berada di samping Jake kapanpun, bahkan ketika Jake bersama kedua temannya seperti saat ini.

"Sekala jangan ajakin Jake bolos, okey?"

Sekala mengernyit bingung, "lah yang ngajak bolos Jake, bukan gue. Ga percayaan banget sih Cal."

Jake terkekeh di tempatnya, "engga ko sayang jangan dengerin Sekala, tukang bohong dia."

"Kena mental gue lama-lama liat orang bucin depan mata tiap hari." Kini Juan bersuara.

"Makannya cari pacar," sindir Sekala menimpali Juan.

Juan melempar Sekala dengan pensil yang ada di tangannya. "Kaya lo punya pacar aja."

Jake dan Callista tertawa melihatnya. Kemudian Jake tersenyum memerhatikan Callista yang kini tengah tersenyum lebar. Entah keberuntungan apa yang ia dapatkan, ia merasa begitu sangat bahagia ketika mengenal Callista dan menjalani hari bersama dengan gadis itu.

Jake bukan tipikal lelaki yang gampang sekali jatuh hati pada perempuan, namun untuk pertama kalinya laki-laki itu jatuh cinta pada gadis yang entah bagaimana bisa meluluhkan hatinya yang hampir membeku.

Callista hadir dengan sejuta pesona yang Jake sukai. Jake menyukai semua yang ada dalam diri Callista, bahkan ketika hari gadis itu memintanya untuk menjadi pacarnya, Jake telah menyukainya sejauh itu.

Tiga bulan berlalu, Jake baru mengetahui bahwa Callista ternyata tidak memiliki orangtua. Selama ini ia tinggal di panti asuhan, entah hidup seperti apa yang telah gadis itu lalui.

Jake tak lagi tersenyum ketika melihat gadisnya tersenyum. Jake tahu, dibalik senyum itu Callista menyimpan banyak rasa sakit yang hanya dirinya bisa rasakan. Ia memutuskan untuk menyayangi Callista melebihi apapun, Jake sudah menaruh hati sepenuhnya pada gadis itu.

Tak ada yang berhak memisahkan mereka, sekalipun itu takdir. Mereka harus tetap bersama, apapun yang terjadi, mereka akan tetap bersama kembali.

My Lovely Teacher [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang