8 Oktober 2019
23:29Luhan menelan ludah kasar atas lamaran tak tersurat yang baru saja dilontarkan oleh Sehun. Jika ditelaah lebih dalam, saat ini mereka berdua sedang tidak ada dalam status apapun. Keduanya sudah resmi mengakhiri hubungan lewat telpon tadi sore.
Belum sempat Luhan mengembalikan akalnya, kedua lengan kekar Sehun sudah melingkar di sekeliling tubuh kurus Luhan. Membawa lelaki mungil itu dalam dekapannya. Oh, bahkan ia melupakan pakaian basah yang masih melekat. Baju Luhan jadi ikut basah karnanya.
"Aku mencintaimu" bisik Sehun.
Luhan terpaku, membalas pelukan Sehunpun tidak.
Sehun meregangkan pelukan, mencoba melihat wajah Luhan. Ia tertawa sejenak, mendapati wajah blank lelaki dipelukannya.
"Tidak mau menikah denganku ya?" Sehun bertanya dengan nada kecewa, "Padahal aku sudah susah payah kabur dari bodyguard bodyguard ayahku demi dirimu. Astaga, kau tidak akan percaya dengan apa yang sudah aku lalui sebelum aku sampai ke sini" hidung mancungnya menarik nafas sejenak, "Aku bahkan mendorong Kyungsoo sampai jatuh tadi, saat hendak memasangkan cincin. Aku jadi merasa bersalah, padahal ia tidak tau apa apa"
"Apa aku sedang bermimpi? Jika iya, aku rela tertidur selamanya, asal ada Sehun yang sedang memelukku sekarang" kemudian pertanyaan tak jelas keluar dari bibir Luhan.
Sehun tertawa renyah, "Kau tidak bermimpi honey" ia menghadiahi cubitan kecil di pipi menggemaskan si mungil.
"Benarkah? Kau sungguhan Sehun?" wajah Sehun diraba raba oleh jari jemari kecil Luhan.
"Aku sungguhan Sehun—kekasihmu" lelaki tinggi itu meyakinkan si mungil sekali lagi, bahwa ini nyata, bukan sekedar mimpi.
Senyum Luhan sontak melebar mendengar kata 'kekasihmu' dari mulut Sehun. Ia berterima kasih, karna Tuhan masih memberi kesempatan untuk melanjutkan kisah asmaranya bersama sang kekasih. Cinta akan tumbuh dengan kuat asal keduanya mau berjuang dan bertahan.
Sehun sudah berjuang, dan Luhan sudah bertahan. Walau banyak rintangan menghadang, tapi bukankah badai pasti berlalu? Sekarang sudah saatnya mereka bahagia dengan cara mereka sendiri, tanpa campur tangan orang lain.
Mata bening Luhan sengaja ia tabrakkan dengan manik tegas milik Sehun. Seakan saling menyelami lebih dalam melalui tatapan masing masing. Senyuman tulus dari kedua bibir mereka juga enggan untuk cepat cepat luntur.
Sehun dan Luhan tidak pernah sebahagia ini sebelumnya, sejak tiga tahun terikat dalam hubungan. Ledakan confetti bercampur kupu kupu berterbangan seakan menggelitik dada mereka.
Meskipun ada beberapa hal yang harus di korbankan demi kebahagian sesungguhnya. Setelah ini, nama Oh Sehun sudah pasti tidak akan terdaftar lagi sebagai ahli waris dan segala aset milik sang ayah. Tidak apa, Sehun sudah memikirkan segala resiko sebelumnya. Ia pun hanya membawa diri saat kabur tadi, tanpa dompet, tanpa ponsel, tanpa motor besar kesayangannya.
Dan yang terpenting, ia juga meninggalkan ijazah kelulusannya dua minggu lalu, padahal ia sudah berniat untuk melamar pekerjaan setelah lulus. Sehun benar benar meninggalkan segalanya, kecuali jam tangan seharga dua televisi plasma –yang beruntung- masih melingkar pada pergelangan tangan.
Selama 22 tahun hidup bersama sang ayah, Sehun sudah hafal betul bagaimana jalan pikiran beliau. Sang ayah tidak akan mencarinya, beliau masih punya Jongdae –kakak Sehun- untuk diandalkan.
Selama ini Jongdae selalu menuruti perintah ayah dan ibu tanpa membangkang. Jadi, Sehun pikir untuk apa ia menurut lagi? bukankah ayah dan ibu masih punya kak Jongdae?
Luhan memang tidak di kekang, ayah dan ibunya membebaskan segala pilihan yang ia buat, asal bisa menanggung segala resiko atas pilihannya. Orang tua Luhan juga sudah merestui hubungannya dengan Sehun, walau sempat terkejut karna usia kekasih putra manis mereka ternyata lebih muda empat tahun.
Sebelumnya Luhan memang tidak pernah menduga, jika Sehun nekat kabur dari pernikahannya sendiri. Ia sudah terlanjur menyetujui surat pemindah tugasan dari bos. Unit apartemennya juga sudah laku terjual, tinggal menunggu besok siang seluruh barang barang sudah berpindah ke unit apartemen yang baru.
Si mungil dilanda kebingungan lagi. Bagaimana cara mengatakannya pada Sehun?
Sehun mendekatkan wajah, mempertemukan hidung mancungnya dengan hidung mungil milik Luhan. Tak lama kemudian, bibir mereka sudah saling bersentuhan.
Sehun duluan memberi lumatan lembut, memagut bibir bawah kekasihnya. Memberi kecupan kecupan lembut di sepanjang bibir, kemudian mengulumnya lagi. Kadang Sehun sengaja menjilat kecil, mencoba menggelitik belahan bibir si mungil. Bibir Luhan selalu terasa manis dan membuat kecanduan.
Diam diam Luhan mulai terlena. Ia merasa kakinya melemas secara otomatis saat bibir Sehun mulai bermain main menggoda bibirnya. Sehun memang seorang pecium handal. Luhan tidak pernah merasa kecewa pada tiap kecupan yang si dominan berikan. Apa lagi mereka sempat tidak saling bertemu sekitar satu minggu. Ciuman ini adalah pelepas rindu setelah pelukan.
Telapak tangan si submisif sudah bertaut melingkari leher si dominan. Bagaimanapun Luhan tetap butuh pegangan, padahal Sehun sudah menahan pinggangnya, karna semakin lama ciuman sang kekasih semakin terasa menuntut. Keduanya merasa bahagia, mereka tidak ingin kebahagian ini berkahir sampai kapanpun.
TBC
gaes makasih

KAMU SEDANG MEMBACA
Miel | EXO hunhan
Fanfiction[COMPLETED] Pertemuan tak sengaja Sehun dan Luhan di kedai ramen. Enjoy~