Warning: Cerita berunsur BL, buat yang Homophobic di larang keras membaca ini. Tetapi jika sudah terlanjut silahkan di lanjutkan.
Di larang baper sama authur ya... ahhahahah
🍒🍒🍒🤦♂️
Malam itu Bian sedang menyiapkan sup kesukaan Glen. Biasanya di musim salju pertama kali turun, mereka selalu merayakan hari jadi mereka. Sejak pertama kali mengenal Glen hidup Bian sangatlah sempurna. Memiliki kekasih yang sangat mencintainya dan mengasihinya. Bian sudah menyiapkan segalanya, dan pada saat salju turun Bian membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Glen.
'Kau tidak lupakan kalau hari ini adalah hari jadi kita? Aku sudah menyiapkan segalanya. Aku menunggumu,' pesan terkirim tetapi masih pending karena garis satu.
Bian dengan sabar menunggu Glen di depan hidangan yang Bian masak malam tadi. Waktu sudah menunjukan pukul 00.00 waktu setempat, tetapi Glen tidak muncul juga. Bian membuka ponselnya dan mengirim pesan lagi, meski pesan sebelumnya belum terkirim.
'Aku sudah menunggumu, tetapi hingga pagi kau tidak pulang juga. Maaf aku tidak masak pagi ini,' pesan itu dia kirim kembali dan masih sama belum terkirim.
Bian membuang semua masakan yang ia masak, karena jika dia makan tidak akan ada gunanya, yang ada hanya akan menambah kepedihan hatinya. Bian pergi ke kamar tidurnya dan membaringkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamarnya, tanpa terasa air mata mengalir begitu saja. Bian buru-buru menyeka air mata itu, kemudian ia pun memejamkan mata untuk tidur.
Pagi hari telah datang, Bian bangun dan mulai bergegas untuk melihat ponselnya. Tetapi tidak ada balasan sedikitpun meski sudah terkirim dan di baca. Bian meletakkan kembali ponselnya dan bersiap-siap untuk mandi. Bian selesai dan sudah rapi, bian pun pergi keluar dari rumah. Bian memutuskan untuk pergi ke tempat makan yang tak jauh dari rumahnya. Salju sudah menutupi sebagian jalanan, Bian sempat bermain-main dengan salju sebentar setelah itu ia mulai melanjutkan perjalanannya.
Bian sampai di tempat yang ia tuju, kemudian seorang pria tua menyapanya. "Hai nak Bian, sudah lama sejak saat itu kau tidak pernah keluar dan makan mie kesukaan mu disini, kemana saja kamu nak?"
Bian tersenyum lalu menjawab pria itu. "Hai juga paman, iya sudah lama sekali sejak aku tidak bekerja lagi, aku menghabiskan waktuku mengurus rumah dan masak. Hari ini aku rindu masakan paman dan bibi,"
Lalu seorang wanita paruh baya keluar dan memberikan semangkuk mie rebus kesukaan Bian. "Ini nak, makanlah. Bibi masak spesial buat kamu. Ngomong-ngomong dimana Glen, dia tidak ikut bersama mu? Biasanya kau meminta satu mangkuk mie, dan satu mangkuk kosong untuknya."
Bian hanya tersenyum kemudian menjawabnya. "Glen sibuk kerja bibi, kalau begitu aku makan dulu ya, mari makan."
Bian mulai memakan mie itu, tetapi saat satu suapan masuk kedalam mulutnya tiba-tiba ia teringat akan masa lalunya saat ia dan Glen makan mie bersama di tempat itu, saat pertama kali pindah.
Flash back.
Hari itu, tepat saat Glen dan Bian baru saja tiba di korea dan baru membeli rumah yang sederhana hasil uang tabungan mereka berdua. Karena lapar Bian dan Glen pergi ke tempat makan itu. Paman Park Gumho dan bibi Park Shin he, menjual makanan yang sangat enak.
Saat itu Bian memesan satu mangkuk mie untuk makan mereka berdua. "Paman aku pesan satu mangkuk mie saja, tapi bolehkan aku minta satu mangkuk kosong lagi?"
"Baiklah nak, tunggu sebentar ya." ujar Paman Park Gum.
Paman Park Gum pergi untuk menyiapkan makanan yabg di pesab oleh Bian. Sambil menunggu Glen pun mulai membuka suaranya.
"Maafkan aku, kita hanya memesan mie satu mangkuk saja. Aku janji ketika aku sudah banyak uang, aku akan selalu memberikan makanan yang enak untukmu. Aku juga akan selalu menjagamu," ujar Glen.
Bian tersenyum lalu berbicara lembut. "Tidak apa-apa, lagi pula porsi mie nya banyak, jadi cukup untuk berdua."
Glen kemudian tersenyum dan mencium tangan Bian. Tidak lama kemudian mie itu datang, tetapi bukan cuman satu melainkan dua. Bian dan Glen terkejut lalu Glen pun berbicara.
"Paman, kami hanya memesan satu mangkuk mie, tapi kenapa yang datang dua mangkuk?" ujar Glen.
"Tidak apa-apa nak, paman memberikan satu mangkuk percuma untuk kalian, lagi pula kalian pasti baru disini kan? Ayo makanlah, sebelum dingin." ujar Paman Park Gum.
"Terimakasih paman," ujar Bian.
Mereka pun makan mie itu dengan lahapnya, karena satu harian membereskan rumah dan belum sempat memakan apapun...
Flashback End....
Tanpa terasa air mata jatuh dari bulu mata Bian. Lalu ia pun buru-buru memakan mie rebus itu. Setelah selesai Bian pun membayar mie itu, tetapi Paman dan bibi Park menolak uang dari Bian. Karena selama ini, paman dan bibi Park sudah menganggap Bian seperti anak mereka sendiri. Bibi Park Shin He melihat kondisi tubuh bian yang kurus serta layu. Jika di lihat dari wajahnya ia tampak segar dan sehat, tetapi jika di lihat dari matanya ia tampak rapuh dan penuh kesedihan.
"Nak, kau kelihatan kurus sekali sekarang. Apakah Glen menyakitimu?" ujar bibi Park.
"Aku tidak apa-apa bi, dia baik dan masih sama seperti yang dulu kok. Ya sudah aku pergi dulu ya paman, bibi. Sekali lagi terimakasih mie nya. Rasanya sangat enak," ujar Bian.
Park Gum dan Park Shin mengangguk lalu melambaikan tangan. Bian berjalan menelusuri koridor, ia berjalan gontai dan air mata mengalir di pipinya. Di sela dinginnya udara bersalju saat ini, ia tidak tahu harus kemana ia pergi. Bian masih terus berjalan, tetapi tiba-tiba pandangannya menjadi kabur, kepalanya pusing, lalu ia pun ambruk dan pingsan.
Ketika Bian membuka matanya, aroma khas obat-obatan pun tercium di hidunganya. Ia melihat tangannya, selang infus sudah terpasang disana. Lalu ia hanya tersenyum miris saat harus hal ini lagi yang terjadi. Lalu dokter tampan dan manis masuk kedalam ruangan dimana Bian di rawat.
"Syukurlah kamu sudah sadar." ujar Dokter itu.
"Dokter Riyuji, siapa yang membawaku kemari?" ujar Bian.
"Aku kebetulan lewat dan melihatmu pingsan di pinggir jalan, jadi aku langsung saja membawamu kemari." sahut dokter Riyuji.
Bian hanya tersenyum, lalu ia pun memejamkan matanya kembali. Dokter Riyuji mendekat dan duduk di samping Bian, kemudian berbicara kepada Bian. "Apakah kamu sudah meminum obat yang aku berikan padamu tempo hari?"
Bian membuka matanya kemudian menjawab. "Kebetulan obatku habis, sebanarnya aku juga ingin kerumah sakit menemuimu. Tetapi, tiba-tiba aku tumbang."
"Bian, kamu bisa menelponku dan aku bisa menjemputmu kerumah, untuk saat ini obat masih bisa memperlambat penyakitmu, tetapi aku juga tidak tahu ini sampai kapan, kau harus memutuskannya sekarang." ujar dokter Riyu.
"Aku paham, tetapi aku belum siap," ujar Bian.
"Kamu masih belum memberi tahunya?" ujar dokter Riyu.
Bian hanya menggelengkan kepalanya lalu menjawab lagi. "Aku tidak ingin dia tahu dan membebani pikirannya. Dia sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi biarkan saja aku yang menanggungnya sendiri."
Dokter Riyuji hanya terdiam, dia tidak tahu lagi harus apa yang mau di katakan. Lalu dokter Riyuji meninggalkan Bian untuk beristirahat.
Bersambung....
Hai maafkan aku ya, jika cerita sebelumnya aku unpublish, jadi aku ganti dengab cerita baru ini. Semoga suka ya...
Jangan lupa vote dan komennya ya.... makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- Cinta Yang Dalam (End)
RomanceDi musim salju yang pertama pada tahun sebelumnya, Bian dan Glen selalu merayakan hari jadi mereka. Mereka telah menikah dan tinggal bersama sejak memutuskan pisah dari keluarga mereka karena tidak menyetujui hubungan mereka, lalu mereka tinggal dan...