P -- Pindah [1]

486 93 62
                                    

"Sehun, bantu papa ngangkat meja!"

"Iya, iya...."

Sehun berjalan lamban ke arah ayahnya yang tengah menunggunya di depan sebuah meja yang siap untuk dipindahkan.

Ia sangat sangat lelah, badannya serasa remuk semua. Seharian ini ia membantu orang tuanya menyusun perabotan rumah. Ia baru saja pindah ke rumahnya yang ini.

"Haah..., Sehun capek, Pa!"

"Sabar, sebentar lagi kita selesai kok. Bersih-bersihnya besok aja. Yang penting perabotannya udah berada di tempat yang semestinya."

Sehun menghela napasnya, kemudian ia meregangkan tubuhnya yang lelah.

"Eits, tugas belum selesai. Kamu harus merapikan kamar kamu sendiri, Sehunna." celetuk Ibunya yang baru saja menginjakkan kakinya di ruang tamu.

"Bentar, Ma. Sehun capek, beneran. Gak pake boong."

"Loh, yang bilang kamu boong siapa?"

Sehun memajukan bibirnya, kalah argumen dengan ibunya. Ibunya terkikik gemas melihat tingkah anaknya itu.

"Mending kalian berdua mandi dulu. Mama mau masak dulu buat makan siang. Sekalian mau ngasih ke tetangga. Nanti Sehun yang antar ya?"

Sehun hampir saja melayangkan protes kepada ibunya sebelum ayahnya merangkul bahunya dan menyeretnya menjauhi ruang tamu.

'Kalo adu mulut lagi, kapan makannya?'

Sehun baru saja selesai membersihkan dirinya. Ia merasa segar kembali setelah seharian bermandikan keringat.

"Sehun, ayo turun. Kita makan siang bareng!" teriak ibunya dari ruang makan. Hebat juga ya, ibunya ini. Suaranya menggelegar sampai ke lantai dua.

"Iya ma, bentar!" balas Sehun tak kalah nyaring.

Ayahnya Sehun yang cool hanya diam sembari membatin. Mereka bagai hidup di hutan. Kalo ngomong kudu teriak-teriak.

"Wiih, kayaknya enak!" gumam Sehun sembari mendudukkan dirinya di kursi sesampainya ia di ruang makan.

"Pasti dong. Makan yang banyak ya,"

Suasana yang hangat dan nyaman menyelimuti ruangan itu. Sesekali terdengar obrolan ringan yang menambah kenikmatan santap siang mereka.

"Nah, yang cuci piringnya Papa ya. Habis ini Hunnie anterin makanan ini ke tetangga sebelah."

"Kok Papa?"

"Kok Sehun?"

"Trus mama mau nyuruh siapa? Nyuruh Vivi?"

"Masa Vivi disuruh nyuci piring. Ntar bulunya rontok, Ma." gumam Sehun tak terima anjing kecil kesayangannya itu jadi korban kerja paksa ibunya.

"Kamu mah aneh-aneh aja. Mana bisa Vivi kamu nyuci piring," sahut ayahnya sembari menyusun peralatan makan yang kotor.

"Yaudah. Nih anterin. Satu ke rumah yang pagar cokelat, trus yang ini ke rumah pagar biru."

Sehun menerima kedua bungkusan untuk tetangganya itu dengan setengah hati.

"Jangan lupa senyum!" teriak ibunya saat Sehun menjauh dari ruang makan.

🍬

Rumah pertama.

Rumah dengan pagar yang bercat cokelat. Sehun membuka pagarnya perlahan dan melangkah masuk melewati pekarangan rumah yang ditanami banyak tanamam hias.

• Alphabet | Kaihun • | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang