"Wa~ akhirnya sampai juga!"
Seseorang berteriak cukup keras di telingaku, saat kucoba membuka mata, bus yang kami naiki sudah berhenti di sebuah penginapan besar.
Aku menguap beberapa kali melihat orang-orang itu sudah menurunkan bawaan yang mereka taruh di bagasi atas, beberapa yang sudah turun bahkan terlihat lebih antusias, mereka bersama-sama mengeluarkan beberapa kardus besar dari bagasi bawah. Melihat bagaimana mereka bersemangat, aku semakin ingin tidur.
Bagaimana tidak? Semalam aku masih ingat, kalau aku masih menemani Inoe mengautopsi korban tabrak lari di pintu exit tol Shibuya, lalu setelah itu aku masih harus mengejar pelakunya dan semua baru berakhir pagi ini. Tapi lihat sekarang, aku yang seharusnya sedang tidur nyaman di kasurku, tiba-tiba aku diseret oleh mereka masuk ke dalam bus dan berakhir di sini, Kawachinagano.
"Kuroda-san? Anda tidak mau turun? Kalau anda sudah sangat lelah, kami akan melakukan reservasi sekarang? Anda juga bisa beristirahat di pos pertama. Selama itu, sebagian dari kami akan membawa naik semua peralatan dan bahan makanan naik ke area perkemahan."
Ah, aku memijit pangkal hidungku. "Tidak, sebentar lagi aku turun. Kalian lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan."
"Baiklah, mohon kerjasamanya!" Orang itu membungkuk padaku, seperti aku ini orang tua yang akan berjalan seperti siput saat mendaki nanti. Sialan! Bahkan setelah berkata seperti itu, dia terus berlari ke luar menghampiri yang lainnya.
Sebenarnya siapa yang punya ide seperti ini? Hampir semua orang dari semua divisi ikut, bahkan ayahku bilang kalau dia akan datang menyusul kalau dia ada waktu. Acara apa ini? Aku berusaha memutar isi kepalaku ke beberapa hari lalu, mengingat beberapa rapat koordinasi yang kulakukan bersama beberapa jajaran staff penting, tapi yang kuingat, isinya hanya membahas soal pekerjaan.
Tapi kenapa mereka harus pergi ke Kawachinagano? Kalau hanya sekedar campground, akses di Kotakiji jauh lebih baik.
Tempat ini ... penuh dengan pohon, dikelilingi gunung dan hutan, aku yakin malam di sini tidak akan lebih baik saat aku menghabiskan malam di kamar mayat dengan Inoe."Oi, Kuroda?" Teriak seorang pria paruh baya yang sangat ku kenal, melambaikan tangannya sambil tersenyum sangat lebar dari luar jendela.
Sebelah alisku terangkat, aku benar-benar tidak percaya, kapan acara seperti ini jadi seperti acara karya wisata umum yang bahkan siapapun bisa ikut hanya dengan membayar sejumlah uang?
Di luar sana, inspektur Oogaki tertawa sangat lebar, dengan tangan yang terus melambai ke arahku yang masih di dalam bus, jangan lupakan ransel besar yang entah berisi apa yang dia bawa di punggungnya. Bahkan penampilannya pun sudah seperti pendaki profesional, dengan sepatu boots khusus juga sebuah tracking pole di tangannya.
Sekali lagi, aku memijit pangkal hidungku. Kepalaku sakit.
Kuambil ransel yang kutaruh di bawah kakiku yang sejak awal kujadikan penyangga, menyampirkannya di punggung kemudian berjalan ke luar, tentu saja untuk segera menghampiri inspektur Oogaki.
"Kenapa kau kelihatan sangat lesu? Bersemangatlah! Nikmati masa mudamu! Hahaha...."
Aku tahu dia sangat bersemangat. Tapi, kenapa harus dia? Bagaimana dengan pekerjaannya di Tokyo? Kenapa juga dia harus datang jauh-jauh dan ikut dengan kami kemari? Merepotkan!
"Komisaris Marumaki benar-benar tahu caranya bersenang-senang ya!"
"Ayahku?"
"Ho~ aku yakin kalau kau tidak ingat kalau komisaris Marumaki sengaja mengadakan acara ini? Beritanya sampai ke pusat, mereka di sana sangat iri sampai memaksa untuk mengadakan acara seperti ini juga di sana."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello; My Mate✔
RomanceSebelum baca ini, silakan baca My Mate lebih dulu. terima kasih.