Useless

1K 82 5
                                    

14:10
"D- di- dia- dia-"
Henne terduduk lemas di ambang pintu ruang kerja Mrs. Carlton. Matanya berkunang-kunang dan wajahnya pucat pasi. Christopher dan beberapa staff rumah berlari ke arah teriakan Henne, begitupun Rox yang menggandeng tangan Trissta dan menggenggamnya erat.

"Apa yang terjadi, Henne?!"

"Mrs. Carlton! Dia- dia!"
Henne menunjukkan jari mungilnya ke arah Mrs. Carlton yang tengah duduk di meja kerjanya dengan kepala tersandar ke meja kerjanya, mata terbelalak besar dan mulut berbusa yang membasahi kertas-kertas kerja miliknya.

Christopher menutup mulutnya dan melangkah kedalam ruang kerja dengan hati-hati. Kurang dari beberapa detik, wajahnya berubah menjadi kesal dan tangannya yang bergetar hebat menyambar telfon rumah di ruangan itu dan menelfon kedua detektif yang sekarang ia pikir sebagai "mediocre", padahal mereka berdua adalah detektif terbaik di kotanya.

Christopher berteriak-teriak hingga saraf-saraf tenggorokannya terasa mau putus. Staff-staff rumah lainnya berusaha untuk menenangkan Henne, sedangkan Rox memeluk erat anaknya sembari menangis.

"Untung saja mama dan papa kembali lebih cepat! Kalau tidak... Kami mungkin... Kami..."

Rox menggelengkan kepalanya dan tersenyum pada Trissta.

"Tidak akan ada apapun yang bisa menyakitimu selama mama dan papa ada disini. Jangan takut, okay little princess?"

Trissta menganggukkan kepalanya dengan wajah tidak ber ekspresi. Rox berpikir bahwa anaknya ini sudah mulai trauma karena banyaknya kematian yang mengelilinginya akhir-akhir ini. Ia merasa sangat bersalah karena apa yang terjadi, walaupun ia tidak tahu sama sekali apa yang sudah terjadi.

14:47
"Kami datang kemari secepat mungkin setelah mendeng-"

"Cukup! Apakah aku sudah bilang bahwa kalian harus cepat menyelesaikan kasus ini?! Berapa staff rumah lagi yang harus kehilangan nyawanya sampai kalian berdua tau siapa pembunuhnya?!"

"Tenanglah, Mr. Everett. Kamipun berbuat sebisa mungkin untuk mencegah semua ini."

"Aku tidak melihat kalian melakukan apa apa sampai sekarang! Apa yang kalian lakukan untuk 'mencegah' peristiwa ini?! Nothing!"

Christopher terus membentaki detektif Gedone dan Catherine. Mereka sedikit kewalahan karena mereka sendiri bingung karena kasus ini, karena mereka tidak mendapatkan lead sama sekali untuk menemukan pembunuhnya.

"Christopher... Berhentilah berteriak. Anak kita sedang tidur. Kasihan kalau dia terbangun."

Rox menghampirinya dengan suara serak sehabis menangis dan mengelus pelan bahu suaminya, yang dalam beberapa detik dapat menenangkannya.

"Baiklah. Maaf. Aku hanya khawatir jika semua ini akan terus terjadi. Aku tidak bisa membiarkan apapun terjadi pada Trissta."

"Aku tau. Tapi detektif-detektif ini sudah berusaha sebisa mungkin. Lagipula mereka tidak bisa tiba-tiba muncul di depan rumah kita beberapa detik sebelum Mrs. Carlton atau bahkan saat Joseph dan Peter meninggal."

Gedone dan Catherine menundukkan kepalanya dengan rasa tanggung jawab yang sangat berat. Mereka merasa mereka tidak berguna kali ini.

Mereka gagal.

Dan hal itu akan terus menghantui mereka.

21:00
"Kamu belum selesai, Edward?"

"Oh, hi Felicia."

Detektif Gedone melempar beberapa dokumen di tangannya dan mengelus pelipisnya yang panas karena ia sudah bolak-balik membaca dokumen-dokumen tentang keluarga Everett dan staff-staff dalam rumahnya.

Ia tidak menemukan apapun yang mencurigakan atau apapun yang mungkin dapat memberi cahaya pada investigasinya kecuali pernyataan para staff bahwa Mrs. Carlton itu adalah orang yang pemarah dan selalu membentak staff-staff rumah.

Detektif Catherine menyeret kursi ke samping kekasihnya itu dan menopang dagunya sambil tersenyum.

"Kamu tidak perlu bekerja sekeras ini, you know? Kamu masih butuh istirahat."

"Aku tau. Tapi kalau aku tidak menemukan apapun tentang kasus ini, aku bisa mengecewakan Mr. Everett dan pembunuhan ini tidak akan ada akhirnya."

"Tapi kalau kamu sakit, kamu sendiri tidak bisa menyelesaikan kasus ini, little Gedone."

"Aku akan tidur jika aku paling tidak mendapatkan sedikit jejak tentang kematian ketiga staff ini. Look, maaf kalau aku terlihat seperti mendiamimu, tetapi aku benar-benar mau membantu keluarga ini. Apalagi mereka memiliki anak perempuan yang masih sekecil itu. Pasti mereka akan terus tertekan dengan pikiran bahwa anak mereka akan trauma seumur hidupnya."

"Kamu sangat bijak dalam pekerjaanmu, Edward. Aku kadang-kadang bingung kenapa aku bisa jadi detektif yang sederajat denganmu. Aku hanya angka nol jika dibandingkan denganmu."

"Hey, jangan merendahkan dirimu sendiri. Ketelitian dan kelincahanmu itu lebih dari apapun. Kamu ini sangat penting dalam dunia investigasi."

"Ah kamu hanya berkata seperti itu agar aku bahagia saja."

"Apa maumu, woman? Aku memujimu, kamu tidak percaya. Kalau aku merendahkanmu, aku bisa-bisa tidur di sofa malam ini."

Detektif Gedone dan Detektif Catherine pun tertawa dan Catherine mulai mengecup pipi kekasihnya itu. Pipi Catherine perlahan berubah merah dan akhirnya ia berdiri kembali  sembari membenarkan robenya untuk pergi tidur.

"Aku akan menunggumu di kasur setelah kamu beres mengerjakan semua ini, alright?"

"Kalau kamu mengantuk, tidurlah lebih dulu. Aku mungkin akan mencari beberapa clues lagi."

"Baiklah. Tapi jangan bekerja sampai pagi, ok?"

"Ok sweetheart. Selamat malam."

"Selamat malam, baby."

TRISSTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang