Special Ending.

45.1K 5.4K 3.2K
                                    

"Renjun, lo udah tidur belum?"

"Belum. Kenapa?"

"Nyalain lampu dong. Aku males jalan."

Renjun nggak jawab apa-apa, yang kedengeran sih cuman dia yang menghela nafas. Tapi nggak ada satu menit, lampu kamar kita udah nyala. Gua belum buka mata karena ngerti sendiri lah gimana perihnya mata kalau baru di ruang gelap tiba-tiba liat cahaya. Tapi gue terpaksa buka mata juga karena Renjun narik hidung gua. Hih dasar suami.

"Kenapa mau nyalain lampu lagi?"

"Kamu ngantuk belum?"

"Belum. Kenapa?"

"Cari makanan yang pedes pedes yuk."

"Udah jam setengah satu malem..."

"Enaknya mie apa ayam pedes?" Gua bangun dan menuju ke lemari gantung buat ambil outer.

"Yang setuju bakalan pergi siapa?" Renjun malah tiduran lagi.

"Kamu mau pake outer yang mana nih? Yang biru tua aja ya. Ganteng di kamu. Ayo sini anakku, pake dulu outernya."

"Wǒ bùxiǎng, wǒ méiyǒu néngliàng." Kata Renjun dengan suara nggak bertenaganya. (Gak mau, aku gak ada tenaga.)

"Rentangkan tangan." Kata gua. Renjun senyum kelihatan gigi terus geser dari tempat dia tidur.

"Lima menit udah full belom energinya?" Tanya gua.

"Belom lah. Masi satu persen itu."

"Lama banget... keburu laper." Kata gua tapi tetep duduk juga di ranjang. Renjun nepuk lengannyan nyuruh gua berbaring dengan tangannya sebagai bantal.

"Kalo jam segini harus jalan agak jauh tau, emang kamu gak papa? Apa mau aku beliin aja kamu tunggu di rumah?" Kata Renjun sambil mainin rambut gua.

"Gapapa aku ikut."

"Yaudah ayok."

Renjun berdiri. Dia pakai outernya dan kita jalan keluar apartemen.

Kita tinggal di apartemen yang nggak terlalu besar. Lokasinya lumayan strategis. Dekat Mall, deket pusat perbelanjaan, dan yang paling penting deket tempat kerja Renjun.

Pernikahan kita udah jalan dua tahun, posisi Renjun di tempat kerjanya juga udah lumayan. Tapi kita belum beli rumah yang lebih luas karena... gua nggak hamil juga. Gak tau, mungkin gak bisa. Gua udah nunggu lama, tapi nggak pernah ada tanda-tanda.

Sesampainya di tempat makan yang jualan khusus menu bakmi. Gua milih duduk yang di luar rumah makannya. Renjun lagi pesen sekarang. Gimanapun, dia lebih fasih bahasa china daripada gua. Belajar bahasa China lebih susah dari pada belajar bahasa perancis.

"Bentar lagi musim panas. Kamu libur lama gak kerjanya?" Tanya gua.

"Mungkin agak lama. Kamu mau kemana? Ke korea gimana? Biasanya ada promo tuh kalau liburan."

"Gak tau kenapa aku gak pengen. Kalau pulang gimana? Aku kangen orang tua. Papa juga kata Mama mulai sakit-sakitan."

"Aku usahain deh ya kalau kamu pengen pulang."

Gua ngangguk. Kita nggak bicara lagi, sama sama liat jalanan sampai ada sepasang suami istri muda datang juga ke tempat makan ini. Dari percakapan yang gua denger, laki-laki itu terpaksa pergi segini jauh karena istrinya yang hamil lagi pengen makan mie di sini. Baik laki-laki atau perempuan itu sama-sama kelihatan seneng. Bos pemilik rumah makan ini juga ngucapin selamat ke mereka.

Gua merasa sedih tanpa alasan.

"Jangan mikirin apa-apa." Kata Renjun sambil genggam tangan gua. Kita duduk berhadapan posisinya.

When I Love You | Renjun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang