Chap 11 ••Revan dan Ardhan••

66 3 0
                                    

Revan...? Untuk apa dia datang kesini

Farel bergumam dalam hati. Dari dalam mobil ia dapat melihat sendiri bagaimana sengitnya tatapan Ardhan sejak lelaki itu datang.

Setahu Farel, Ketua Osis Garuda seperti Revan sangat tidak suka waktu berharga nya terbuang percuma. Karena padatnya kesibukan yang ia bawa di pundaknya menjadikan seorang Revan sangat disiplin waktu dengan ketat.

Lalu ada perlu apa sampai ia harus menyempatkan diri 'mampir' ke pemakaman..

Tentunya jika bukan karena mengunjungi keluarga yang sudah tiada

Kemungkinan terbesar..

Akankah karena Saira?

Tanpa sadar Farel memijit kening nya dengan pelan. Kemudian menghirup nafas dalam dan menghembuskannya perlahan..

"Wah parah... Gila.. Saira bisa bikin Revan sama Ardhan ngerebutin dia?!... Anjay! Itu mahluk dua yang kata nya ketua osis udah pada sinting apa"

Seketika tumpah segala emosi dan luapan tak percaya dari seorang Farel. Berkali- kali ia mencubit lengan nya sendiri berharap ini adalah sebuah mimpi konyol karena ia harus terjebak dalam sebuah drama dan hanya menjadi pemain figuran.

Kalau benar mimpi semoga tuhan segera membangun kan nya ke dunia nyata

"BRAKK!"

"Anjir kaget gue!! Heh bisa santai gak si lo bukak pintu mobil"
Farel terperanjat dari tempat duduknya. Pintu dari sisi kiri tiba tiba terbuka dan memunculkan diri Ardhan.

Ketika bersama Ardhan, beberapa kali Farel akan berbicara dengan sebutan lo-gue seperti biasa.

"Gak usah ke SMA Garuda.. Males"
Ucap Ardhan

"Lah terus ni berkas berkas gimana?"
Sungut Farel

"Ntar anak anak osis yang lain aja kesana"

Farel nampak berfikir

"Terus kita sekarang pulang?"

Alis kanan Ardhan terangkat dan menatap Farel dengan tajam. Berusaha sabar sambil menarik nafas dalam.

"Eh eeh.. Iya iya Ar.. Santai atuh kalo sering marah marah entar jadi jomblo selama- eeh salah maksudnya entar cepet tua"

Ardhan tak menanggapi kemudian menoleh kearah kaca mobil yang basah diguyur hujan di arah luar. Menatap pemandangan makam yang mulai menjauh seiring laju nya mobil mereka yang semakin meninggalkan area tersebut.

Rasa pusing langsung menyerang Ardhan. Lantas ia pun memejamkan mata sembari tangan kirinya menekan dahi yang terasa amat sakit menusuk kepalanya yang amat berdenyut.





"Kak Ardhan.. mau permen"

Mendengar suara rengekan dari gadis kecil itu, membuat laki-laki yang dipanggil menolehkan kepalanya.

"Kamu mau yang itu?"

Laki-laki itu nampak menunjuk salah satu permen lolipop menggiurkan yang sudah dilapisi plastik dan diberi pita cantik.

Terlihat mata gadis itu berbinar sembil menganggukkan kepala.

Dengan ekspresi yang begitu lucu di mata nya.

"Sebut saja apapun yang kau inginkan.. Maka aku akan selalu memberikannya"

Tangannya bergerak memberikan permen pada sang gadis.

Sambil tersenyum tipis memandang cantiknya kedua mata cerah yang kini terlihat bahagia berkat dirinya.

Karena.. Sejak awal akulah yang harus selalu membuatnya Bahagia..




***

Tok.. Tok.. Tok..

"Sherlyn.. Makan dulu ya? Mama udah masak soup ayam kesukaan kamu"

Seorang wanita paruh baya nampak mengetuk pintu kamar sembari membawa nampan makanan.

"Masuk aja ma.. Pintunya gak dikunci"
Sahut sherlyn

Pintu berwarna putih dengan desain klasik itu terbuka. Miranda menampilkan senyum menawan yang menambah kecantikannya. Meski hampir memasuki umur 40 tahun, wanita satu ini masih terlihat awet muda.

Setelah menaruh nampan di nakas. Miranda mendekati putrinya yang terlihat berusaha duduk di ranjangnya.

"Masih pusing Lyn? Atau mama panggil Dokter Drian ya "

Ucap Miranda sambil memberikan beberapa obat untuknya serta segelas air.

Sherlyn menerima obat tersebut dan langsung meminum nya.

"Gak usah ma.. Sherlyn juga udah mendingan kok"
Jawab Sherlyn masih dengan wajah pucatnya.

Sebagai seorang Ibu, tentu Miranda sangat khawatir dengan keadaan putrinya. Kemarin Sherlyn tiba-tiba demam, suhu tubuhnya juga tinggi. Wajahnya pucat dan terus terusan merasa pusing. Anak itu tidak nafsu makan apapun dan hanya tidur seharian.

Miranda langsung menelfon Dokter Pribadi keluarganya menanyakan resep obat apa saja yang diperlukan. Sebenarnya ia ingin memanggil Dokter Drian kerumah.. Namun Kemarin Dokter muda itu sedang berada diluar kota.

Alhasil ia hanya mengandalkan obat. Syukurlah Sherlyn sudah lebih baik. Pagi tadi Miranda sangat senang karena Sherlyn bilang mau makan soup ayam, akhirnya anak itu mau makan juga.

"Sherlyn.. Ardhan kok gak kerumah? Kamu kan lagi sakit."
Tanya Miranda

Karena ia tahu betul putrinya itu akan sangat senang jika Ardhan datang kerumah. Apalagi sekarang Sherlyn sedang sakit, mungkin saja gadis itu akan cepat sembuh karena kehadirannya.

Sherlyn tersenyum tipis memandang ibunya.

"Ardhan kan sibuk ma.. Dari kemarin dia ngurusin berkas buat agenda Osis. Hari ini aja Ardhan mesti ke SMA Garuda buat ngasihin berkas"

Sherlyn menjawab ibunya dengan tenang. Sebenarnya rasa pusing itu masih terasa di kepalanya, namun terus terusan ia tahan karena tak ingin membuat ibunya semakin khawatir.

Tentang Ardhan.. Ia juga berharap laki-laki itu datang atau setidaknya menanyakan kabar nya..

Dan tentunya Sherlyn harus menjawab dengan tenang jika ibunya bertanya tentang Ardhan.

"Ohh gitu.. Mama maklum aja karena dia kan Ketua Osis pasti capek banyak kerjaan. Nih Sekretaris nya yang cantik aja udah tepar duluan.."

Sherlyn tertawa mendengar perkataan Miranda.

"Hahah Sherlyn udah sehat kok mah.. Tenang aja okeyy"
Sahut gadis itu ceria

Baru saja Miranda ingin bersuara tiba-tiba ketukan pintu kamar terdengar. Miranda dan Sherlyn pun menoleh ke sumber suara.

Miranda mempersilahkan orang itu masuk.

Ternyata pelayan keluarga ber seragam lengkap memasuki kamar Sherlyn.

"Permisi nyonya.. Diluar ada tamu yang ingin bertemu nona Sherlyn"
Ucap sang pelayan

"Siapa?"
Tanya Miranda



"Tuan muda Ardhan"


























CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang