bab 5

23 3 0
                                    

Semakin hari, hubungan Arga dan Aisha semakin dekat. Kedekatan mereka justru membuat Aisha semakin takut untuk membuka hatinya. Namun, Arga tak mau kalah dengan Aisha. ia berusaha membuka hati Aisha. meskipun harus ribuan kata yang harus ia keluarkan.
Bagi Arga, entah apa yang ia rasakan. Aisha memiliki sisi lain. Sehingga Arga tidak semudah itu untuk menyerah. Apa yang Aisha lakukan adalah hal yang ingin sekali Arga lakukan bersama. Arga ingin sekali menjadi kebahagian kedua setelah mama dan keluarganya. Ingin sekali Aisha segera membuka hatinya, agar Arga segera dapat mengisi kekosongan hati itu.

" Sha, ada yang pengen ketemu kamu tuh " teriak Rasya dari ruang tamu.

" Siapa bang? " balasnya

" Udah deh, turun dulu. Arga tuh.. " kata Rasya.

" Oh kamu, ngapain pagi-pagi kesini " jawabnya singkat.

Andai Don, andai yang saat ini mau bertemu denganku adalah kamu. Andai waktu abang berteriak tadi adalah namamu. Mungkin aku sudah tersenyum bahagia menyapa kedatanganmu. Tapi kamu tidak nyata Don. Kamu menghilang begitu saja

Aisha tidak pernah sadar, bahwa selama ini ia masih mencintai Doni. Ia masih mengharapkan kedatangan Doni untuk kembali. Yang, bahkan jelas Doni sudah menghilang dari bumi. Hal yang membuat Aisha semakin sedih adalah. Semakin menepi semakin ia teringat kembali ke masa yang mana ia dijatuhkan ditebing yang sangat curam.
Hal-hal yang membuatnya bahagia hancur begitu saja, dengan perkataan sederhananya saat itu.

" Iya nungguin kamu la bego, masa iya nungguin rumahmu " ketus Arga di pagi hari.

Memang hari ini libur sekolah jadi Arga sengaja datang pagi untuk kerumah Aisha dan bermain. Arga memang suka rindu, ia selalu datang jika memang ia sudah tidak mampu menahan rindu pada Aisha. bagaimana tidak, tidak melihatnya satu hari saja membuat Argaa khawatir.

" Oh, emang mau ngapain disini? "

" Mau maen lah "

" Maen apaan? Ogah deh aku "

" Pengen maen cinta-cinta an tapi takut, kamu cinta beneran " jawab Arga yang tak berhentinya menggoda Aisha.

" Arga bisa nggak, sehari nggak usah reseh. Males tahu lihatnya ", ucapan Aisha agak sedikit membentak Arga. Namun Arga tak marah ataupun justru balik menyentaknya. Ia malah mengoda Aisha lagi.

" Sehari nggak ketemu kamu aja bawaannya kangen, apalagi nggak lihat. Nggak ada males-malesnya deh aku " kekeh Arga.

" Arga, kamu tuh ya lama-lama " Aisha semakin lelah dengan Arga.

Aisha bingung, entah kenapa semakin lama ia semakin takut kalau apa yang dikatakan Doni semakin terjadi. Doni membuatnya semakin ingin mengatakan kalau ia tidak mau ditinggal. Baginya Doni adalah pria yang sudah membuat hatinya nyaman. Hubungannya yang sudah 1 tahun ia jalani dengan Doni adalah hal yang tidak semudah itu bisa Aisha lupakan.

" Sha, mau nggak jalan? " ajak Doni pada Aisha.

" Lagi nggak pengen Don, pengen dirumah aja " ucapnya dengan tatapan melas pada Doni.

" Kenapa masih marah sama aku? Tentang kemarin " tanya Doni merasa bersalah pada Aisha.

" Nggak ada, aku yang salah disini "

" Maksut kamu apa? "

" Aku yang salah, kalau aku nilai kamu enggak akan ningalin aku "

" Bukan gitu Sha, aku Cuma nggak pengen kamu sakit hati " ucap Doni khawatir pada Aisha.

" Secara nggak langsung, kamu buat aku sakit hati, Don "

Doni terdiam, ia mematung tak bisa berkata apa-apa. Ucapan Aisha berhasil membuat Doni sekali lagi merasa sangat bersalah. Baginya Aisha adalah orang yang begitu ia sayangi. Namun keadaan membuat Doni bingung untuk tetap singgah atau tidak.

Sebenarnya alasan Doni meninggalkan Aisha adalah karena ia sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Kedua orang tua Doni tidak menyukai Aisha maupun keluarganya. Aisha sudah tau kalau memang kedua orang tua Doni tidak begitu menyukainya. Namun, rasa sayangnya pada Doni menutupi kekurangan yang ada pada dirinya itu.

" Sha, kalau aku jujur apa kamu mau menerima dan memaafkannya? " ucap Doni serius pada Aisha yang benar memang Aisha butuh jawaban yang mampu membuat hatinya tenang.

" Apa? Apa yang harus aku dengar darimu Don? Niatmu sama, ingin segera pergi dari sini bukan? " jelas Aisha tak kuasa membendung air matanya yang sudah tidak bisa ia tampung.

" Dengarkan dulu, tapi aku harap setelah aku menjelaskan semuanya, kamu mampu dan mau menerima kenyataannya. " ucapan Doni membuat Aisha lagi-lagi semakin khawatir.

Aisha tak berkutik apa-apa. Ia hanya ingin mendengar sendiri dari kalimat yang diutarakan Doni.

" Aku dijodohkan, Sha. Aku disuruh papa untuk segera menikah dengan orang lain. "

Hati Aisha seperti ia berdiri ditengah kala hujan. Berdiam diri, berjalan sendirian. Namun, seperti ada kilatan yang begitu menyakitkan. Seperti sayatan pisau yang tajam. Tak kuasa lagi membendung air matanya, ia malah menangis semakin jadi.

" Kenapa Don? Kenapa baru sekarang mengatakannya. Ada apa denganmu? Apakah Doni yang kukenal seperti ini? " kalimat yang Aisha ucapkan rasanya menyuruhnys untuk segera Doni pergi jauh saja.

" Maaf Sha, aku tidak memberitahumu sebelumnya. Maaf kalau sekali lagi menyakitimu " ucap Doni sambil memeluk Aisha.

" Kenapa? Kenapa harus sekarang Don? Apa se tidak sukanya orang tuamu padaku? " isak tangisnya semakin menjadi-jadi.

" Maaf Sha, membuatmu se jatuh ini.." ucap Doni yang begitu menyesal telah menyakiti seseorang yang disayangi dari dulu.

Benar Doni tidak suka dengan perjodohan ini. Namun, itu semua atas perintah orang tuanya. Membuatnya semakin sulit untuk membuat keputusan. Orang tua sedari awal memang tidak suka dengan Aisha, entah karena apa.

Semesta, apa ini? Apa ini kata-kata indah yang aku harapkan dari Doni. Apa ini jawaban dari bungkamnya Doni. Kenapa se sakit ini semesta? Aku tidak pernah meminta ini. Aku tidak suka ini semesta. Entah kenapa semuanya yang ia bicarakan dahulu, hanyalah omong kosong.

Didepan rumah Aisha..

" Sha, besok aku jemput ya , biar nggak capek naik gojek terus " ucap Arga di depan kediaman Aisha.

" Enggak usah Ga, bisa berangkat sendiri " tolak Aisha

" Mau aku jemput, apa mau aku suruh beliin kebabnya lagi? "

" Enggak deh, maunya kamu " ucapnya sedikit geli.

" Yauda kalo gitu, cepet deket, cepet cinta, cepet punya rasa sama aku, biar ibuku nggak lama nunggu buat jadi menantu " kekehnya

Aisha terdiam linglung, Arga memang pandai membuat Aisha bahagia dengan cara sederhananya itu. Bagi Aisha Arga adalah rasa takut masa lalu yang akan terjadi lagi, dan kebahagian sederhana yang menjadi saksi lekukan bibir Aisha terlukis. Yah, Arga.

Andai Sha, andai setiap hari senyuman itu terlukis karenaku. Mungkin aku tidak bosan-bosannya membuatmu tersenyum. Ingin sekali kamu segera membuka hati, namun aku tidak pernah memaksa. Aku akan tetap menunggu. Sampai rasa dan hatimu menyatu, bahwa aku pantas menghuni hatimu yang kosong itu.
gumam Arga dalam hati..

Arga, Aisha, Dan Luka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang