whether love will hurt us

1K 151 24
                                    

Bagi Taehyung, Jungkook bukan sekadar malaikat yang jatuh ke Bumi.

Semula, Taehyung memandang Jungkook tidak lebih dari manusia setengah dewa dengan sayap terluka. Sang malaikat tampak begitu lemah hingga tak bisa berdiri, jadi ketika Taehyung membawanya pulang, Jungkook tak bisa melawan, meskipun dalam hatinya terselip rasa takut. Bagaimanapun, Taehyung tetap pria asing dan Jungkook makhluk indah yang tidak berdaya; hal-hal buruk mungkin saja terjadi, bukan?

Sementara itu, Taehyung pikir Jungkook serupa dengan burung-burung langka di hutan yang bisa dijual dengan harga tinggi jika sayapnya diobati. Ya, lihatlah sayap itu; setelah lukanya dibersihkan, yang tersisa hanya warna putih berkilauan. Lihat kulit pucat Jungkook dan rona pipinya yang menarik. Lihat kedua mata hitamnya yang jernih dan bibir mungil merahnya itu. Jangan lupakan juga tubuh idealnya yang terbalut selapis tipis kain kahyangan.

Jungkook itu indah.

Dan seiring berjalannya waktu, ia menunjukkan pesona yang bermacam-macam, seperti kelembutannya dalam bertutur kata dan kehati-hatian untuk tidak melukai lawan bicaranya. Ia pun setia menunggu Taehyung pulang dari hutan dan mendengar keluh-kesah tentang kayu-kayu bermutu jelek hasil menebang. Kepolosannya sebagai makhluk langit yang tak banyak tahu tentang Bumi sangat menggemaskan-dan masih banyak lagi hal mengesankan yang memikat Taehyung.

Intinya, kapanpun Taehyung bersama Jungkook, ia merasa utuh sebagai seorang pria.

Karena ini pulalah, niatnya untuk menjual Jungkook terhapus. Jungkook 'kan bukan binatang buruan dan Taehyung ingin memiliki Jungkook untuk dirinya sendiri, apalagi Jungkook menunjukkan tanda-tanda berjawabnya perasaan itu. Akhirnya, belaian-belaian ragu Taehyung berubah menjadi kecupan-kecupan berani nan menggetarkan. Lengan kokoh Taehyung kini lebih sering terlingkar di pinggang Jungkook, seolah memang di sanalah tempatnya. Sentuhan-sentuhan cermat dan hangat ini melelehkan kebekuan yang dahulu kerap mengisi ruang antara mereka. Jiwa mereka lebur dan ketika cinta meresapi seluruh celah hati, Taehyung dan Jungkook yakin ikatan mereka tidak akan pernah terputus.

Mereka melupakan satu hal.

Jungkook-lah yang pertama mengingat hal ini setelah sayapnya sembuh sempurna awal musim semi itu. Sang malaikat menghampiri Taehyung dengan berat hati, mutiara hitamnya kehilangan binar.

"Taehyung, terima kasih karena telah merawat dan memberiku banyak kasih selama ini... tetapi sekarang, aku harus pulang ke langit."

Sontak Taehyung menghentikan pekerjaannya membelah kayu. Ia sisihkan kapaknya sebelum bertanya lirih pada Jungkook, "Kenapa? Tidakkah kau ingin tinggal?"

"Tentu aku mau tinggal, tetapi hukum kami melarang penduduk langit untuk berada terlalu lama di dunia manusia. Aku tak tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan Dewan Langit pada pelanggar aturan ini, yang jelas hukumannya sangat berat," Jungkook tertunduk sedih, "Maafkan aku..."

"Jangan minta maaf," -Jungkook terkejut ketika Taehyung mendekapnya erat-"Percayalah, kita tak akan terpisah semudah itu selama kita masih saling mencinta."

Makna kalimat ini ternyata lebih mengerikan dari yang Jungkook kira.

