Aku membaringkan Iharasi di bangku belakang. Setelah merapikan semua pakaiannya dan membersihkan sisa-sisa kekacauan yang kami perbuat. Aku duduk tepat di bawah bangku di mana dia tertidur, menyandarkan punggungku tepat di ujung kakinya.
Dia, sangat kacau. Tapi aku juga tidak tahu bagaimana definisi kacauku dengan kacaunya dia? Aku ingin menyentuhnya lebih dari yang kulakukan barusan, tapi ... aku tidak mau kalau aku sampai menghancurkannya!
Saat aku tidur dengan beberapa Omega, aku tidak pernah mencapai puncak Rut, tapi dia, hanya dengan mencium feromonnya saja aku bisa hilang kendali. Kalau sampai aku tidak bisa menahan diri, mungkin aku akan dicincang olehnya karena membuatnya hamil.
"Harusnya aku beli kondom kemarin...." Sesalku.
Sesal yang kurasa tak beralasan. Ayolah, mendengar aku mengeluh seperti itu, rasanya aku benar-benar ingin punya anak dengannya. Sial!
Kulihat lagi dia yang sudah pulas, sebaiknya kutinggalkan dia di sini sampai bau feromon yang membuat sakit gigi ini menghilang.
Dia menggeliat sampai tangan kanannya lolos dan menggantung, segera kuangkat dan kutaruh di atas perutnya.Kulihat tangan itu, dibungkus cukup rapi oleh perban dan kurasa lukanya cukup menyakitkan.
Bocah ceroboh ini ... bagaimana bisa dia melakukan hal bodoh dengan memasukan tangannya sendiri ke dalam api? Apa dia lupa kalau dia masih punya setumpuk rekapan tugas bulanan yang belum dia setorkan padaku? Sekarang, dengan luka seperti ini, bagaimana bisa dia menyelesaikannya?
Tidak ada selimut di sini, jadi kubiarkan dia tidur seperti itu. Aku juga tidak bisa memberikan pakaianku untuk membuatnya sedikit hangat, karena hanya sehelai kaus ini yang melekat di tubuhku setelah kemejaku kuberikan padanya tadi siang.
Usai menutup rapat pintu bus, aku mulai menyalakan sebatang rokok saat seseorang berjalan di kejauhan mendekat ke arahku dengan sebuah senter di tangannya. Itu inspektur Oogaki, kenapa orang tua itu berjalan malam-malam begini? Mau ke mana dia? Pikiranku hanya terfokus pada orang yang ada di dalam bus ini sejak tadi dan melupakan semua yang ada di luar sana.
Jadi, sebelum dia benar-benar dekat dengan bus, aku memilih mendekatinya sambil terus menghisap dan membuang asap rokok di tanganku ke udara.
"Sedang apa kau di sini? Semua orang mencarimu sejak tadi?" Tanya inspektur Oogaki cukup keras di tengah sunyinya area pegunungan ini, padahal jika pun dia hanya menggunakan suara rendah pun aku sudah bisa mendengar suara itu sangat jelas, karena setelah malam tiba hanya suara jangkrik dan katak saja yang kudengar sejak tadi.
"Kenapa mereka mencariku?"
"Hei, hei ... kau mau membiarkan orang tua ini hanya bermain dengan anak-anak muda itu di sana sendirian?"
Aku mengangkat sebelah alisku tinggi-tinggi sambil membuang asap rokok di mulutku selama inspektur Oogaki bicara, apa-apaan itu? Dia bilang dengan anak muda di sana? Apa dia pikir aku ini seumuran dengannya, begitu? Sialan!
"Makan malam sudah siap sejak tadi, mereka ingin kau bergabung bersama mereka."
"Aku tidak lapar, kalian saja yang makan."
"Kau yakin? Sejak insiden tadi siang kau pergi dan kupikir kau juga belum makan apa-apa sejak saat itu?"
Setelah mencium bau karamel menyengat di dalam sana, apa aku masih akan merasa lapar? Kurasa tidak!
"Kau ... dengan siapa?" Tanyanya menyelidik.
"Apa?"
"Baumu sangat menyengat, seperti bau ... sperma?"
"Hanya perasaan anda." Sanggahku.
"Ho~ sayang sekali aku sudah terikat jadi tidak bisa mencium feromon yang lebih kuat dari istriku. Bahkan setelah dia meninggal pun aku masih tidak terlalu bergairah dengan feromon omega seperti waktu aku masih muda." Keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello; My Mate✔
RomansaSebelum baca ini, silakan baca My Mate lebih dulu. terima kasih.