bab 9

11 2 0
                                    

Hari minggu adalah hari yang menyenangkan untuk semua siswa seluruh dunia tentunya.
Apalagi bagi Aisha, hari yang paling diharapkan.

Aisha sore ini bingung harus kemana. Akhirnya iya memutuskan untuk pergi ke kedai kopi favoritnya yang ada di daerah Jakarta. Kedai kopi satu-satunya yang paling Aisha suka. Matcha Latte yang nggak terlalu manis, tapi bisa mengembalikan mood Aisha yang jelek, adalah tujuan dari Aisha memilih kedai tersebut.

" Mas pesan seperti biasanya ya tapi kali ini pake ice saja. Moodku sedang baik hehehe " ucap Aisha pada barista kedai tersebut.

Setelah menunggu beberapa menit, pesanan pun datang.
Aisha langsung menyantap ice Matcha Latte kesukaannya itu. Minuman yang dapat mengembalikan mood Aisha dengan cepat.

Sembari menikmati Matcha Latte di atas balkon kedai tersebut. Membuat pemandangan sore yang dihabiskan oleh malam.

Bayangan itu datang kembali...

Hal-hal yang tidak disukai Aisha membuatnya datang kembali. Kenangan pahit yang tidak mau semua makhluk bumi merasakannya.

" Apalagi ini semesta? Kenapa kamu menghukumku dengan cara seperti ini? Aku sudah bisa hampir melupakan kejadian 2 tahun silam, namun kamu lagi-lagi menyuruhku untuk terus memikirkannya. Aku lelah dengan semua ini semesta, setidaknya sekali ini saja, restui aku untuk bahagia. " kata Aisha dengan nada pelan penuh harapan. Berharap semesta mendengar perkataannya sekali lagi..

Aisha yang tak mau terus-terus an dipaksa untuk memikirkan hal yang menakutkan itu, akhirnya ia memutuskan untuk menonton youtube di handphonenya.

Tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang membuatnya kaget, sehingga handphone yang ia genggam terjatuh ke lantai.

" Dorrr!! Hahahahahaa " teriak Arga sambil menggertak pundak Aisha.

" Eh copot, copot! " lata Aisha membuat Arga sekali lagi tertawa..

" Hahahaha, cantik-cantik kok lata " ucap Arga kemudian duduk di samping bangku yang dekat dengan Aisha.

" Kamu sih, ngapain coba pake bikin kaget segala. Biarin yang penting cantik " ketus Aisha merasa kesal dan malu karena ia lata di depan Arga.

" Tumben kesini? Ada apa? " tanya Arga pada Aisha

" Ya gapapa, emang sering aja nongkrong sendiri kesini " kata Aisha.

" Oh, nggak takut kalo sendirian disini, ada yang gangguin? "

" Enggak, udah biasa kesini. Lah kamu ngapain kesini? Ngikutin aku yaaa.. " ucap Aisha dengan PD nya..

" Dih, yang ngikutin itu siapaa " bela Arga untuk dirinya

" Bilang aja kalo kamu kangen sama aku, terus ngikutin sampe sini " masih dengan ke PD an nya yang tidak ada henti-hentinya Aisha berbicara.

" Tiap hari aku juga kesini kali " katanya singkat

" Masa iya? Kok nggak pernah kelihatan " tanya Aisha penasaran.

" Ya, sebenernya tiap hari kesini. Cuma mungkin ini kebetulan ketemu terus kebetulan jodoh juga hahaha " balas Arga dengan godaan mautnya.

" Cuihh! Apa-apan pake bawa jodoh-jodoh segala. Bilang aja deh kalo ngikutin aku " ketus Aisha dengan ke PD an yang menggila itu.

"Iya deh terserah, ngalah aja sama orang gila" kata Arga menyerah

" Mana ada orang gila, yang ada itu kamu. Orang name line kamu dihpku aja orang gila hahaha " tawa Aisha meledak saat menyebut Arga sebagai orang gila.

Arga yang tak membalas dengan kata-kata pun. Aisha menjadi alasannya mengembangkan lekukan manis di bibirnya itu. Arga memang tak suka berbicara, tapi melihat Aisha tertawa seperti itu. Membuat Arga semakin ingin segera menempati ruang kosong dalam hatinya. Ingin mengubah warna hidup Aisha yang awalnya hanya ada hitam, putih dan abu-abu. Kini ia datang dan siap memberi ribuan warna untuk menjadi alasan Aisha tertawa...

" Kedai ini bagus lo Ga, aku suka kesini " aisha membuka obrolan lagi.

" Sering banget kesini? " tanya Arga

" Iya.. Suka aja sama minuman Matcha Latte dan tempatnya yang strategis banget " jelas Aisha mendeskripsikan keadaan tempat itu.

" Padahal ini biasa aja, papa yang mendesain tempat ini " ucapan Arga membuat Aisha kaget. Apa maksud dari Papa yang mendesain ini.

" Maksutnya? " tanya Aisha pada Arga yang membuat rasa penasarannya itu bergejolak.

" Iya ini kedai papa yang punya. Dia yang ngerancang sendiri " jelas Arga membuat Aisha lagi-lagi tercengang mendengarnya.

" Seriusan??? Demi apa Ga? "

" Iya Aisha Bamasroe Wiananda, mangkannya itu aku sering kesini. Mungkin kebetulan aja semesta mempertemukan kita disini " Arga membuat Aisha terdiam.

Aisha masih belum percaya dengan perkataan Arga. Jadi selama ini tempat yang sudah hampir bertahun-tahun ia kunjungi adalah milik papa salah satu seorang temannya.

Ah teman? Apa kedekatan ku dengan Arga hanya sebatas teman? Apa hanya itu? Lantas hubungan seperti apakah yang pantas disebut dengan kedekatan kita ini.

" Sha, coba deh lihat keatas langit " sambil menunjuk ke arah langit

" Ada apa emang? " ia pun mengikutinya, lalu menoleh ke arah langit.

" Bintangnya hari ini nggak terlalu banyak, bahkan hampir tidak muncul" ucap Arga kemudian menatap ke arah mata Aisha.

" Memangnya kenapa kalo tidak ada?" tanya Aisha sambil menatap mata Arga juga

" Kamu tau kenapa bintangnya nggak muncul? " tatapan mata Arga masih tidak bisa luput dari mata Aisha.

" Kenapa? "

" Bintangnya malu Sha, takut kalah indah dari senyumanmu yang cantik itu " ucap Arga pada Aisha.

Aisha yang mendengarnya, ia langsung tersenyum. Jantungnya berdebar, serasa ingin mati saja ia saat seperti itu.

" Argaa, ish apaan sih. Kenapa harus aku coba " jawabnya sambil malu-malu.

" Pipimu merah semua,  Sha " sambil memegang kedua pipi lembut Aisha.

" Panas juga, ada apa? Kamu sakit? " tanya Arga khawatir.

Tidak, Ga. Aku tidak sakit. Kamu yang membuatku se malu ini. Aku tidak tahu harus bilang apa sekarang. Semuanya seperti mati rasa. Jantungku rasanya mati mendadak. Hal-hal yang Arga katakan membuatku tidak bisa berkata apa-apa.

Hari sudah malam, jam menunjukkan pukul 11. Aisha masih ditempat kedai yang ia kunjungi bersama Arga.

" Sha, kedainya habis gini tutup. Aku anterin pulang ya " ajak Arga untuk mengantarkan Aisha pulang.

" Aku bisa pulang sendiri kok " balas Aisha.

" Udah malam, perempuan ga baik pulang sendirian " ajak nya sambil menarik lengan tangan Aisha.

" Tunggu bentar dong ihhh, buru-buru amat " tolak Aisha kebingungan. Karena tangan nya sudah ditarik lebih dulu oleh Arga.

" Udah gausa cerewet, aku cium nih " ancam Arga yang membuat Aisha tidak bisa menolak kata-kata nya lagi.

Mereka berdua pun keluar dari kedai milik papa Arga. Aisha pulang bersama sosok pria yang masih berusaha untuk mencari kunci dan membuka celah untuk hatinya.

Saat perjalanan, Aisha menikmati pemandangan malam yang begitu sunyi. Merasakan angin malam yang semilir membuat bulu kuduknya berdiri.
Arga tahu, bahwa Aisha sedang kedinginan. Terlihat dari spion, Aisha sedang sibuk menghangatkan tubuhnya dengan tangan mungilnya itu.

" Sini tangannya, pegangan yang erat ya. Biar nggak jatuh, sekalian biar anget " ucap Arga kemudian tangan kirinya meraih tangan Aisha. Kemudian ia lipatkan di pinggang Arga.

Kini Arga dan Aisha seperti orang sedang berpacaran. Berpelukan saat diatas motor, menikmati dinginnya malam.

Aisha hanya diam, jantungnya tak berhenti berdegup. Kantuk mulai menyerang nya. Aisha tidak menghiraukan bahwa ia kini sedang berpelukan kedua tangannya melipat di pinggang Arga.

Ia hanya tersenyum, memandang Arga dari belakang kepalanya. Matanya mulai terpejam. Dinginnya angin malam, membuat Aisha yang tak kuasa menahan kantuk yang luar biasa. Ia menyendenkan kepalanya di punggung Arga.
Arga yang merasakan nya, ia hanya tersenyum kemudian, tangan kiri nya mengelus kedua tangan Aisha.








Arga, Aisha, Dan Luka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang