Mistakes

274 24 12
                                    

"Sehari. Setelah. Natal, Mr.Gedone. SEHARI. SETELAH. NATAL!"
Ucap Christopher dengan amarah yang membara. Kedua tangannya terkepal kuat dan bahunya mulai kaku. Kali ini Christopher benar-benar murka terhadap kedua detektif itu. Rox terus-menerus mengayun-ayunkan Trissta di pelukannya dengan tangan bergetar. Baru sehari saja mereka bersantai dan bercanda ria, lalu selanjutnya harus ada lagi korban.

"Semua ini karena kita semua menyalahkannya soal Mrs.Carlton kan?! Lihatlah kertas ini! Aku kenal betul dengan tulisan Henne! Dia merasa tersingkirkan! Dan kau bilang dia mungkin adalah salah satu dari pembunuh itu?! HAH! Lihatlah dia sekarang!"

"Mr.Everett, aku sungguh-"

"Sungguh apalagi, Gedone?! Tolong jelaskan padaku kenapa SUSPECT semua pembunuhan ini melompat dari balkon kamar tamu?! Apa kau mau mengasumsikan bahwa pembunuhnya sekarang bukan Henne dan pembunuh aslinya lah yang melakukan ini?! Apa kau mau cari suspect selanjutnya dari crew rumahku dan membuat yang lainnya bunuh diri juga?!"

Catherine terus mengelus-elus lembut bahu suaminya itu, yang jelas sangat tertekan oleh perkataan sang tuan rumah. Memang benar apa yang dikatakan Christopher, bila mereka terus menebak tanpa arah dan bukti yang jelas, mereka bisa menuntun orang-orang tidak bersalah lainnya ke jalan yang sama seperti Henne.

"Christopher, please. Anak kita ada disini..."

"Dan apa yang harus aku lakukan, do tell, Roxanne? Sudah terlalu banyak korban di rumah ini dan asumsi dari MEREKA hanya memper-parah keadaan disini!"

"Chris, anakmu ketakutan. Tolong jangan naikkan suaramu disini."

Rox terus mengelusi kepala anaknya itu untuk menenangkannya. Trissta, disisi lain, terlihat sangat tidak peduli. Tatapannya kosong tetapi tajam,  tangannya terkepal di belakang punggung Rox, dan ekspresinya sangat blank. Mengira anaknya semakin trauma, Rox benar-benar khawatir dan mulai berpikiran untuk membawa Trissta kembali ke psikolognya, Gabbie.

"Bisakah kita bicarakan ini tidak didepan Trissta, Mr.Everett? Kami tau anda benar-benar frustasi dengan kinerja kami, tetapi untuk membicarakan hal-hal sensitif seperti ini yang tidak seharusnya diketahui anak se-kecil Trissta?" Ucap Catherine, ikut khawatir saat melihat gerak-gerik Trissta.

Christopher mulai melemahkan ekspresinya dan melihat anak kesayangannya itu dengan iba. Emosi dan grieve telah menutupi akal sehatnya. Yang ia ingin lakukan hanya menjaga keluarganya dari bahaya apapun, termasuk sesuatu se-ekstrim ini.

"Baiklah. Mari kita bicarakan di kantorku." Ucap Christopher dengan mantap sebelum ia berjalan terlebih dahulu ke arah tangga utama mansion. Gedone dengan cekatan mengikuti Christopher, tetapi Catherine terdiam sejenak di hadapan Rox yang masih memeluk erat anaknya.

"Mrs.Everett, saya benar-benar minta maaf-"

"Panggil saja aku Roxanne. Atau Rox."

"Oh.. um.. okay.. Roxanne... Saya benar-benar minta maaf tentang kinerja kami yang kurang efisien sehingga anda sekeluarga harus merasakan kehilangan seseorang seperti ini..."

"It's... Fine... Sesuatu seperti bunuh diri bukan hal yang bisa di prediksi. Dan sejujurnya, seluruh anggota rumah ini dapat menjadi pelaku. Tentu saja bukan hanya Henne, tetapi aku pun termasuk suspect, karena memang kita semua, di mansion sebesar ini, tidak dapat memvalidasi alibi kita semua tanpa ada saksi..."

"Well, yes, true... Tapi motif bunuh diri Henne adalah karena ia merasa dikucilkan dari keluarga ini dan... Saya merasa itu adalah salah kami karena terlalu menekan Henne..."

"It's fine... Kalian hanya mengerjakan tugas kalian, dan aku masih sangat berterimakasih kepada kalian. Memang tragedi ini mungkin terjadi karena Henne tidak kuat untuk disebut pelaku karena.. Well... Dia memang insecure. Itulah yang aku memang khawatirkan... Ia takut dikucilkan disini..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRISSTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang