"Ris, coba tolong periksa, biji kopi lampung kita masih ada atau gak di ruang persediaan, kalau udah abis berarti kita perlu beli stock minggu ini." Kata Lydia pada asistennya.
"Iya Bu siap."
Lydia kembali memeriksa daftar belanjanya ketika suara yang ia kenal berteriak di café-nya yang tidak telalu besar itu.
"KAK!"
Lydia menoleh dan tepat seperti dugaannya, adiknya Leia datang berkunjung. Wajahnya terlihat bersemangat. Sudah lama ia tidak melihat rona menggebu adiknya itu. Terakhir kali 2 tahun yang lalu, sebelum musibah itu terjadi. Hatinya kembali sakit mengingat hal tersebut.
"Apaan sih Dek! Lo dateng-dateng teriak!Untung café gue udah tutup." Hardik Lydia pada Leia. Hari itu memang sudah hampir tengah malam, waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.
"Kak lo harus tau.." Katanya tidak menghiraukan kejengkelan Lydia.
"Tau apa?"
"Gue tidur lebih dari 2 jam!"
"Eh? Kok bisa?! Lo minum obat lagi? Lo mabok sampe black out lagi?please Leia, enggak lagi..walaupun gue bukan kakak kandung lo, gue sayang sama lo.."
"Engga kak, kali ini gue beneran tidur tanpa harus minum obat atau minum sampe teler." Jawabnya menangkan kakaknya itu. "Gue tidur di apartemen klien gue, entah kenapa di sana gue bisa tidur, pas pertama kali gue ke sana dan ketiduran, gue kira itu cuman kebetulan karena gue terlalu capek abis pulang dari luar kota, ternyata kedua kalinya gue ke sana gue tidur lagi, terus untuk ketiga kalinya, gue tidur sampe 7 jam, dan sampe gue mimpi." Kata Leia mencoba menjelaskan keanehan yang ia alami.
"Lo tidur pules sampe mimpi? Omg Lei.." Kata Lydia lalu memeluk adek kecilnya itu erat, bahagia mendengar ceritanya. Ia tahu, adiknya sudah 2 tahun terakhir ini memiliki masalah dengan pola tidurnya. Lydia sangat khawatir melihatnya.
"Gue mimpi ketemu Alfa kak." Katanya. Hal itu membuat Lydia melepaskan pelukannya. Kemudian menatap raut wajah adiknya itu. "Mimpi yang sama kak. That starry night."
"Dek.. kamu masih nyari kelanjutan mimpi itu?" tanyanya lirih sambil mengelus pipinya. Lydia akan memanggil Leia dengan sebutan 'kamu' ketika ia ingin menunjukan perannya sebagai kakak.
"Masih dan aku belum nyerah.. tapi sayangnya aku gak punya banyak kesempatan untuk itu karena masalah tidur aku. Kali ini aku nemuin cara untuk tidur, untuk mimpi kak."
"Lei.. tapi Alfa.."
"Iya aku tau kak. Tapi hidup aku gak akan pernah bisa tenang sebelum aku menemukan kepingan mimpi yang hilang itu." Kata Leia, matanya mulai buram oleh air mata. Lydia kemudian memeluk kembali adik satu-satunya itu. Ia mengenal Leia sebagai gadis yang tidak mudah menangis. Melihat adik kesayangannya itu menangis membuatnya terluka. Ia membelai punggungnya seiring dengan tangis tak bersuara yang mulai mengalir di sudut matanya.
Long time ago..
"Lei, kamu lagi ngapain di dapur? Emang ini jadwal kamu cuci piring?" Tanya Lydia pada adiknya itu.
"Engga kak, ini bukan jadwal aku, tapi aku pengen es krim kak, aku ga enak kalau minta uang ke Ibu Rani langsung, makanya aku kerja dulu kak." Kata gadis cilik itu sambil mencuci semua piring kotor yang menumpuk di hadapannya.
"Ya Tuhan, gak apa-apa Lei ini aku kasih uang tabunganku buat beli es krim." Lydia sebenarnya kagum pada mental Leia, sejak umur dini ia tidak pernah mau menyusahkan orang lain. Leia selalu sadar ia tidak bisa mendapatkan hal secara cuma-cuma, padahal umurnya baru 5 tahun.
"Gak apa-apa dek nanti kan bulan depan aku dikasih lagi sama Ibu." Kata Lydia mencoba meyakinkannya.
"Gak perlu kak bentar lagi aku selesai kok."
"Yaudah kalau gitu, tapi aku kok liat Alfa lagi ngepel ruang depan? Dia juga kepengen es krim kayak kamu?" Tanya Lydia yang tadi juga melihat adiknya yang lain sedang sibuk mengepel lantai.
"Hah? Dia ngepel? Ih aku kan udah bilang gausah bantu, aku bisa sendiri, aku bakal marah ke dia habis ini karena gak dengerin aku!" Kata Leia menggerutu.
"Gak apa-apa dong Lei, mungkin dia emang cuman pengen bantu kamu aja." Kata Lydia memberikan pendapat.
"Enggak aku kan udah bilang ke dia, sambil turun dari kursi yang membantunya untuk dapat meraih bak cuci piring, Leia beranjak menuju Alfa yang sedang asik mengepel ruang depan.
"Al, aku kan udah bilang gamau dibantu!"
"Gak apa-apa kok Lei, aku pengen bantu, kan aku temen kamu." Kata Alfa polos. Wajah anak berumur 6 taun itu terlihat kecewa.
"Aku bakal marah sama kamu 24 jam!" Serunya menggerutu sambil pergi meninggalkan Alfa yang cemberut dan mengadu padanya. Perseteruan itupun berakhir dengan Alfa yang kemudian mengantar Leia untuk membeli es krim di warung dekat panti.
Leia dan Alfa, kedua adiknya itu telah mengisi masa kecilnya dengan memori yang tak bisa Ia lupakan. Mereka mengajarinya makna kehidupan, karena merekalah ia tidak pernah mengeluh walaupun mereka tumbuh tanpa kedua orang tua kandung. Enam tahun hidupnya ia habiskan bersama dalam satu atap. Sebelum Leia dan Alfa satu per satu pergi karena diadopsi oleh keluarga yang lebih beruntung. Walaupun tidak lagi tinggal dalam satu atap, Leia dan Alfa selalu ingat bahwa ia memiliki kakak yang selalu mereka kunjungi untuk sekedar memberikan kabar hingga berkeluh kesah, hingga saat ini. Hatinya hancur saat ia harus kehilangan salah satunya. Hatinya semakin hancur ketika melihat kondisi Leia setelah kepergian Alfa. Ia tidak sanggup jika harus kembali kehilangan satu-satunya adik kecil yang tersisa. Ia tidak akan sanggup.
****
Perkenalkan,
Kak Lydia
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Starry Night
ChickLitShe can't sleep, except.. Leia: Gue bisa tidur, akhirnya gue bisa tidur lebih dari 2 jam! Bintang: Cewek itu minta tidur bareng gue, eh maksudnya tidur di tempat gue, she'll pay me, this is weird. ... ... Leia, a girl with a forgotten past, has...