Karena Taehyung memintanya tinggal sehari lagi, malam itu Jungkook belum beranjak dari rumah si penebang kayu. Ia memejamkan mata letih pada akhir hari, dengan gelisah berharap malam tidak cepat berganti pagi. Ditunggunya Taehyung dengan sabar dalam kamar; mengapa pria itu tidak muncul juga? Setiap detik yang berlalu berarti banyak bagi Jungkook-karena waktu mereka bersama makin tipis.

"Jungkook, terima kasih sudah menungguku."

Tahu-tahu, Taehyung mengikat tangan dan kaki Jungkook ke tepian ranjang. Jungkook terbelalak, berusaha memberontak, tetapi ia tetap kalah.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan... lepaskan aku..."

Dan ketakutan Jungkook kian menjadi tatkala Taehyung mengeluarkan sebilah pisau dari saku celana. Ujung pisau itu berkilatan ditimpa cahaya Bulan dari jendela.

Selanjutnya, jerit kesakitan Jungkook membelah kesunyian pondok kecil itu. Sang malaikat memohon-mohon dengan wajah dibasahi air mata agar penyiksaan ini disudahi, tetapi Taehyung tak mendengar, lebih tepatnya tak peduli. Punggung Jungkook yang telanjang berwarna merah pekat, bulu-bulu yang tercerabut dari sayapnya pun demikian.

Selesai. Taehyung menghempaskan sepasang sayap Jungkook-yang baru saja ia potong-ke lantai. Jungkook terengah-engah di atas tempat tidur; yang ia lihat kini bukanlah Taehyung yang dulu mencintainya.

Monster.

"Kau kejam..." Suara Jungkook parau bercampur isak. Punggungnya yang terluka tergesek kain seprai, menyakitkan, tetapi yang lebih menyakitkan adalah cara Taehyung memperlakukannya. Inikah sosok asli pria itu? Sepasang netranya berubah hampa, kelam tanpa cahaya. Tangan yang sebelumnya senantiasa membelai lembut Jungkook ternyata mampu merobek sesuatu dengan ganasnya. Siapa orang jahat ini sesungguhnya?

"Kembalikan Taehyung yang aku sayangi... Siapapun kau, tolong kembalikan dia..."

Tak disangka, manusia buas yang memotong sayap Jungkook itu menjatuhkan pisau berdarahnya. Satu-dua bulir bening jatuh dari maniknya yang kini dipenuhi kesedihan.

"Taehyung yang dulu kau sayangi sedang berdiri di hadapanmu, Jungkook. Dia hancur karena kau akan meninggalkannya."

Tanpa bisa dilawan, Taehyung melumat bibir Jungkook yang gemetar, mengungkapkan kepedihannya akibat ucapan Jungkook pagi tadi. Berbeda dengan ciuman-ciuman lalu yang membahagiakan, kali ini Taehyung menghujamkan rasa sakitnya pada Jungkook, memahamkan sang malaikat bahwa tindakannya bukan didasarkan kebencian. Sebaliknya, cintalah yang menggerakkan Taehyung untuk melakukan segala cara demi menahan Jungkook. Bersama cinta itu pula, Taehyung menyisipkan rasa bersalah, sesal, dan amarah karena tidak ditakdirkan untuk menyatu dengan Jungkook selamanya.

Jungkook menangis, bukan lagi karena tusukan seribu jarum di punggungnya, melainkan karena luka Taehyung yang kini menoreh jiwanya.

"Jangan pergi. Jangan pernah pergi dariku." pinta Taehyung pada Jungkook sebelum memperdalam ciuman mereka. Bagaimana Taehyung membisikkan ini membuktikan betapa besar cintanya kepada Jungkook-sekaligus menimbulkan pertanyaan baru dalam benak sang bidadari.

Apakah cinta memang selalu indah dan menyakitkan pada satu waktu?

.fin

uuuu aku suka banget nulis jungkook sebagai eksistensi keindahan T.T

habis dia cantik bgt :(

Chaîne de Tristesse | v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang