Memory

1.4K 156 15
                                    

Mustahil.

Kini, di ujung penglihatan Taehyung, Jungkook masih berdiri tegak, tetapi sebaliknya, waktu tidak berputar; mereka melunak dekat kaki pemuda itu, kehilangan daya. Padahal, dari kenyataan yang Taehyung tahu, seluruh tubuh Jungkook telah ia bakar dengan kebencian. Lelaki itu bahkan rela bertahan di tengah jerit kepanasan Jungkook hanya demi memastikan pemuda itu musnah sepenuhnya. Justru waktulah yang bergulir dalam kecepatan tinggi, menggilas sisa-sisa keberadaan Jungkook hingga bersih.

Jungkook tersenyum manis, tetapi Taehyung malah merasa ngeri.

"Kita bertemu lagi."

"Pergilah, Jungkook ." Ujaran dingin Taehyung membekukan kaki Jungkook , tetapi belum lama, kristal yang memerangkap itu pecah. Selangkah pemuda manis itu mendekat, selangkah pula Taehyung menjauh.

"Pergi atau aku akan membakarmu lagi, Jungkook !"

"Oh ya, kau sudah membakarku lagi, omong-omong."

Tentu saja api yang Taehyung semburkan bersama kata-katanya melelehkan Jungkook sebatas pinggang. Ganjilnya, dengan begitu mudah Jungkook melangkah keluar api, menyeret kakinya yang molor seperti karet, dan kaki itu berangsur kembali seperti semula. Tangan Jungkook terulur hendak menyentuh Taehyung ...

"PERGI KATAKU!"

Namun bibir pucat Taehyung meneriakkan kata-kata ketakutan ini dan Jungkook jadi tidak tega. Bagaimana pun, pria malang yang terjebak dalam lanskap ini pernah bermakna lebih dalam hidup Jungkook ... tidak, ralat, yang benar adalah menempati singgasana dalam hatinya.

"Mengapa kau seakan benci sekali pada sentuhanku, padahal dulu kau selalu bilang menyukainya?" Jungkook menelengkan kepala, tampak seimut sosok yang dicinta Taehyung di masa lampau. 

"Kau mestinya sudah mati! Kebencianku sudah menghanguskanmu sampai ke tulang-tulang, kau tidak seharusnya ada di sini!"

"Tapi," Jungkook kemudian berlutut di depan Taehyung yang jatuh terduduk dan tak bisa bergerak, "aku hidup, lho, lihatlah. Aku selalu hidup, Tae, di sini menunggumu memanggilku kembali."

"Tuhan, Tuhan," Keringat dingin mulai menitiki pelipis Taehyung, mengiringi doanya, "keluarkan aku dari sini, keluarkan a–"

"Tanpa bermaksud meremehkan Dia, Tuan, kau sekarang tidak bisa pergi," Jemari lentik Jungkook membelai pipi Taehyung lembut, menyambut, "Welcome in memory."

__

Tak ada yang lebih buruk dari berkubang dalam ingatan yang paling ingin kaubuang.

.fin

my surrealistic feeling is back yeay! well, semoga ini kerasa surrealist nya O_o

Chaîne de Tristesse | v.kTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang