Level 6

234 51 2
                                        

16 Agustus 2016
12:35


Nyatanya pada hari itu, Sehun baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya di hari kamis yang penat. Berstatus sebagai mahasiswa tahun pertama jurusan ilmu kriminologi membuat Sehun penasaran ingin mencicipi bermacam makanan disekitar kampus.

Jongin -teman sekelasnya- bilang, didekat perempatan gerbang utara kampus banyak sekali kedai penjual makanan enak. Tapi, kedai paling terkenal disana adalah kedai penjual ramen.

Dan Jongin sepertinya tidak berbohong, terbukti dengan banyaknya manusia memenuhi tiap meja, karena Sehun sudah berdiri diambang pintu. Mengamati wajah wajah kelaparan di jam makan siang, sekalian mencari tempat kosong yang bisa di duduki.

Sehun mendengus kecewa. Sepertinya ia harus datang ke sini lain kali, melihat keadaan tidak memungkinkan. Seluruh bangku sudah penuh terisi.

"Ah itu dia" Sehun bergumam lirih, saat ia mencoba untuk menelisik lebih dalam, dan menemukan sebuah bangku kosong dibalik badan seorang pria gendut.

Dengan langkah percaya diri, Sehun pergi ke sana. Namun setelah melihat lebih dekat, ternyata dibalik pria gendut tersebut terdapat seorang lelaki berwajah imut dan bertubuh mungil. Saking mungilnya, bahkan Sehun tidak bisa melihat keberadaannya saat tertutupi oleh si pria gendut.

Berpikir terlalu sayang, jika sudah terlanjur sampai tapi tidak jadi makan. Maka Sehun memberanikan diri untuk bersikap sok kenal dengan si lelaki mungil. Toh sepertinya, si mungil kelihatan lebih muda.

"Permisi, kau sendirian?" tanya Sehun mengawali pembicaraan dengan si lelaki asing bertubuh mungil.

Dan si lawan bicara mendongak, menatap eksistensi Sehun yang tiba tiba berada disamping mejanya. Lelaki berparas tampan itu sempat tertegun beberapa saat, menyadari calon teman semejanya memiliki wajah manis berbingkai rambut warna coklat madu, ditambah mata bening yang seakan memancarkan binar cerah. Sorot matanya teduh dan menenangkan, entah mengapa mampu membuat segala keluh kesahnya menguap seketika.

Si rambut coklat madu mengangguk, poni yang menutupi dahinya juga ikut bergoyang, menandakan seberapa lembut tiap helai rambut itu.

"Boleh, aku bergabung denganmu disini? Tempat lain sudah penuh" Sehun meminta persetujuan lengkap dengan alasan mengapa. Ia hanya jaga jaga, tidak mau dianggap modus nantinya.

"Tentu saja, silahkan" jawab si mungil ramah.

Dua orang lelaki asing kini saling duduk berhadapan di satu meja. Sehun sedang asyik membaca menu, dan si mungil sendiri tampak melihat sekeliling seraya bertopang dagu.

Diam diam bibir Sehun tertarik beberapa mili ke samping, merasa tingkah teman semejanya kelewat menggemaskan. Beruntung ukuran buku menu mampu menutupi seluruh wajahnya, hingga ia bisa selamat dari predikat maniak yang bisa saja tersemat di tengah tengah namanya.

Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya, hanya si mungil izin untuk makan lebih dulu dan Sehun hanya menjawab sekenanya. Tidak etis bukan mengajak orang bicara saat makan?

Keduanya makan dengan khidmat, fokus pada mangkuk ramen masing masing. Sampai pada suatu waktu bibir Sehun seenaknya bertanya sok akrab mengenai putih telur yang tersisa pada mangkuk ramennya si mungil

"Tidak suka putih telur ya?" tanya Sehun.

Si mungil mengangguk dengan cara menggemaskan, Sehun sudah menahan sebisa mungkin untuk tidak menjatuhkan kedua tangan pada pipi teman semejanya.

"Kau juga tidak menyukai kuning telur?

TBC

makasih vote sama commentnya ✨

Miel | EXO hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang