SEMBILAN

133 11 0
                                    

Aku bertemu banyak orang-orang baik kemarin. Para mahasiswa yang saling menolong dan saling lindung melindungi SELAMA aksi. Aku bertemu bapak-bapak tua yang membagi-bagi minuman botol gratis, padahal ia hidup juga tak berlebih. Aku bertemu ibu-ibu muda sosialita dan anaknya membagikan banyak nasi kotak pada mahasiswa. Aku bertemu dengan tim-tim medis yang tak kenal lelah membantu mengobati para korban yang jatuh saat demonstrasi bahkan abang ojek online pun ikut datang membantu ketika melihat ada korban terkapar, aku juga menemukan polisi-polisi berhati peri yang sama sekali tak mau memukuli kami para mahasiswa malah berbagi makanan, aku bertemu para mahasiswa yang tak lupa akan kewajibannya dan ingat akan Tuhannya, beribadah berbeda-beda dalam payung kebhinekaan yang begitu terasa. Aku bertemu banyak orang baik kemarin bahkan sampai hari ini saat mobil yang kukendarai lewat di seberang jalanan gedung DPR MPR. Para pasukan kuning yang masih membersihkan sampah-sampah bekas demonstrasi kemarin. Para tukang yang membereskan bangkai-bangkai reruntuhan pagar dan tembok, dan polisi yang masih berjaga-jaga. Bahwa kenyataan negri ini masih punya asa, ada manusia-manusia berhati mulia itu, yang tak lagi peduli pada penguasa tapi masih percaya pada nilai-nilai kemanusiaan.

Negara ini sedang sakit tapi masih ada orang-orang baik, dengan harapan-harapan baik. Hari ini manusia-manusia negeri ini berbondong-bondong melek demokrasi, mencari-cari informasi soal politik, hukum dan HAM. Setelah sekian lama, hanya jadi kajian para elit parlemen, rakyat sekarang mulai sadar dan mengawasI tentang permainan anggota dewan dan lingkaran diatasnya dan kanan kirinya. Meski ancaman penguasa perlahan-lahan mulai ditebar, diawasi, diteror dan mulai melancarkan aksi untuk menghempas segala pergerakan itu yang tak semudah itu untuk dirampas. 

Suatu Selasa di Bulan SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang