Level 8

195 46 2
                                    

27 Agustus 2016
19:38 

Satu jam lalu, Sehun baru saja selesai makan malam. Ada ayah, ibu, dan seorang kakak laki laki yang juga ikut makan disatu meja. Berbagai macam lauk pauk sudah habis tak bersisa, tapi Sehun merasa masih ada tempat kosong di lambungnya.

Ia masih ingin makan.

20 menit kemudian, Sehun sudah mengganti pakaiannya dengan t-shirt lengan panjang, kemudian menghampiri kamar sang kakak untuk mengajak keluar membeli cemilan. 

Tapi sang kakak menolak dengan dalih sudah kenyang dan harus mengerjakan bahan untuk presentasi di kantornya esok hari.

Sehun menimang nimang sebentar, waffle, burger, atau spagethi? Ia sengaja memacu gas tidak terlalu kencang. 

Menikmati lampu lampu kota di malam hari, masih bingung memutuskan untuk makan apa demi memenuhi kapasitas lambungnya.

Dan setelah berputar putar, salah satu cafe dengan dekorasi lampu warna warni cukup menarik perhatian. Segera saja ia memarkirkan motor besarnya dan melangkah ke dalam cafe.

Tubuh tinggi menjulang Sehun sudah berdiri di dekat kasir, matanya sibuk mengamati daftar menu yang disediakan oleh salah satu pegawai.

"Aku mau belgian waffle dengan strawberry dan esktra madu"

"Aku mau belgian waffle dengan strawberry dan saus coklat"

Sehun bicara hampir bersamaan dengan salah satu pelanggan yang berada di bilik kasir sebelahnya, dan pesanan mereka hampir mirip, mulai dari jenis waffle hingga topping buah -kecuali saus pilihan mereka-

Seperti robot yang terprogram secara otomatis, keduanya menoleh bersamaan.

Bibir Sehun menarik sebuah senyuman, mendapati si mungil yang ia temui di kedai ramen kemarin, sekarang berada lagi dengan jarak tak lebih dari satu meter disampingnya

"Hai, kita bertemu lagi. Kau masih mengingatku? Ehmm—putih telur?" sapa Sehun ramah, ia mencoba memancing ingatan si mungil tentang pertukaran putih dan kuning telur yang pernah mereka lakukan.

"Oh hai, kau yang waktu itu kan?" si mungil membalas dengan senyuman.

Sehun bersyukur ternyata dirinya tidak dilupakan, "Aku senang kau masih mengingatku. Sendirian?" tanyanya lagi, kala menyadari bahwa lelaki mungil berlapis jaket biru muda itu datang sendirian.

"Ya. Dan kau?" salah satu alis si mungil terangkat, membuat kontur wajah manis itu makin terlihat menggemaskan.

"Aku juga. Tidak keberatan kan jika kita duduk bersama lagi?" Sehun merutuki pertanyaannya barusan dalam hati. 

Dia benar benar tidak bisa mengendalikan sikapnya yang amat kelihatan ingin mengenal lebih jauh lelaki mungil ini.

"Tentu saja" jawab si mungil riang, senang dengan ajakan lelaki tinggi di depannya. 

Tanpa sadar Sehun mengelus dada lega. Lain kali ia tidak akan membiarkan hati mengambil aih setiap tindakannya.

Setelah memilih tempat duduk yang menurut mereka strategis, keduanya terdiam. Si mungil mengedarkan pandangan ke segala arah, melihat lihat interior cafe. Persis seperti saat pertemuan pertamanya dulu di kedai ramen. Sehun sebenarnya ingin memulai obrolan. Namun suasana mendadak canggung begini.

Ia kebingungan memulai topik, sampai "Kau baru pertama kali ke sini?" pertanyaan tersebut berhasil keluar dari bibirnya.

Atensi si mungil segera teralihkan, "Tidak, ini kedua kalinya" kepalanya menggeleng di awal kalimat, "Bagaimana denganmu?"

"Ini pertama kalinya aku kemari. Omong omong kita belum berkenalan" Sehun rasa sekarang adalah timing yang tepat untuk tau siapa nama pemuda manis, ia tidak mau mati penasaran nanti.

Si mungil menjentikkan jari, "Ah benar", kemudian mengulurkan telapak tangan ke hadapan Sehun "Namaku Luhan"

"Aku Oh Sehun, senang bisa mengenal lelaki semanis madu sepertimu" Sehun menyambut uluran tangan lelaki manis yang akhirnya ia ketahui bernama Luhan.

Mendengar ada sesuatu yang ganjil, Luhan memiringkan kepalanya beberapa derajat dengan alis bertaut seperti meminta penjelasan, "Maaf?"

"Ah, maksudku—itu—rambut coklat madumu bagus—iya—bagus" Sehun menjawab terbata.

Luhan tertawa, dia tidak tuli "Terima kasih"

Sehun mengusap tengkuknya canggung. Bodoh sekali sih, kenapa otak dan bibirnya jadi tidak sinkron begini?

TBC

Miel | EXO hunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang