Don't forget to vomment if you like this story 🌻
ㅡ
"Kita balik dulu ya. Makasi udah mau di repotin, hehe." Teriak Jaemin sambil nutup pager. Renjun senyum, "Elaaah iyee. Sorry ya awalnya gua nglarang lu kesini." Kata Renjun dengan nada yang terdengar sedikit ngga enak.
"Sans. Yang penting kita udah tau semuanya. Jangan berantem lu berdua. Kalau bisa langsung bunuh-bunuhan aja." Kali ini Haechan yang teriak. Yang lain ketawa aja abis itu mulai ngayuh sepedanya.
Ini udah maghrib mereka juga pada belom mandi dari balik sekolah. Hufh, padahal hari udah mulai gelap.
Sementara gua sama Lia lagi di ruang tamu. Lia lagi pakai kaos kakinya. "Ren balik ya."
"Yoi ati-ati."
"Sip." Lia selesai pakai kaos kakinya. Dia lanjut pakai sepatu sambil berdiri. "Soal apa kata gua, coba lu pikirin."
"Hah? Yang mana?"
"Soal persamaan benci dan cinta. Gua gak mau lu nyesel. Sebentar lagi kita lulusan. Lu jadi ke nerusin ke paris kan? Inget, kalau udah akhir tahun itu ngga kerasa banget loh waktu kita buat sama-sama di kelas lagi."
"Jadi lah. Udah ah balik sana. Ngga ada yang perlu dipikirin antara gimana sikap Renjun ke gua."
Lia menghela nafas. "Jangan nyesel dan berharap waktu bisa berputar kebelakang." Dia nepuk pundak gua kemudian senyum. "Pulang ya Ren."
Nyampe pintu dia melakukan hal yang sama ke Renjun. "Pulang juga ya Jun. Jagain sahabat gua, jangan disia-siain. Ntar dia udah ga disini baru dah kesepian lu." Ujar Lia sambil terkekeh. Renjun hanya menatap dengan ekspresi datar yang menunjukkan kalau dia ngga peduli.
Setelah itu Lia udah bener-bener ninggalin rumah ini. Sisa gua sama Renjun doang di ruang tengah sambil masih musuhan gara-gara gua dikatain kaya kuyang tadi.
Kita sibuk sama urusan masing-masing. Renjun baca buku sementara gua nonton TV.
Gua merasa ga enak banget kalau ga ngemil-ngemil. Makanya gua berniat jalan ke dapur. Mau cari apa gitu yang bisa dimakan.
"Kemana lu?" Tanya Renjun sambil masih baca.
"Dapur." Jawab gua sambil terus jalan.
Renjun ngikutin gua. Dia mendahului langkah gua bahkan buat sampe ke kulkas lebih dulu.
"Ambilin kresek sampah di sana." Perintah dia.
"Buat apa?"
"Buang ini semua makanan disini." Kata Renjun sambil ngeluarin segala macam snack, minuman botol, es krim, bahkan coklat dari kulkasnya.
"Sayang anjir." Kata gua.
"Iya sayang. Makanya gua buang."
"Hah?" Bukannya ngga ngerti Renjun bilang apa. Tapi gua ngga denger.
"Mana kreseknya! Lu gak denger gua minta diambilin kresek?"
"Gak semuanya kadaluarsa kan? Sisanya gua makan aja semuanya sebelum tanggal expired."
"Jangan. Ini udah lama semua. Lu kaya gatau bunda gua gimana kalau udah liat diskonan. Butuh gak butuh pasti di beli. Jadinya gini kan. Lagian ini barang di rumah gua, artinya punya gua. Suka-suka kek mau gua makan atau gua buang."
"Yaudahlah beresin aja sendiri. Males gua."
Salah satu hal yang bikin gua ngga suka sama Renjun adalah, kalau dia ngomong selalu dengan nada tenang tapi kata-katanya nancep pas di hati. Biarpun kadang picik, gua kan juga punya perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Love You | Renjun [✓]
FanfictionMusuhan dan menang pas adu mulut bukan hal yang menarik lagi. Diam diam kita mencoba hal baru, yaitu jatuh cinta. ㅡ Cinderéyna,2O19.