TERNYATA

12 1 0
                                    

Seperti biasa, hari ini Keira masuk kesekolah. Walaupun rasanya sangat malas, tetapi Reynand memaksa adiknya itu untuk tetap masuk. Keira berjalan berdua dengan Giselle. Mereka selalu bergandengan tangan dan sesekali tertawa lepas saat berbicara. Tanpa disadari, ada sekelompok anak laki laki yang ingin mengisengi Keira. salah satu dari anak itu, menjulurkan kakinya saat Keira berjalan didepannya. Keira meringis kesakitan saat tubuhnya tersungkur ditanah. Ia memegang lututnya yang berdarah sambil menundukkan kepalanya.

"Hey, dasar kurang ajar, apa yang kau lakukan?!" geram Giselle, ia terlihat sangat marah.

Anak laki laki itu menunjukkan wajah sombongnya "apa kau tidak punya mata? Aku sedang duduk bersama teman teman ku disini. Apa itu masalah, hah?!" ucapnya dengan nada agak keras.

Ia juga mendorong tubuh Giselle sampai tubuhnya terpental kebelakang.

"Gi! Apa kau tidak apa apa?" tanya Keira dengan cemas.

"jangan ganggu mereka!" ucap seorang laki laki secara tiba tiba.

Anak tadi mengangkat salah satu alisnya "kau siapa, hah? Apa urusanmu dengan mereka?"

"Alano" lirih Keira saat melihat anak itu.

Alano mencengkeram kedua krah baju anak itu "dia temanku. Jadi, jika kau menganggunya, kau ber urusan denganku, paham?!"

Anak itu terlihat sangat ketakutan saat melihat mata biru Alano mengeluarkan api kemarahan. Gerombolan anak itu langsung berlari menjauh. Alano langsung menekuk lututnya didepan Keira yang terlihat sangat ketakutan.

"coba sini, biar aku lihat lukamu" ucap Alano dengan khawatir. ia membuka tangan Keira yang menutupi lututnya. Alano berusaha membersihkan kotoran yang menempel dilututnya.

"ah, sakit! Pelan pelan." Ringis Keira, ia menangis.

"ck, jangan menangis! Dasar cengeng. Sebentar, aku akan ambilkan obat merah." Ucap Alano dan langsung berlari.

Keira menatap lukanya dengan sendu lalu melihat kedepan "aku tidak menyangka, ternyata dia sangat baik." Batin Keira.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Alano datang. Ia langsung berjongkok didepan Keira dan langsung mengobatinya.

"kau tidak perlu melakukan ini, Al." ucap Keira.

"kenapa tidak perlu? Aku harus membantu temanku yang sedang kesusahan." Balas Alano, ia masih berkutat pada lutut Keira.

"emm...kita berteman?" tanya Keira sambil memincingkan alisnya.

Pertanyaan itu bersamaan dengan Alano yang sedang memasangkan plester. Setelah selesai, Alano pun membantu Keira berdiri.

"jawabannya, ada dalam dirimu sendiri." Balas Alano dan langsung beranjak pergi.

***

Beberapa tahun berlalu. Sekarang Keira tumbuh sebagai gadis yang sangat cantik. Karier nya sebagai seorang supermodel juga sangat melejit. Gadis itu sekarang berumur 14 tahun. Kecantikannya memang sudah tidak bisa dipungkiri, ia sangat cantik. Begitupula dengan Reynand, ia tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat tampan. Hubungannya dengan Syana juga tidak perlu ditanyakan lagi. mereka sudah meresmikan hubungannya tepat satu tahun yang lalu.

Jika tentang Alano dan Keira, mereka juga menjalankan kehidupan seperti biasa. Sebagai seorang sahabat, mereka sering bermain bersama dan melakukan pemotretan bersama. Walaupun Alano masih tampak sangat dingin, tetapi sebenarnya ia berhati kapas. Alano sangat mengkwatirkan Keira saat ia tidak mendapatkan kabar. Perhatiannya itulah yang membuat Keira tidak mengerti tentang perasaannya sendiri. Ya, gadis itu sudah jatuh cinta dengan Alano, sejak dulu, sejak awal mereka bertemu dan menatap mata.

***

Lensa abu abu itu menatap jernihnya air pantai. Taburan bintang yang sangat indah menghiasi langit malam. Keira duduk dengan memeluk lututnya sendiri. Deburan air pantai kadang kadang menerpanya dan membuat seluruh tubuhnya basah. Tetapi, ia tidak merasa kedinginan karena Alano memeluknya dari samping. Keira menyandarkan kepalanya didada Alano. Sesekali ia melirik ke atas dan melihat pria tampan itu tersenyum. Gadis itu menatap Alano dengan kagum. Alano merasa dirinya sangat aneh, pasalnya sedari tadi ia merasa Keira selalu melihatnya.

Pria itu menoleh "kenapa kau melihatku seperti itu?"

"apa aku tidak boleh melihat sahabatku sendiri, hem?" jawab Keira sambil tersenyum.

Alano juga ikut tersenyum. Ia mengacak ngacak rambut coklat Keira dengan gemas.

"Al, apa aku boleh meminta sesuatu?"

"apa yang kau minta?"

"em... aku ingin, kau jangan berubah menjadi Alano yang dulu lagi, ya? aku tidak ingin kau terlihat dingin dan kasar terhadap wanita." Ucap Keira memohon.

Alano tersenyum "kau yang membuatku berubah Kei. Jadi, aku akan kembali seperti dulu jika kau meninggalkanku."

Keira menghela napas lega dan ikut tersenyum "Al, jika kau tahu bahwa aku ini sangat mencintaimu, apa kau masih melakukan hal yang sama kepadaku seperti saat ini? Apa aku masih bisa melihat senyum mu itu?" batin Keira.

"ada apa?" tanya Alano.

"tidak. Em...Al?"

"Iya?"

"apa kau pernah jatuh cinta?" tanya Keira dengan lembut.

Alano mengeryitkan keningnya "kenapa tiba tiba kau bertanya seperti itu?"

Keira melepaskan tangan Alano yang mendekap tubuhnya "jawablah aku, Al! aku hanya ingin tahu."

"kau sendiri bagaimana? Baiklah begini saja, kita jawab bersama sama, okay?"

Keira mengangguk. Mereka berhitung bersama sama. Setelah angka tiga mereka sebut mereka mengungkapkannya.

"Yora." Ucap Alano.

"ka-" ucapan Keira terpotong, napasnya tercekat.

"Yo Yora? Yora Molina?" tanya Keira, ia masih tak percaya.

"ya, Yora. Aku sudah menyukainya sejak dulu. kalau kau sendiri bagaimana? Tidak mungkin kan kalau kau mencintaiku, sahabatmu sendiri? Ah, tapi rasanya sangat konyol jika kau benar benar mencintaiku." Ucap Alano diikuti tawa kecil.

Keira melihat Alano tak percaya. Kali ini, rasanya air yang menerpa tubuhnya menjadi sangat dingin. Keira pikir, dengan kebersamaannya dengan Alano bisa membuat Alano mencintainya sama sepertinya. Ternyata tidak.

"dasar bodoh! Apa yang aku lakukan?! Aku sama saja membunuh diriku sendiri. Ini rasanya sangat sakit daripada ditusuk ribuan pisau." Batin Keira.

Gadis itu langsung berdiri dan membalikkan badannya. Ia mulai berjalan meninggalkan Alano. Pria itu Nampak bingung, ia ikut berjalan membuntuti Keira.

"kei, kau mau kemana? Kau tidak ganti baju dulu? nanti kau sakit!" ucap Alano khawatir.

Keira menghentikan langkahnya. Ia menundukkan kepalanya sambil menangis. Ia terjatuh, Keira menggenggam pasir pantai dengan sangat kuat "bisa bisa kau memperdulikanku! Apa yang kau mau sebenarnya? Apa aku salah mencintaimu? Jika iya, mengapa kau lakukan perbuatan ini padaku?" batin Keira.

Alano yang melihat Keira terjatuh segera berlari. Alano memegang kedua pundak Keira dan menyingkirkan rambut Keira yang menutupi wajahnya "Kei, ada apa denganmu? Apa ada yang salah dengan ucapanku?"

Keira menghempas tangan Alano dengan kasar "bukan kau yang salah, tapi aku." Ucapnya dengan seutas senyum.

Keira berdiri dan langsung berlari meninggalkan Alano

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang