Bagian 229 (Tanda)

769 146 39
                                    

.
.

Sesuatu dalam dirinya, mirip dengan dirimu, Syeikh.

.
.

***

Akhirnya mereka saling berhadapan : Yoga dan Yunan.

Keduanya seolah terpaku di tempatnya berdiri. Yunan adalah yang pertama kali tersenyum padanya, tulus.

Yoga merasakan relung hatinya seolah mencair. Sesuatu dalam cara anak ini menatap dan tersenyum, menenangkan kepanikannya. Mengingatkannya pada seseorang.
Syeikh benar. Sesuatu dalam dirinya, mirip dengan dirimu, Syeikh.

Membuatnya merindukan pria tua itu, guru spiritualnya.

Kaki Yunan melangkah mendekatinya. Pandangan Yoga tak bisa lepas dari matanya yang bagai dalamnya lautan.

Begitu Yunan persis di depannya, anak itu membungkuk dan mencium tangannya. Gerak-geriknya menggambarkan penghormatan yang tulus dan tak dibuat-buat. Meluluhkan hati.

"Assalamualaikum, Om Yoga."

Setengah terpana, dia menjawab salam, " ... Wa alaikum salam."  Beberapa detik kemudian, barulah dia menyadari sesuatu.

Mata Yoga melotot sempurna. "T-tunggu dulu! Bagaimana kamu bisa tahu namaku?"

Yunan tersenyum lebar. "Tentu saja. Om terkenal. Aku lihat di TV. Om Yoga pemilik Danadyaksa Corp. kan?"

Dia terdiam, lalu otomatis menghela napas lega. Oh begitu ternyata. Dia cuma tahu itu saja kan?

Alis Yoga berkerut heran. Tunggu dulu! Kenapa dia tidak heran kalau aku tahu namanya??

"Kenapa Om berdiri di sini? Kenapa tidak masuk ke ruang tengah? Di dalam lebih ramai."

Tangannya menggaruk belakang kepala, bingung harus menjawab apa. "Eh ... iya. Nanti saja Om masuk ke sana. Masih ... em ... terlalu ramai."

Yunan tersenyum geli melihat tingkahnya. "Boleh aku berdiri di sini juga?" Tanya anak itu sambil menunjuk ke tembok di samping Yoga.

Agak heran, tapi dia mengangguk. "Boleh."

Yunan kini bersandar di tembok, persis di samping Yoga. Pria itu sibuk dengan pikirannya yang kusut.

Kenapa dia malah berdiri di sampingku?? Bagaimana kalau Ayahnya menyusul mencarinya ke sini?? Matilah akuu!!!

"Om Yoga."

Yoga berusaha memasang tampang tenang. " Ya?"

Anak itu kembali tersenyum padanya. "Terima kasih kadonya. Aku suka sekali. Terima kasih juga sudah membiayai pendidikanku."

Mulut Yoga ternganga lebar.
WHAT THE .... #*ASDJFL!!!?????
"B-ba-bagaimana kamu bisa ... ???" Saking syok, dia tak mampu menuntaskan kalimatnya.

Yunan menutup bibirnya. Nyaris tertawa. Tapi dia kemudian menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Psst. Jangan berisik. Ayahku ada di dalam. Aku sudah tahu semuanya. Bahwa Om Yoga dulu pernah dekat dengan Ibu angkatku. Aku tahu semuanya!"

"Se-semuanya??" Yoga menelan ludah. Bagaimana dia bisa tahu kalau dia dan Erika dulu pernah ... Apa Erika cerita padanya? Sepertinya tidak mungkin. Lantas, dia tahu dari mana?? Anak ini benar-benar penuh kejutan. 

Yunan mengangguk. "Sebenarnya, setelah aku tahu bahwa Om membiayai pendidikanku, aku ingin berterima kasih secara langsung. Tapi ... aku tidak bisa seenaknya menemui Om. Sebab, kalau Ayahku sampai tahu, aku kuatir ... "

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang