KEBENARAN

11 0 0
                                    

Apa yang dikhawatirkan Keira selama ini benar benar terjadi. Rama sekarang menjauhinya, bahkan sudah berminggu minggu Rama tidak masuk ke sekolah. Setiap pulang sekolah, Keira menyempatkan waktu untuk melewati depan mansion Rama tetapi ia tidak ada. Bahkan ia sesekali menanyakan Rama pada penjaga mansion, tetapi itu percuma. Keira merasa sangat hancur. Ia merasa tuhan sangat tidak adil padanya. Gadis itu bahkan jarang sekali menghadiri jadwal pemotretannya. Ia menghabiskan waktunya dengan mengurung dirinya di dalam kamar. Keira juga mengganti pasward kamarnya sehingga siapapun tidak bisa masuk. Rex sangat menghawatirkan kondisi puterinya. Bahkan Rex rela meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Tn. Arvind. Mereka berdua membicarakan tentang putera puterinya, tetapi tetap saja mereka tidak menemukan jalan keluar.

Minggu ini Keira tidak masuk kesekolah, padahal ini sudah mendekati ujian akhir kelulusan. Ia memberanikan dirinya untuk masuk kedalam mansion. Tetapi, setelah Keira diterima masuk, semua orang bungkam. Gadis itu berusaha menanyakan pada Raymond tetapi pria itu sama sekali tidak menjawab. Sampai akhirnya, Keira bertemu dengan Arvind, Freta, Kaysan dan Arsya. Keira mengeryit saat melihat pelayan yang berdiri dibelakang mereka membawa beberapa koper. Keira menanyakan dimana Rama berada pada Arvind, tetapi ia juga tidak menjawab. Keira pun menangis disana. Setelah beberapa saat, Freta mengajak Keira untuk ikut dengannya. Tanpa basa basi, mereka berjalan menuju ke belakang mansion dan masuk kedalam jet. Keira berusaha menanyakan apa yang sebenarnya terjadi tetapi mereka tetap saja bungkam. Keira bertambah bingung saat ia mengetahui bahwa tujuannya adalah Madrid, Spanyol.

***

Setelah beberapa puluh jam didalam perjalanan, akhirnya mereka tiba di Madrid, Spanyol. Keira mengira jet itu akan mendarat di helipad mansion tetapi tidak. Jet itu mendarat di sebuah atap rumah sakit terbesar di Madrid. Dengan rasa takut dan bingung, gadis itu membuntuti keluarga Giandra untuk masuk kedalam. Kedatangan mereka menjadi sorotan semua pengunjung rumah sakit. Bahkan beberapa bodyguard mengelilingi mereka untuk melindungi dari hal hal yang tidak diinginkan. Mereka semua memasuki sebuah lift. Setelah pintu lift terbuka, bau obat menyeruak disana. Disana tertera tulisan VVIP, hanya keluarga ternama yang bisa memasuki ruangan itu. Mereka menyelusuri sebuah lorong yang disamping kanannya terdapat beberapa pintu. Setelah sampai di ujung lorong, mereka berhenti disana. Keira mengedarkan pandangannya, hanya terdapat satu pintu disana dan ruangan itu jauh dari ruangan lainnya. Bahkan diluar pintu terdapat beberapa sofa seperti di rumah sendiri. Bahkan Keira sangat terkejut ketika melihat Rex, Soraya, Reynand, bahkan Alano juga ada disana.

"aku mohon, kali ini saja beri tahu aku. Apa yang terjadi sebenarnya?" Ucap Keira memohon kepada mereka semua sambil berkaca kaca.

Freta mendekati Keira dan mengusap rambutnya "kau harus kuat, kau tidak boleh menyerah."

Keira mengeryit, ia merasa bingung. Tetapi kesabarannya sudah melewati batas. Keira menjauh dari Freta dan berdiri ditengah tengah mereka semua. Tatapan Keira penuh dengan amarah.

"apa yang terjadi sebenarnya, hah?! Kenapa semuanya diam?! Apa yang kalian sembunyikan sebenarnya?! Aku hanya ingin mengetahui kondisi Rama! apa aku tidak berhak untuk mengetahui kondisi kekasihku sendiri, hah?! Apa itu sesulit ini?!" pekik Keira penuh amarah.

Freta kembali mendekati Keira, dan mencoba menenangkan Keira yang mulai menangis. Freta memeluk Keira dengan tangis yang memecah.
"maafkan kami karena telah menyembunyikan kondisi Rama yang sebenarnya."

"apa? Apa yang-" perkataan Keira terhenti. Tatapannya tertuju pada sebuah pintu yang berada tepat didepannya. Keira melepaskan pelukan Freta dan menuju ke pintu itu dengan langkah yang gemetar. Keira mendekati pintu itu dan melihat kedalam melalui sebuah kaca berbentuk bundar yang ada di pintu itu. Mata Keira terbelalak, dan mulutnya terbuka. Ia tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Gadis itu menggeleng gelengkan kepalanya dan kembali ke arah Freta.

"tante, tolong katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Didalam itu bukan Rama kan?! Aku mohon jawab!" pekik Keira.

"iya itu Rama, itu Rama! kau puas?!" tegas Freta dan ia ikut menangis.

Arvind menghampiri isterinya dan mencoba menenangkannya. Keira masih menutup mulutnya tak percaya.

"kalian semua jahat! Kalian kejam! Kenapa kalian tidak memberitahuku jika Rama sakit?! Aku membenci kalian semua!" Pekik Keira.

Freta tampak tidak terima dengan kata kata Keira. Freta menajamkan tatapannya dan tiba tiba ia menampar Keira. semua orang terkejut melihatnya. Soraya ingin sekali turun tangan tetapi Rex melarangnya.

"apa kau pikir kau saja yang merasa sakit, hah?! Disini akulah yang paling terpukul. Apa kau lupa bahwa aku ibunya?! Aku yang telah mengandung Rama dan melahirkannya! Aku yang telah membesarkan Rama dengan kasih sayang, aku ibunya! Kau tidak pernah tahu betapa sakitnya aku saat mengetahui bahwa puteraku terkena kanker!" pekik Freta sambil menangis.

Keira berhenti menangis. Matanya terbelalak, ia berdiri di hadapan Freta.

"kau tahu? Itu semua sudah terlambat. Aku baru mengetahui ketika kanker itu sudah menyebar diseluruh tubuh Rama! aku ibu yang bodoh bukan? Aku membiarkan kanker sialan itu menggerogoti tubuh puteraku. Dan sekarang? Sekarang puteraku terkapar dikasur rumah sakit tak berdaya. Aku ibu yang bodoh! Aku payah!" pekik Freta sambil menunjuk dirinya sendiri.

Air mata Keira sudah tidak bisa dibendung lagi "tidak! ini tidak mungkin!" Lirih Keira.

Keira segera berlari dan membuka pintu ruangan itu. Keira menangis sambil menggeleng gelengkan kepalanya saat ia benar benar menatap wajah Rama yang pucat pasi. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan mendekati ranjang Rama. Keira segera memeluk tubuh Rama dan tangisannya memecah disana.

"dasar brengsek! Kenapa kau diam saja, hah?! Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku?! Aku mohon bangun, jangan tinggalkan aku! Bangun!" pekik Keira sambil menggoyang goyangkan tubuh Rama.

"jangan menangis, aku tidak akan meninggalkanmu." Suara itu terdengar sangat serak dan berat.

Keira segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah Rama. keira menghela napas ketika melihat Rama membuka matanya. Gadis itu segera mencium kening Rama sambil terus menangis.

"aku bilang jangan menangis!" tegas Rama.

Keira tidak memperdulikan perintah kekasihnya. Ia menangkup sisi wajah Rama dan terus saja menangis. Sampai sampai Keira berteriak dan ia menekuk kedua tangannya diatas kasur dan menyembunyikan wajahnya disana. Gadis itu tetap saja menangis bersedu sedu.

"apa kau tidak dengar?! Aku bilang jangan menangis!" tegas Rama sekali lagi.

Keira mendongakkan kepalanya, dan ia memeluk tubuh Rama lagi. gadis itu sudah tidak bisa menutupi kesedihannya, ia benar benar meluapkannya didepan kekasihnya.

"I hate you!" tegas Keira.

"I love you" balas Rama sembari mengelus rambut coklat keira.

"don' t leave me! Don' t leave me!" pekik Keira sekali lagi.

Jangan lupa vote and comment❤

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang