Suara bel apartemennya berbunyi tepat pada pukul 9 malam. Bintang saat itu sedang menonton tayangan natgeo wild yang mempertunjukan dokumenter keindahan laut dalam dan segala hewan-hewan aneh yang hidup di dalamnya. Bintang menyukainya, memperlihatkan bahwa di beribu kilo kedalaman laut yang gelap, masih ada kehidupan. Hal itu juga menyadarkannya seberapa kecilnya dia dibandingkan luasnya alam semesta ini.
Bintang membuka pintu apartemennya dan mendapati Leia sedang berdiri sambil membawa koper cukup besar sebagai bekalnya untuk sementara tinggal bersamanya. Rambutnya yang panjang terurai acak, wajahnya terlihat lelah, sama seperti terakhir kali ia melihatnya di kantor beberapa hari yang lalu. Mereka sepakat untuk memulai eksperimen tersebut malam ini setelah Leia menyelesaikan suatu proyek yang mengharuskannya pergi ke luar kota.
"Lo sendirian kesini?"
"Yup." Jawab Leia lalu menolak ketika Bintang berniat untuk membantunya membawakan koper yang berukuran setengah badannya tersebut. "It's ok. Gue bisa sendiri."
"Gak dianter cowok lo?" Celetuk Bintang. Smooth, entah mengapa pertanyaan itu keluar dari mulutnya.
"Gak punya."
"Hoo." Katanya. Ada efek aneh yang ia rasakan ketika Leia menjawab pertanyaan itu.
"Dimana gue bisa taro barang-barang gue Bin?" Tanyanya membuyarkan lamunan aneh Bintang.
"Hm, lo bisa taro di kamar tamu, gue udah siapin ruangannya, gak besar sih kamarnya tapi bisa dipake untuk tidur." Kata Bintang lalu mengajak Leia melihat ruangan yang akan ditinggalinya selama 30 hari mendatang tersebut.
"Thank you banget Bin, gue gak ngerti harus berterima kasih kayak gimana lagi ke lo, gue janji gue gak akan ganggu kehidupan lo selama 30 hari ini."
"Sure." He doubts that though. Fakta bahwa seorang gadis tidur di apartemennya tentu saja akan sangat 'mengganggu'-nya. Bagaimanapun juga ia adalah seorang pria normal. "Sorry sebelumnya tapi kamar mandi apartemen gue cuman ada satu, jadi kita harus sharing, lo gak keberatan kan?" Tanyanya pada Leia. Hati kecil Bintang ingin Leia merasa keberatan akan hal itu dan mengurungkan niatnya untuk tinggal bersamanya.
"Absolutely no problem, unless, you have problem with that?"Tanya Leia mengernyitkan dahinya.
Damn. She's really tough. Pikir Bintang dalam hatinya. "No. It's all right." Katanya mencoba tidak menunjukan ekspresi apapun. He's dying inside.
"Ok."
"Ok." Katanya masih mematung di hadapan Leia.
"Ok Bin, thank you, gue bisa sendiri abis ini."
"Oh ok, just in case you haven't eaten yet, I have pizza leftover in the pantry. Enjoy your stay, I hope you'll be able to sleep." Katanya sambil tersenyum. Bintang pun pamit untuk kembali ke ruang tv-nya. Di luar kamar Leia, ia menggerutu pada dirinya sendiri karena dirinya sempat mematung seperti orang tolol. Mencoba menghilangkan penyesalan di kepalanya, ia kembali meneruskan tontonan yang tadi sempat ia tinggalkan karena kedatangan Leia.
Satu hal yang ia syukuri, malam itu bisikan di kepalanya tidak sebising biasanya. Mungkin karena teralihkan oleh pikiran lain yang sedari tadi memenuhi isi kepalanya. Gadis bernama Leia Kamaleia.
****
Setelah mencuci muka dan menggosok giginya, Leia kemudian berbaring di tempat tidur yang telah disiapkan oleh Bintang. Kamar itu cukup besar untuk ukuran sebuah kamar tamu. Dari tempat tidurnya terdapat jendela yang menghadap langsung ke arah pemandangan lampu kota dan langit malam.
Hari itu sungguh melelahkan baginya. Ia baru saja pulang dari Medan untuk melakukan pemotretan display sebuah restoran hotel bintang 5 di sana. Dengan tidur minimal yang ia dapatkan setiap harinya, semua akan terasa dua kali lipat lebih berat. Leia berharap malam ini ia bisa tertidur lebih lama dari biasanya.
Leia sebetulnya masih tidak percaya Bintang akhirnya mau mengizinkan orang asing tinggal di apartemennya. Sempat Leia khawatir ketika Bintang bertanya mengenai kondisi kamar mandinya yang hanya 1 dan ia harus berbagi dengannya. Ia kira Bintang akan berubah pikirian dan mengusirnya saat itu juga. Namun Ia lega hal itu tidak terjadi.
Malam itu terasa lebih sepi karena ia harus mencoba tidur di tempat yang masih asing baginya. Leia memiringkan badannya, menatap lampu gedung Jakarta dari ketinggian. Sayup suara klakson mobil masih terdengar dari kejauhan. Jakartans indeed never sleep - pikirnya dalam hati.
Jam menunjukan pukul 02.00 AM, namun tidak ada tanda ia akan segera tidur malam itu. Leia merasa badannya sangat lelah. Sepanjang malam ia berusaha memejamkan matanya. Leia bingung kenapa keajaiban itu tidak muncul lagi. Mengapa kali ini ia kembali kesusahan untuk tertidur. Apakah karena ia tidak tidur di sofa seperti malam sebelumnya? Haruskah ia berpindah?
Pukul 03.00 AM.
Leia mulai menyerah. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuju sofa di ruang TV sekaligus ruang tamu tempat ia bisa tertidur beberapa hari lalu. Leia membawa selimutnya dari kamar, mencoba berbaring dan memejamkan matanya. Detik jam dinding masih terdengar di telinganya, seakan ikut berlomba bersama detak jantungnya. Leia semakin resah, karena ia tahu malam akan berakhir seperti malam-malam lain yang ia lewatkan selama 2 tahun terakhir ini. Ia menggerutu dalam hatinya, menghadapi kemungkinan bahwa percobaannya tidak akan berhasil. Bahwa ia tidak akan pernah menemukan mimpi itu lagi.
Waktu terus berlalu hingga akhirnya ia mendengar suara pintu kamar terbuka diiringi langkah kaki Bintang yang semakin mendekat. Matanya terbuka dan melihat Bintang berdiri di atas kepalanya, melihat dirinya terbaring di sofa dengan selimut yang membungkus sebagian dari tubuhnya.
"Leia? lo ngapain tidur di sofa?"
Leia menutup matanya dengan kedua tangannya.
"I couldn't sleep."
Thank you for reading another chapter of the story. :))
Love,
Sadddh
KAMU SEDANG MEMBACA
Starry Starry Night
ChickLitShe can't sleep, except.. Leia: Gue bisa tidur, akhirnya gue bisa tidur lebih dari 2 jam! Bintang: Cewek itu minta tidur bareng gue, eh maksudnya tidur di tempat gue, she'll pay me, this is weird. ... ... Leia, a girl with a forgotten past, has...