Bagian 340 (Membaca Pertanda)

476 100 22
                                    

.

.

Benarkah? tanya keraguan itu, bergaung di dadanya, membuatnya bergidik.

.

.

***

Mobil sedan hitam itu tiba di lobi. Seorang pelayan lelaki muda, menunduk memberi hormat, sebelum membukakan pintu. Yoga keluar dari mobil dengan pandangan tertuju ke lantai. Menaiki tangga menuju teras lobi. Dua orang pelayan wanita, dengan sigap membukakan pintu sembari memberi hormat.

"Selamat datang, Tuan Muda," sambut Bastian hangat.

"Hai, Bastian," sahut Yoga dengan senyum sepersekian detik, lalu kembali menundukkan kepala.

Bastian nampak heran. Rasa-rasanya Yoga berangkat tadi pagi dengan terburu-buru dan penuh semangat. Pasti ada sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi pada tuan mudanya itu,  tebaknya.

Dana sedang khusyuk menonton tayangan infotainment di televisi, saat mendengar langkah kaki di belakangnya.

"Nah. Kok cepat pulangnya? Gak nongkrong dulu sama calon Nyonya Yoga Pratama?" goda Dana dengan tampang usil.

Yoga menghentikan langkah. "Iya, Yah. Setelah makan siang bareng, aku langsung balik." Yoga menghampiri Dana dan mencium tangan ayahnya. "Assalamualaikum, Yah," sapanya sopan. Meski sebenarnya dia hanya ingin buru-buru mengurung diri di kamar, kebiasaannya setiap mengalami hal yang menyebalkan.

"Wa alaikum salam. Ayah kira bakal sampai malam. 'Kan sudah lama kalian gak kencan," ujar Dana sambil mengunyah kacang pillus.

"Enggak," jawab Yoga enggan. Ujung matanya menangkap tayangan di televisi.

"Sinetron berjudul 'Pelakor +62 Culamitan Met Met', sukses meraih jumlah penonton yang cukup fantastis. Sinetron tersebut, mendapat peringkat ke-dua dari top ten sinetron kesayangan emak-emak se-Indonesia."

"Ayah masih aja nonton ginian?" tanya Yoga sambil geleng-geleng kepala.

"Biarin aja, kenapa? Ayah dah bosen liatin CN* beritanya perang mulu. Nonton Discov*ry Channel, isinya hewan kawin, hewan makan, ama hewan berburu," jawab Dana asal.

"Bintang utama sinetron 'Pelakor +62 Culamitan Met Met' yaitu Christy Sagatova, dinilai sangat berbakat memainkan perannya sebagai sang pelakor."

Rahang Yoga terbuka otomatis, saat melihat wanita cantik pembawa musibah baginya itu, muncul di layar. Sedang melambaikan tangan pada para fans yang histeris.

"Jago banget dia mainnya. Dia tuh mantan kamu dulu 'kan ya? Yang ngamuk di kantor kita dan sempat bikin saham kita turun, 'kan?" tanya Dana.

Hening. Karena tak ada jawaban, Dana menoleh ke belakang. Ternyata putranya sudah tak ada di sana. Yoga sedang berjalan cepat ke arah koridor kamar, dengan kaki mengentak-entak ke lantai bagai orang marah.

"Hey bocah! Kabur aja!" teriak Dana.

"Malas lihat dia!" sahut Yoga.

Dana mengernyitkan dahi. "Dih. Kenapa tuh anak?"

"Calon pengantin gak boleh galak-galak!!" pekik Dana, cemberut, lalu melanjutkan kegiatannya menonton berita artis.

.

.

Setelah salat Ashar, Yoga merebahkan tubuhnya di kasur. Hening. Hanya terdengar suara dengingan pelan dari pendingin ruangan.

Ponselnya di atas nakas berbunyi. Dengan malas, tangannya meraih alat komunikasi itu.

Pesan dari Yunan.

ANXI 2 (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang