A Little Bit Of Sugar

861 85 3
                                    

11:00
"Baik-baik di rumah ya sayang, mama dan papamu akan segera kembali. Besok saat kamu bangun pasti akan ada banyak kado untukmu! Apakah kamu senang?"

Rox mengecup kening Trissta sembari mengenakan mantelnya. Trissta tetap tidak menjawabnya dan pandangannya masih tetap terpaku kepada acara tvnya.

Christopher hanya menghela nafasnya dan mengambil mantel miliknya juga, bahkan tidak merepotkan dirinya sendiri untuk berpamitan kepada anaknya sebelum pergi.

Rox mulai berlari ke arah suaminya itu dan berjalan di sampingnya.

"Chris, apa Trissta akan baik-baik saja sendirian?"

"Tentu saja. Kecuali pembunuh staff-staff rumah kita ada dirumah bersamanya."

"Christopher!"

"Apa? Aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Tapi kita harus tenang juga, toh, staff rumah kita tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Trissta. At least tidak semuanya."

"Tapi paling tidak yakini aku kalau anak kita akan baik baik saja, bukan buat aku mau berlari masuk kembali kerumah."

"Baiklah, baiklah. Anak kita tidak akan kenapa napa."

Rox hanya dapat memutarkan matanya dan berkali kali menolehkan kepalanya ke rumahnya sebelum masuk ke mobil. Ia tidak dapat menahan perasaan tidak enak yang ada di dadanya tetapi mau diapakan lagi? Christopher adalah orang yang keras kepala.

11:40
"Hey Trissta... So... Aku mau membuatkan makanan untuk besok sekalian untuk Mrs. Carlton... Apakah kamu mau aku bawakan sesuatu?"

Henne duduk di samping Trissta dan berusaha tersenyum. Kantung matanya yang sudah bengkak dan hitam terlihat jelas karena senyumannya. Trissta menolehkan kepalanya ke arah Henne dan hanya mengangguk. Henne segera berdiri dan berlari kecil ke arah dapur. Mungkin ini adalah saat yang tepat, pikir Trissta.

11:48
"Ah sial. Kita kehabisan gula.", ujar Henne dengan geram sembari membanting sendok gula yang daritadi ia genggam. Dari kejauhan, Trissta sudah tau itu adalah kode untuknya beraksi.

Henne mengambil mantelnya dan dengan terburu-buru berlari keluar dan bahkan lupa untuk melaporkan ia akan pergi kepada siapapun.

Melihat peluang sudah terbuka, Trissta masuk ke dalam dapur dan mulai mencari racun tikus yang selalu disimpan di rak tepat di bawah keran pencuci piring yang biasa digunakan jika tikus mulai berkeliaran di dapur. Dengan mudah ia membuka tutup racun itu dan meneteskan beberapa tetes racun ke dalam teh untuk Mrs. Carlton. Setelahnya, ia menghapus sidik-sidik jarinya dari racun tikus itu dan menaruhnya kembali di rak dimana ia menemukannya.

Dengan cepat, ia kembali ke sofa didepan tvnya dan menonton dengan perasaan senang.
"Ayahku pasti akan bangga", pikirnya.

12:00
"Ugh... Kenapa salju sudah mulai tebal?"

Henne berusaha untuk tetap berjalan di atas salju-salju tebal yang bahkan menelan kakinya sampai atas mata kaki. Di tangan kanannya ia genggam plastik berisi gula dan penghangat kecil untuk tubuhnya yang sudah mengigil. Ia menggertakkan giginya mengingat bagaimana Mrs. Carlton akan memarahinya jika ia tidak menerima cemilannya pada tengah hari dan malam hari.

Henne membuka pintu rumahnya perlahan dengan sedikit kekuatan yang ia punya dan berlari kedalam rumah. Kehangatan didalam rumah mulai menyambutnya dan senyuman tipis muncul di bibirnya.

"Akhirnya sampai juga... Nah, sekarang, sampai dimana tadi aku memasak?"

Henne menaruh gula yang telah ia beli di sebelah teh dan kue ringan untuk Mrs. Carlton dan membuka mantelnya. Henne mengerutkan keningnya ketika ia melihat warna teh tersebut sudah berubah menjadi lebih gelap. Berpikir ia hanya berhalusinasi karena kelelahan, ia tidak mempedulikannya dan memasukan beberapa sendok teh gula ke dalam minuman itu.

~||~
"Ini minumanmu dan kue ringanmu, Mrs..."

"Akhirnya! Dimana kamu membuat semua ini? Di Narnia? Lama sekali kamu membuatnya!"

"Ah... Tadi aku baru sadar kita kehabisan gula jadi aku harus membelinya terlebih dahulu..."

"Asisten rumah tangga macam apa kamu ini? Masa baru memeriksa bahan-bahan yang akan kamu gunakan begitu kamu baru mau memakainya? Tak berguna... Sudahlah! Keluar dari ruanganku! Aku masih harus mengerjakan semua kerjaan ini."

"Baiklah... Selamat menikmati..."

Henne keluar perlahan dari ruangan Mrs. Carlton dengan tangan mengepal dan mata berkaca-kaca. Alisnya condong ke bawah dan matanya mulai memerah. Tak lama setelah itu, ia berlari kencang pergi dari ruangan Mrs. Carlton.

"Ada apa dengan Henne?"

"Entahlah...", ujar Trissta sembari tersenyum kepada pelayan di sampingnya. "Mungkin ia sudah lelah dengan Mrs. Carlton."

"Bukankah kita semua lelah dengannya?"

Sang pelayan menghela nafasnya dan tersenyum pada Trissta. Raut mukanya memperlihatkan dengan jelas kalau ia kasihan kepada Henne.

"Aku senang mendengarmu berbicara lagi, Trissta. Suara mungilmu itu dapat menghangatkan seluruh rumah, apalagi senyumanmu."

Setelah beberapa saat, sang pelayan menggenggam tangan Trissta dan mengajaknya bermain boneka di kamar Trissta. Memang benar, semua staff rumah ini sangat menyayangi Trissta bagaikan matahari di pagi hari. Kadang mereka menyebut Trissta sebagai "sunshine", tetapi kali ini matahari mereka sedang tenggelam.

14:00
"Trissta, baby, aku dengar dari pelayan kita bahwa kamu mau berbicara dan bermain lagi? Ah aku senang sekali!"

Rox berlari ke arah anaknya dan memeluknya erat dengan mantel berselimut salju masih ada di tubuhnya. Trissta sempat melompat kecil karena kedinginan tapi ia masih berusaha untuk tidak melihatkan emosinya dan hanya menganggukkan kepalanya.

Christopher berjalan tepat di belakang Rox sambil melepas mantelnya. Ia tersenyum sangat lebar saat melihat Rox memeluk anaknya dengan haru. Ia mengira bahwa anaknya sudah mulai melupakan kematian-kematian yang ada di rumah ini dan sebentar lagi ia akan mulai menjadi Trissta yang ceria seperti dulu.

"AAAAH!"

Teriakan seorang pelayan dari lantai atas rumah mengagetkan Rox dan Christopher, tetapi tidak untuk Trissta. Ia hanya memainkan jarinya dengan manis dan bertindak lugu.

"Chris... Ada apa dengan pelayan itu?"

"Ia berteriak seperti sudah melihat hantu saja..."

Hening. Hening menusuk dada pasangan tersebut sampai akhirnya mereka membuka mata merrka lebar-lebar. Christopher dengan gesit berlari ke arah teriakan itu dan Rox memeluk Trissta dengan eratnya.

"Tolong Tuhan, tolong jangan biarkan kejadian itu terjadi lagi... Jangan sekarang... Jangan lagi..."

TRISSTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang