K -- Kucing

688 95 35
                                    

Ini adalah hari Minggu pagi yang cerah. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk urban yang memiliki jadwal padat selama sepekan belakangan untuk melepas penat.

Entah itu dengan bermalas-malasan saja di rumah, menghabiskan waktu bersama yang tersayang, berolahraga, dan banyak lagi.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Jongin tentu saja memanfaatkan hal ini dengan baik. Ia akan tidur sepuasnya hingga matahari menyingsing tinggi. Baru setelah itu ia akan melakukan aktivitas ringan di rumahnya sebelum kembali menatapi layar laptopnya untuk menyiapkan bahan yang akan ia gunakan saat bimbingan dengan dosennya nanti.

Lagipula, ia tinggal sendirian. Takkan ada yang menjeblak pintu kamarnya dan menyita waktu tidurnya yang berharga hanya untuk menyuruhnya mandi. Iya, itu pekerjaan ibunya jika ia sudah berniat tidur sepanjang hari di hari libur. Dia ingin marah, tapi dia sayang dengan ibunya.

Namun, niatannya seolah sirna begitu saja.

Ia terbangun sekitar jam tujuh pagi karena beban tak biasa yang ia rasakan di atas tubuhnya. Dan ia mendapati makhluk aneh di atas kasurnya---lebih tepatnya tubuhnya.

Dia laki-laki. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Jongin. Pundaknya lebar, namun memiliki pinggang yang begitu langsing.

Kulitnya putih seperti susu, rambutnya berwarna hitam dan begitu halus.

Bibirnya semerah delima, hidungnya mancung dan ramping.

Terakhir, ia memiliki telinga kucing.

Yup. Telinga kucing. Asli. Lengkap dengan ekornya---setelah ia telusuri.

Dan yang paling penting adalah, bagaimana mungkin pria ini bisa berada di dalam rumahnya, dan sepagi ini?

Jongin bangkit dengan wajah suram dan menatap ke arah lelaki kucing yang balas menatapnya dengan pandangan polos, khas seperti pandangan kucing dengan matanya yang berbinar-binar.

Shit. Lelaki ini cute juga.

Ia memalingkan pandangannya, kemudian berjalan menuju pintu kamarnya dan memutar knop pintunya. Ia langsung disuguhi oleh pemandangan mengejutkan lainnya.

Kali ini adalah pria setinggi tiang listrik yang kini melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar. Sekarang ia mengerti bagaimana kucing manis itu bisa masuk ke rumahnya.

"Pagi, sayang."

Jongin mengernyit. "Ew, menjijikan. Apa yang kau lakukan disini?"

"Bagaimana dengan kucingnya? Dia manis bukan?"

"Well, dia manis. But its freaking seven at morning, Park Chanyeol. Besok aku ada bimbingan dengan dosen yang super sibuk itu. Aku perlu tidur di pagi hari untuk recharge, dan sorenya aku akan menyiapkan bahan untuk bimbinganㅡ"

"Woah, chill, Kim Jongin! Dengarkan aku dulu. Oh iya, bagaimana kalau kau duduk dulu? Biar enakan ngobrolnya."

Masih dengan mode kesalnya karena tidurnya terganggu, Jongin berjalan menuju sofa di ruangan tersebut dan mendudukinya.

"Jadi, Kim Jongin, sebelum kau melanjutkan marah-marahmu itu karena tidurmu yang terganggu, aku ingin mengingatkan bahwa yang ada di dalam kamarmu itu adalah hybrid kucing yang kau mau."

Jongin cengo, tampangnya menampakkan raut tak percaya.

"Apa? Hybrid kucing yang..., ku mau?"

"Jangan bilang kau lupa?"

Jongin menatap Chanyeol dengan pandangan bingung, tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

• Alphabet | Kaihun • | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang