C.Y.D Bab 8

5.7K 497 100
                                    

Setelah di kamar mandi Bian menahan darah yang mengalir dari hidungnya, Bian mengambil obat di rak obat, setelah meminum segenggam obat Bian kembali tenang dan darah berhentu mengalir. Ia melihat bayangan Glen dari pantulan cermin, lalu Glen mendekat dan memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku sayang, maafkan aku." seru Glen.

"Hatiku sudah terlanjur sakit," sahut Bian sembari mendorong Glen.

Glen sangat marah saat Bian mengatakan ingin putus, jujur dalam hatinya ia tidak ingin putus dengan Bian. Ia takut kehilangan cinta pertamanya, tetapi Bian membuatnya bosan sehingga ia rela menduakan Bian dan mencari orang lain. Bian pergi meninggalkan Glen di kamar mandi, lalu duduk di sofa dan mengabaikan Glen. Merasa tidak nyaman dengan perlakuan Bian, Glen pun memutuskab pergi meninggalkan Bian. Lalu Bian hanya tersenyum miris, tanpa ragu lagi Bian pun mulai memikirkan sesuatu.

'Aku tidak perduli lagi, sudah terlalu lama aku menderita seperti ini. Maafkan aku jika aku pergi meninggalkanmu Glen. Kau yang memaksaku untuk pergi, kesetiaanku, kebaikanku, kau abaikan.' Gumam Bian dalam hati.

Bian hanya mengemasi barang-barang seperlunya saja, buku tabungan dan deposito yang selama ini ia simpan tanpa pengetahuan Glen pun ia bawa. Meski rumah itu adalah hasil dari jerih payah mereka berdua, lambat laun di dalam rumah itu posisinya akan di gantikan dengan yang jauh lebih sehat dan menarik. Bian menghela napasnya panjang, tanpa ragu lagi, tanpa meninggalkan kabar atau memberi tanda kalau dia pergi kepada Glen. Bahkan Bian mengganti nomor ponsel dan menghapus Email nya, agar Glen tidak mampu melacaknya.

Bian melangkah dengan pasti, tanpa ragu lagi ia membawa kopernya dan pas bunga anggrek dari dokter Riyuji. Ia tak tahu lagi harus kemana, ia ingin pulang ke rumah orang tuanya sudah tidak mungkin, karena kini ia yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat baru saja pulang dari menemuinya di korea karena mengalami kecelakaan. Bian hanya punya satu tempat tujuan ya itu dokter Riyuji. Bian pun memasang muka tembok untuk pergi kerumah Riyuji. Bian pun sudah sampai dan duduk di sofa dimana ia pertama kali ia datang kerumah itu. Pembantu Riyuji menyuruh Bian duduk, pembantu itu menyambut hangat kedatangan Bian, solah mereka tengah menyambut majikan mereka sendiri. Tidak lama kemudian Riyuji datang menghampiri.

"Bian..." seru Riyuji.

"Dokter maafkan aku mengganggu mu, aku tidak tahu lagi harus kemana. Aku hanya punya satu tempat tujuan, hanya..." ujar Bian sambil meneteskan air matanya.

Riyuji yang peka langsung memeluk dan menenangkan Bian. "Tidak apa-apa, aku menerimamu disini. Pintu rumahku selalu terbuka lebar untukmu,"

"Aku ingin pergi jauh dan meninggalkannya. Aku tidak ingin disini, mau kah dokter membawaku pergi?" ujar Bian masih terisak dalam pelukan Riyuji.

Melihat orang yang ia sukai sangat tersiksa begini, ia tidak kuasa. "Aku akan membawamu pergi kemanapun kamu mau. Aku akan selalu menjagamu dan selalu di sampingmu, asalkan kamu berjanji padaku mau sembuh."

Bian mengangguk, karena merasa lelah Bian pun tertidur di pangkuan Riyuji. Dokter Riyuji mengangkat Bian dan meletakkan Bian dengan hati-hati di atas tempat tidur. Becky anjing kecil itu pun tidur di samping Bian. Riyuji keluar kamar meninggalkan Bian beristirhat, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo, saudara Lee?" ujar Riyuji.

"Ada apa saudaraku? Terakhir kali kau menelpon karena ada urusan mendesak, ada yang bisa aku bantu?" sahut orang di seberang sana.

"Aku ingin kau mencari tahu, pria bernama Glen Frederico. Apakah kau mengenalnya?" seru Riyuji lagi.

Suara di balik telpon itu diam lalu tidak berapa lama bersuara lagi. "Glen Frederico yang mana satu? Oh, Glen yang pebisnis muda itu? Dia sangat terkenal, dan banyak yang menempel padanya. Baik laki-laki atau pun perempuan. Tetapi dia hanya memilih lelaki saja,"

"Aku dengar dia memiliki pasangan yang sudah lama hidup dengannya, apakah itu benar?" tanya Riyuji lagi.

"Aku belum pernah mendengarnya, tetapi ada salah satu temannya yang mengatakan kalau dia memiliki seorang yang ia simpan di rumahnya, aku tidak yakin orang yang selalu bermesraan dengan orang lain memiliki pasangan yang serius." Sahut Lee.

"Baiklah terimakasih!" sahut Riyuji lagi.

Amarah Riyuji saat mengetahui kenyataan yang di alami Bian sangat memuncak. Riyuji kembali ke kamar dan melihat Bian, hatinya sangat sakit, air mata menetes begitu saja tanpa ia sadari. Hatinya sangat sakit, lalu ia membuka aplikasi untuk memilih tiket penerbangan. Setelah mendapatkannya Riyuji langsung mengemasi barang-barangnya. Lalu Bian terbangun dan duduk di tepi tempat tidurnya, Riyuji yang melihatnya langsung bersuara.

"Maafkan aku membangunkanmu," ujar Riyuji lalu duduk di samping Bian.

Bian menatap Riyuji lekat, melihat ketulusan dan kebaikan Riyuji dari sorot matanya. "Tidak apa-apa dok, apakah kita akan pergi hari ini juga?"

"Iya, lebih cepat lebih baik. Tapi sebelum pergi mau kah kamu menerimaku sebagai kekasihmu?" tanya Riyuji sepontan membuat Bian kaget.

"Dokter aku, aku...." ujar Bian tidak bisa berkata apa-apa.

"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, aku akan menunggu jawaban itu nanti kalau kita sudah di negara yang lain. Aku akan sangat bahagia disana bersamamu," ujar Riyuji.

Bian mengangguk, lalu mereka pun bersiap-siap pergi. Setelah selesai mereka pun pergi ke bandara untuk meninggalkan kota Korea, meninggalkan kenangan pahit yang ada di kota itu. Bian kembali mengingat masa-masa dimana Bian dan Glen di tolak kedua orang tua mereka karena hubungan mereka, akhirnya dengan tekat yang penuh mereka pergi meninggalkan orang tua mereka dan hidup bersama, memulai dengan pekerjaan kecil, sampai pada akhirnya menjadi seorang pebisnis yang sukses.

Susah senang selalu mereka lalui bersama, hingga pada akhirnya Glen menyuruh Bian untuk berhenti bekerja dan mengurus rumah. Bian pun menyetujui ke inginan Glen, tetapi sejak Bian tidak bekerja di perusahaan yang jelas di bangun dan di danai oleh Bian sendiri, Glen berubah menjadi lebih berambisi dan berbuat seenaknya. Pulang selalu larut, mabuk, bau parfum bergantian dan beda-beda. Kadang ada bercak lipstik, dan sebagainya. Terlebih yang membuat hati Bian sakit adalah, Glen menyimpan lelaki lain di belakang Bian. Beruntung Bian mulai menyadari dan membuntuti Glen, saat tau akan hal itu Bian tersenyum miris, menerima kenyataan kalau pemuda yang bersama Glen jelas adalah type Glen dan pasti jauh lebih tampan dan cantik.

Bian kembali pada pandangan wajah di sebelahnya, melihat Riyuji yang tengah tertidur, terlihat garis halus di wajah Riyuji. Kerutan setres dan frustasi, lelah dan sebagainya. Bian yang melihat itu sangat damai, lalu ia menyandarkan kepalanya di bahu Riyuji. Riyuji bangun, lalu mencium puncak kepala Bian. Bian tersenyum sedih, ia tak tahu haruskan ia membalas cinta dokter Riyuji?



Bersambung....

Hai, makasih ya udah mampir dan bca cerita aku. Jangan lupa Vote dan komennya ya.

BL- Cinta Yang Dalam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang