Chap 9 ••Rasa Kecewa••

54 26 5
                                    

Di tengah hujan deras hari itu mereka berdua tak sadar apa yang telah mereka lakukan. Hanya sekedar kebetulan kah atau memang begini skenario yang di gariskan tuhan untuk mereka?

Mata saira terasa berat hanya untuk sekedar menatap mata gelap laki-laki itu.

Ah bukan

Hatinya yang terasa lebih berat.

Bukannya hati nya merasa berdebar, kali ini perasaannya di selimuti rasa takut. Saat ini ia sedang tak ingin bertemu dengan laki-laki itu.. Sangat.

"Berapa kali harus kukatakan jika aku yang akan selalu menjagamu"

Ardhan mengeraskan rahangnya. Kedua tangannya terkepal kuat menahan amarah yang tengah memuncak dalam dirinya.
Saira menggeleng pelan melihat perangai Ardhan yang entah darimana tiba-tiba telah muncul di hadapannya.

"Tidak.. Kau tak perlu menjagaku "

Derasnya air hujan yang jatuh membuat Saira harus menaikkan volume suaranya. Meskipun jika ia berbicara dengan pelan pun Ardhan pasti bisa mendengarnya.

" Om Ritama saja tahu jika hanya aku yang bisa menjaga putri nya "

Apa?

Kenapa Ardhan berkata begitu.. Akankah selama ini lelaki itu selalu ada untuknya karena permintaan mendiang papa nya sebelum meninggal?

Oh jadi karena itu

Kali ini Saira tidak akan bergantung dengan Ardhan. Sudah cukup selama ini ia dianggap perempuan jahat karena selalu bersama Ardhan.

Untuk kali ini biarlah ia berjalan sendiri.

"Apakah keberadaanmu selama ini hanya untuk menepati janji pada papa ku? Bukan karena keinginan mu sendiri?"

Perih.. Itu yang dirasakan dalam setiap denyutan hatinya sekarang.

Sementara lelaki yang diajak bicara kini tersentak karena perkataan Saira barusan. Ardhan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya namun ia langsung merubah raut wajahnya seperti biasa.

"Apa yang kau katakan? Justru aku-"

Ardhan berusaha menjelaskan namun Saira terlihat sudah muak dan memotong pembicaraannya.

"Sudah cukup. Mulai sekarang kau tak perlu lagi menjagaku atau peduli padaku. Terimakasih sudah mengabulkan permintaan papaku. Aku bisa menjaga diriku sendiri"

Sakit

Saira menahan rasa sakit sendiri karena perkataan yang dengan lancar keluar dari mulutnya. Kata-kata yang ia fikirkan di otak tak lagi berkomunikasi dengan hati.. Lantas keluar begitu saja tanpa ia sadari.

"Apa katamu..?"

Ardhan berkata pelan seolah berharap apa yang ia dengar barusan tidak benar. Menatap dalam mata coklat yang selalu mengeluarkan air mata tanpa sepengetahuan nya.

Saira tak membutuhkannya lagi?

"Kau tidak dengar? Aku bisa menjaga diriku sendiri"

Saira menggigit bibir bawahnya setelah mengucapkan itu. Hatinya terasa di iris kala melihat wajah kecewa Ardhan yang tak mampu ia hindari. Sorot mata teduh itu berubah menjadi dingin nan kosong.

"Lalu kau akan membiarkan Revan yang menjagamu..?"

Ardhan menatap lekat sang gadis dihadapannya dengan tajam.

Sementara Saira sangat tidak menyangka jika Ardhan akan membawa bawa Revan dalam urusan mereka.

"A.. Aku.."

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang