bab 10

12 2 0
                                    

Sesampainya dirumah Aisha...

Arga memakirkan sepeda motornya. Terlihat Aisha tak begerak sedikit pun. Ia telah tidur terlelap diatas punggung Arga. Arga yang melirik ke belakang, tidak tega membangunkan Aisha yang raut wajahnya terlihat lelah sekali..

Akhirnya Arga memutuskan untuk menggendong Aisha di belakang punggung nya. Ia membawanya masuk. Terlihat Arga sudah menunggu di ruang tamu.

" Aisha ketiduran? " tanya Rasya pada Arga.

" Iya, ini aku bawa ke atas boleh? " ucap Arga yang meminta ijin pada abang Aisha, untuk membawanya ke atas.

" Iya, langsung ke kamar nya aja. " ucap Rasya, lalu pergi ke dapur membuatkan Arga minuman.

Arga menggendong Aisha naik ke atas kamarnya dengan sangat perlahan. Ia tidak ingin Aisha sampe terbangun, karena wajahnya saja sudah terlihat sangat lelah.

Ia membaringkan Aisha diatas ranjang tempat tidur nya.
Arga duduk disebelah Aisha dengan tatapan penuh arti.

" Andai Sha, tiap hari aku ngeliat kamu tidur dan ngejagain secara deket gini. Mungkin aku enggak akan khawatir terus. Andai kamu secepatnya membuka hatimu untukku, mungkin aku akan berusaha untuk membuat bahagia dengan caraku yang sederhana. Mungkin, aku bisa membuat lupa, bahwa hatimu pernah patah. Semua emang butuh waktu Sha, aku nggak minta apa-apa. Enggak maksa keadaan, yang aku pengen cuma kamu disini baik-baik aja. Cuma itu Sha "ucap Arga duduk disebelah Aisha yang sedang tidur. Kemudian membelai rambutnya hingga pipinya.

Rasya yang tak sengaja mendengarkan kata-kata Arga teringat ketika Doni juga mengucapkan itu untuk adik kesayangannya. Tapi semua nihil, Doni memilih hilang ditelan bumi. Kemudian memberi Aisha hadiah dengan sebuah luka.

Rasya berharap, apa yang ia dengar dari mulut Arga. Menjadikan kepercayaan yang amat sangat ia percayakan pada Arga. Bahwa dia mampu dan yakin dengan keputusannya. Ia akan menjaga Aisha adiknya dengan setulus hati nya.

Rasya tidak berharap banyak, hanya kebahagiaan dan senyuman tulus dari wajah Aisha yang terlihat tidak karena paksaan. Itu sudah membuat Rasya lega.

Rasya mengurungkan niat nya untuk masuk ke kamar Aisha. Ia membiarkan Arga mengatakan semua isi hatinya pada Aisha, yang mungkin Rasya tau ia bisa menggantikan sosok yang hilang dari diri Aisha.

" Sha, andai kamu tau. Hal yang paling aku impikan saat sama kamu itu. Duduk berdua menikmati kebab dan matcha latte kesukaan kita berdua. Berbincang diatas balkon kedai. Membahas rasa satu sama lain
Tidak ada pertikaian, tidak ada perdebatan yang justru membuat hubungan kita semakin diambang perpisahan. "

" Buka lah hatimu untukku, Sha. Ijinkan aku menggantikan sosok yang hilang dari dirimu. Ijinkan aku menyembuhkan luka yang dulu. Ijinkan aku mengganti tulang rusuk yang patah di tubuhmu. Aku ingin sekali, ketika saat nya tiba. Kamu mampu dan mau membuka nya untukku Sha. Aku ingin menjadi alasanmu untuk tersenyum, menjadi alasan kenapa kamu bisa tertawa sekeras itu. Menjadikan alasan kenapa kamu se bahagia itu. Aku ingin, Sha. Sungguh ingin.. " lagi-lagi Arga berkata pada Aisha yang sebenarnya terbaring pulas dengan mimpi indahnya di ranjang.

" Tidak apa-apa Sha, kalo kamu tidak mau menjawab. Sudah malam, selamat beristirahat. Aku sayang padamu Sha. Aku pamit pulang ya.. Besok akan aku jemput " ucapan Arga terakhir kalinya sebelum meninggalkan Aisha untuk pulang kerumahnya. Karena hari sudah larut malam.

Arga turun, kemudian menemui Rasya yang tengah duduk di sofa.

" Bang, Arga pamit pulang dulu. Nggak enak udah malam " pamitnya pada Rasya.

" Minum dulu gih teh nya, udah abang buatin tadi " kata Rasya sambil memberikan se cangkir teh pada Arga.

" Udah dingin, daritadi soalnya. Tapi nggak enak jadi nunggu deh disini "

" Jadi abang tadi ke atas? Kenapa nggak masuk. Jadi gaenak deh sekarang " ucap Arga merasa tidak enak, karena Rasya telah menunggu nya sedari tadi.

" Gapapa, abang sengaja ngebiarin kalian berdua buat sendiri dulu. Jadi abang gamau ganggu " ucap Rasya menjelaskan alasan mengapa ia tak mau masuk ke dalam kamar Aisha dan memilih menunggu Arga keluar dari kamar atas.

Akhirnya Arga duduk di sofa, menikmati teh dan berbincang dengan Rasya.

" Aisha emang selalu kecapean gitu bang? " tanya Arga membuka pembicaraan.

" Iya, dia selalu kayak gini. Kalo udah bener-bener kecapean. Tapi.. " Rasya yang tak melanjutkan kata-kata nya.

" Tapi apa bang? Kenapa? " tanya Arga ingin mengetahui. Mengapa Aisha sampai tidak dapat membuka hati untuknya.

" Aisha terlalu bodoh Ga, kalo kamu ingin tahu. Ia terlalu sayang sama seseorang. Sampai dia  lupa untuk menyayangi dirinya sendiri. " ucap Rasya yang tiba-tiba mencoba terbuka kepada Arga.

" Aisha pernah dekat dengan seseorang. Aisha dibuat jatuh cinta, dibuat menghayal segala impian yang ada di otaknya, dibuat seakan terbang tinggi. Tapi dengan mudahnya, ia dijatuhkan Ga. Membuat Aisha merasa kesakitan seperti sekarang ini. Jatuh cinta bagi Aisha sudah tidak ada. " lanjut Rasya menjelaskan mengapa Aisha sampai begini. Sampai tidak mau dengan hal yang namanya jatuh cinta.

" Lantas, kenapa sampe sekarang ini Aisha larut dalam kesedihan? " banyak ribuan pertanyaan yang ingin Arga tanyakan.

" Bagaimana tidak larut dalam kesedihan Ga. Doni pria itu membuat Aisha sampai trauma dengan yang namanya cinta. Dia membuat Aisha sampai tidak bisa membuka hatinya untukmu! " nada kesal Rasya tiba-tiba keluar.

Arga terdiam mematung..

Benar, Aisha tidak pernah membuka hatinya untukku. Mungkin sekarang aku paham. Karena ini Aisha tidak bisa menjawab dan mencintaiku seutuhnya. Maaf Sha, maaf aku tidak bisa mengerti mu selama ini. Maaf karena saat itu mendiamkanmu karena  berkata kasar padaku.
Maaf Sha, aku masih belum bisa memahamimu.

Sekarang, Arga jadi paham. Itu kah alasannya Aisha tidak bisa membuka hati untuknya. Kata-kata Rasya membuatnya merasa bersalah. Karena sempat mendiamkan Aisha, saat Aisha berkata kasar padanya.

" Abang hanya ingin, ada sosok pengganti yang mampu membuka hati Aisha untuk tidak se sedih ini. Abang tidak bisa menjaga Aisha seutuhnya. Aisha sudah besar, sudah seharusnya ia memilih jalan yang akan ia tuju. Tapi, ditengah perjalanan Aisha justru tersesat. Untung abang masih bisa membawa nya pulang kembali. Seperti itu lah Aisha sekarang. " ucap Rasya dengan hembusan nada yang pasrah.

" Maaf bang, maaf belum bisa membuat Aisha senang. Maaf masih belum bisa membuat Aisha bahagia. " ucap Arga menatap wajah Rasya yang benar Rasya juga merasakan kesedihan Aisha.

" Gapapa, sudah saatnya Aisha bangkit. Ajari dia tersenyum tulus itu bagaimana. Yang abang tahu, senyuman Aisha adalah kebohongan terbesarnya. Banyak ribuan luka yang ia tutupi dengan lekukan di bibir manis itu. Abang percayakan Aisha dengan kamu Ga " kata Rasya, kemudian menepuk punda Arga. Yang mengartikan bahwa ia memberikan kepercayaan untuk menjaga Aisha.

" Iya bang, Arga janji untuk buat Aisha kembali tersenyum. Ijinin Arga buat usaha ngebuka hati yang kosong tanpa penghuni itu. " jelas Arga meyakinkan ucapannya pada Rasya.

" Abang percaya, sama kamu Ga. Jangan sakiti dia, sudah banyak luka yang orang lain berikan pada Aisha. Ia sudah tidak sanggup menopang kerasnya hantaman luka dihatinya. " tambah Rasya membenarkan ucapannya.

Arga mengangguk..
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 1 malam.

Arga segera berpamitan pada abang Aisha.

" Bang, udah malem. Nggak enak.. Arga pamit pulang duluan ya " ucap nya berdiri kemudian bersalaman dengan Rasya.

" Iya, makasih ya udah mau nganterin Aisha pulang. Maaf kalo merepotkan." tambah Rasya.

" Titip salam buat Aisha, biar besok aku yang jemput sekolahnya " ucap nya kemudian pergi meninggalkan Rasya.

Rasya mengangguk, dan kemudian ia menutup pintu rumah.

Arga pun segera meninggalkan pekarangan rumah Aisha. Dan segera pulang ke rumahnya...

Arga, Aisha, Dan Luka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang