Chap 12 •• What?••

33 1 0
                                        

Hening

Dari beberapa saat yang lalu belum ada seorang pun yang memulai pembicaraan lebih dulu. Keduanya hanya diam dengan perasaan masing-masing. Hanyut dalam fikiran mengenai apa yang harus dibicarakan terlebih dahulu.

"Maaf"

Kepala Sherlyn terangkat perlahan, kedua mata nya kini bertemu tatap dengan milik Ardhan.

"Kenapa?"
Gadis itu nampak bingung. Tidak biasanya Ardhan bersikap seperti ini padanya.

"Bagaimana keadaanmu? Seharusnya kau memberitahuku kemarin.. Maka aku takkan membiarkanmu mengerjakan semuanya sendiri"

Sherlyn tersenyum tulus

Setidaknya Ardhan masih peduli padanya. Sebenarnya Ardhan itu bukan orang yang tergolong cerewet namun kadang disaat seperti ini ia akan terlihat seperti kakak yang memarahi adiknya.

Tidak perlu perhatian lebih. Hanya dengan begini saja Sherlyn sudah bahagia.

"Aku baik baik saja lagipula pekerjaanmu sudah banyak, tidak perlu repot membantuku"

Sherlyn tersenyum kemudian atensi nya teralihkan dengan tetesan air di ujung rambut Ardhan. Lantas gadis itu berdiri lalu meraih handuk kecil di kamar mandi nya.

"Kau habis darimana..? Rambut mu basah sekali"

Ardhan tersenyum tipis merasakan hangatnya perhatian gadis ini padanya. Rasa bersalah meningkat begitu saja mengingat beberapa kali hati Sherlyn terluka karna ulahnya.

Ardhan tau itu

Meski Sherlyn tak pernah mengatakan apapun padanya

Grep

Gadis itu tersentak  karna pergelangan tangannya yang di genggam erat. Mata nya mengerjap beberapa kali ketika bertabrakan dengan sorot gelap mata Ardhan.

"Maafkan aku.. Setelah ini, aku takkan pernah meninggalkanmu lagi"

Sherlyn hanya diam dan memandang datar seseorang di hadapannya. Sampai sesuatu terdengar lagi.

"Aku janji"















***

Kusuma Bangsa High School

Sepatu kets hitam melangkah lebar lebar diatas lapangan sekolah yang begitu luas. Tepat setelah melewati gerbang tinggi nan menjulang, ia berjalan agak tidak santai.

Hingga atensi lelaki itu ter alihkan dengan sosok gadis yang berada tidak jauh didepannya.

"Sairaaa..!!"

Tak ada jawaban

"Woyy!! Kagak denger apa?!"

Lelaki itu kembali mempercepat langkahnya agar bisa mengimbangi sang gadis. Setelah sampai, ternyata gadis itu sama sekali tak mendengarnya.

"Aduh.. Siapa yang-"

Suara gadis itu keluar berbarengan dengan Earphone yang ditarik dari arah samping.
Menangkap sosok lelaki yang kini menatap kesal kearahnya.

"Kirain budek.. Daritadi dipanggilin kagak nyaut-nyaut lu! Urgent nih!"

Saira nampak memutar matanya malas kemudian melepas earphone dan menaruhnya kedalam saku seragamnya.

"Yaudah apaan gas? Awas kalo gak penting"

Lelaki itu

Bagas namanya. Teman satu angkatan yang  satu sekolah pasti tau siapa dia. Alasannya? Lets see..

Bagas menatap Saira dengan pandangan yang tak bisa diartikan. Mereka berdua nampak berhadapan dengan serius

Baru saja Bagas ingin membuka mulut, atensi nya kembali ter alihkan dengan sesuatu yang lain dan segera mengembalikan tatapan nya kearah Saira dengan agak kaget

"Eh Ra.. Itu beneran?"

Pertanyaan ambigu apa itu dalam benak Saira.

"Beneran apanya?"
Tanya Gadis itu tak mengerti

Bagas lantas membalik bahu Saira agar ia juga menatap kearah yang sama dengannya.

Disana di ujung lapangan

Tepatnya kearah mobil hitam yang baru saja tiba di parkiran sekolah

Bukan karna mobil nya keren atau apa

Tapi karna sosok yang baru saja turun dan berjalan kearah pintu sebelah kiri

Deg

"Aku gak salah liat kan kalo itu dia?"

Bagas agak menurunkan volume suara nya dan menatap raut wajah Saira yang nampak berubah.

Apalagi ketika sosok gadis yang begitu Bagas kenal tengah tersenyum kearah sahabatnya yang tadi membukakan pintu mobil.

Sadar situasi agak berubah Bagas lantas menarik tangan Saira pergi dari sana

Baru berjalan beberapa langkah.. Gerakannya terhenti.

"Bagas? Selamat pagi!"
Suara lembut itu membuat Bagas mau tak mau berbalik badan

"Oh, Pagi Sherlyn"
Bagas tersenyum membalas sapaan gadis yang tadi mereka perhatikan, sekaligus menambahkan-"Kau juga.. Pagi Ketua"

Sorot mata Bagas bertemu dengan tatapan dingin Sang Ketua yang baru tiba. Siapa lagi.. Tentulah Ardhan.

Ardhan yang tadinya baru selesai merapikan dasi dan jas seragam nya tersenyum tipis membalas sapaan Bagas.
Salah satu sahabat dekatnya

"Ini Jas mu Lyn tadi tertinggal di mobil"
Ucap Ardhan

"Ah iya aku lupa Terimakasih"
Balas Sherlyn dan langsung memakainya

Fokus Ardhan buyar begitu melihat Tangan Saira yang digenggam Bagas.

Bagus

Masih pagi dan kesabaranku sudah diuji

"Lyn aku ke kelas duluan ya"
Ucap Ardhan tanpa melihat Bagas atau Saira

"Eh bareng aja.. Ra,Gas, Kita duluan ya"

Disusul dengan langkah Sherlyn yang nampak berjalan cepat menyusul Ardhan yang semakin menjauh

Bagas lantas berdecak

"Setahuku Ardhan gak pernah berangkat sekolah sama cewek, apalagi semobil"
Tambah Bagas

Sedangkan Saira hanya menunduk sembari tersenyum tipis. Melepas genggaman Bagas yang tadi tidak melepas tangannya.

Pasti Bagas tahu, saat melihat Ardhan tadi Saira sangat ingin kabur dan Terimakasih gara-gara lelaki itu pula ia jadi terjebak.

"Masuk kelas gih udah mau bel masuk.. Hal penting nya kasih tau pas istirahat aja ya"

Saira berjalan lebih dulu meninggalkan Bagas





















CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang