Sebuah kehancuran
Setelah bersenang-senang cukup lama, Shin pun meminta Albert untuk mengantarkan mereka pulang kerumah.
"Albert, bisa kita pulang sekarang?"
Pinta Shin kepada Albert karena ia sudah mulai kelelahan setelah puas bermain di karnaval."Tentu, tapi apa anda yakin sudah cukup bersenang-senang hari ini tuan Shin?"
Tanya Albert lagi untuk meyakinkan Shin."Ku rasa sudah cukup untuk hari ini.
yaa...,walaupun aku berharap suatu saat nanti ibu memperbolehkan kami pergi ke kota lagi."
Shin sangat senang bisa menghabiskan banyak waktu selama bermain di karnaval dan berencana kembali jika suatu saat ibu nya mengizinkan mereka untuk pergi ke kota lagi."Maaf kalau saya lancang tuan, tapi kenapa orang tua anda tidak pernah mengizinkan kalian pergi ke kota?"
Tanya Albert penasaran.Mendengar hal tersebut, Shin dan Maqq pun saling menatap. mereka kebingungan harus menjawab apa, mereka tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya bahwa identitas mereka sengaja di sembunyikan oleh Proffesor Hardy karena mereka adalah keturunan bangsa Atlantis terakhir.
"Ehh, soal itu kami tidak tahu kok, iya kan kak?"
Tanya Maqq yang berpura-pura tidak tahu sembari menyikut tubuh kakak nya dengan pelan."I'iyaa mungkin ibuku hanya khawatir kalau kami pergi ke kota tanpa pengawasan."
Shin menjelaskan dengan gugup."Ohh begitu."
Sambil memegang dagu nya. Albert seperti sedang memikirkan sesuatu."Kita bisa pulang sekarang Mr Albert? maqq sudah ngantuk. hoaaaam."
dengan mata berkaca-kaca, Maqq menahan kantuk nya sedari tadi."Baiklah, saya siapkan dulu mobilnya terlebih dahulu nona Maqquel."
Mr Albert pun pergi menyiapkan mobil untuk mengantar mereka pulang menuju lab Professor Hardy."Terima kasih Mr Albert."
Jawab Shin.Albert pun berlalu dan pergi membawa mobil untuk mengantarkan Shin dan Maqq pulang, serta memastikan mereka sampai ke rumah dengan selamat sesuai perintah yang di instruksikan Proffesor Hardy kepadanya.
"Banyak sekali barang-barang yang anda beli tuan."
"Iya, biasanya ayah yang membelikan ku sesuatu yang bukan seleraku. Sekarang aku bisa membeli apapun yang aku mau sesuai selera ku."
Shin selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan dari kedua orang tua nya, namun selera Shin terkadang tidak sesuai dengan apa yang orang tua nya berikan kepada nya."Anda yakin setelah ini tidak mau pergi kemana-mana lagi tuan?"
Tanya Albert lagi hanya untuk memastikan."Iya, sebaiknya kita langsung pulang saja. kasian Maqq, dia benar-benar bersemangat di karnaval sampai kelelahan dan langsung tertidur setelah masuk mobil."
sambil menatap Maqq yang tertidur, Shin mengusap kepala Maqq adik nya."Baiklah kalau begitu tuan."
Albert pun membawa Shin dan Maqq langsung pulang ke rumah setelah mereka bersenang-senang mengelilingi kota untuk pertama kalinya.
Terlihat raut wajah mereka sangat bahagia setelah sekian lama menginginkan untuk pergi ke kota karena saat mereka tinggal di lab Proffesor Hardy yang letaknya di atas pegunungan, mereka tidak pernah berintetaksi dengan siapapun, selain dengan orang tua mereka dan Professor Hardy sendiri.
Cukup panjang perjalanan dari Karnaval kota menuju lab Proffesor Hardy. Albert membutuhkan waktu hingga satu jam lebih untuk bisa sampai ke sana.
tiba-tiba, Maqq terbangun dari tidurnya karena bermimpi buruk.
"Ibuuuuuuuu......!"
Maqq yang terbangun langsung berteriak memanggil Numala dari dalam mobil.Mendengar suara Maqq yang berteriak, Albert pun sontak menghentikan laju mobilnya.
"Ada apa nona?!"
Tanya Albert dengan tegang."Maqq..., kamu kenapa?"
Shin yang tertidur dalam perjalanan pulang pun ikut terbangun setelah mendengar teriakan Maqq."Ibuuu..., huaaaaa.."
Maqq tiba-tiba menangis sesegukan sambil memeluk Shin."Tenang Maqq, apa yang sebenarnya terjadi?"
Tanya Shin, untuk memastikan adik nya tidak apa-apa."Maqq melihat ibu di serang seseorang, ibu memakai pakaian serba putih ke emasan dan tidak memakai lagi riasan wajah untuk menutupi identitas nya."
Maqq bermimpi bahwa Numala di serang seseorang dan Numala pun melawan serangan tersebut."Ssttt... tenang Maqq, itu hanya mimpi buruk, jangan bicara seperti itu, bisa-bisa Albert tau siapa kita yang sebenarnya."
Bisik Shin ke telinga Maqq."Tapiii..., perasaan Maqq tidak enak. Maqq melihat ibu memanah seseorang menggunakan panah yang terbuat dari cahaya saat dirinya di serang. dan ibu akhrinya di tembak seseoraang dari arah belakang"
Tangis Maqq semakin menjadi setelah menceritakan mimpi buruk nya tersebut."Itu hanya mimpi buruk Maqq. ibu pasti baik-baik saja di rumah."
Shin mencoba menenangkan adik nya yang tengah manangis dan mengusap air mata nya."Apa semua baik-baik saja tuan?"
Tanya Albert yang kebingungan sejak tadi."Semua baik-baik saja Mr Albert, Maqq hanya mimpi buruk."
Jawab Shin sambil memeluk adik nya dengan erat."Kalau begitu sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanan."
"Mr. Albert, kita pulang sekarang...! Cepaat...sekaraaaang...!
Tangis Maqq semakin keras dan ia memaksa Mr Albert untuk segera mengajak nya pulang ke rumah."Baik Nona Maqquel."
Dengan sigap, Albert kembali menghidupkan mesin mobil nya dan melaju dengan cepat.Albert berfikir bahwa Maqq hanya bermimpi buruk dan terlalu khawatir dengan ibunya. Tidak mungkin ibunya bisa di serang seseorang karena keamanan di pegunungan tersebut sangat lah ketat dengan para penjaga nya yang di bekali senjata-senjata laras panjang.
Menurut Albert, tidak mungkin lab tersebut di akses dengan mudah oleh orang asing, pasal nya, untuk mengakses gunung tersebut hanya ada satu rute jalan dan rute tersebut harus melewati 3 portal pos penjagaan karena albert juga bertugas di salah satu portal tersebut.
Namun, apa yang di takutkan oleh Maqq sepertinya bukan hanya mimpi belaka, sesampai nya mereka di bawah kaki gunung, terlihat portal keamanan di bawah gunung tersebut porak poranda dan hancur. Terlihat banyak bekas tembakan dan ledakan sampai beberapa pohon di area tersebut tumbang.
*******
next bagian 49
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIC - The Last Civilaztion 🔱 [Season 1]
FantasyTotal kata yang di gunakan sebanyak 40.015 kata Mampu memahami bahasa hewan dan tumbuhan, mampu menemukan benda-benda berharga seperti kandungan emas dan berlian di dalam tanah, serta mampu melihat sebuah masa depan. Bagi Numala, semua itu bukan lah...