SEPULUH

135 9 0
                                    

Aku masih mengumpulkan segenap energi dan semangat untuk bersiap pergi ke kampus. Rasanya hari ini aku belum siap menerima materi untuk kuliah lagi. Sisa-sisa demonstrasi masih susah pergi. Apalagi dengan berita duka yang masih datang bertubi-tubi. Mulai dari mahasiswa terluka, mahasiswa yang ditangkap, mahasiswa yang hilang tanpa kabar hingga kabar tentang berpulangnya dua mahasiswa di Kendari dan juga satu siswa SMK di Jakarta. Lidahku kelu untuk bicara, hati rasanya nyeri untuk menyadari bahwa mereka benar-benar pergi atas nama demokrasi. Air mata yang sedari tadi menggenang akhirnya luruh juga sesaat kuputar video penghormatan untuk kedua mahasiswa yang berpulang kepada sang maha pencipta. Lagu gugur bunga mengiring, terasa mengiris bagi mereka yang sama-sama aktivis yang ikut berbaris. Aku tak mengenal mereka, tak pernah tau mereka, tapi hati dan perasaanku bersama mereka yang gugur atas mahalnya demokrasi di negri ini.

Aku keluar dari kamar, sambil masih menahan derai air mata. 

Kupetik tiga tangkai mawar dari pot bunga di taman belakang rumah. Bunga mawar merah favorit mama yang dari dulu hingga sekarang senantiasa ia rawat dan ia jaga. Sambil ku pegang tangkai yang sedikit berduri itu aku berseegera mengambil vas bening dan ku isi air.

"Selamat jalan pahlawanku, Randy, Yusuf dan Bagus" ku letakkan tiga tangkai mawar itu ke dalam vas. Ku pegang vas itu, aku mendongak menghadap keluar rumah. 

Matahari menyapa dengan sinar hangatnya. Aku menarik nafas dan kupejamkan mata. Aku tak tahan untuk tak kembali menangis. Bagaimana bisa aku berfantasi tentang pergi ke kampus dengan tenang tatkala bayang-bayang peristiwa menyedihkan yang menghampiri ayah Randy ketika ia tahu anaknya telah pergi. Aku tidak akan merasa baik-baik saja, ketika suara nyanyian penghormatan gugur bunga itu terus bergaung dalam fikiranku. Semuanya akan berbeda ketika kelas tak terisi seperti biasa, karna sebagian dari mereka yang mungkin memilih untuk memulihkan tenaga. "Tenang di alam sana Randy, Yusuf dan Bagus. Terima kasih" batinku berdoa dalam hati.  

Suatu Selasa di Bulan SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang