bab 8

15 2 0
                                    

Aisha yang tidak tahu harus bagaimana. Ia pun mengambil kertas dan bulpoin yang ada di meja belajarnya..

Hanya itu kegiatan yang biasa Aisha lakukan jika sedang ada masalah ataupun tidak tahu harus berbuat apa.
Hanya tulisan yang menjadi saksi bahwa Aisha sedang tidak baik-baik saja. Tulisannya yang tidak begitu sempurna, tidak menjadikan Aisha patah untuk menulis sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya saat ini.

Ia mulai menuliskan sepucuk surat, yang entah untuk siapa. Dibaca juga baik, tidak dibaca juga lebih baik. Karena takut, yang membacanya akan merasakan luka yang sama seperti hal yang Aisha rasakan saat ini.

Pernah bahagia bersama
Pernah tersenyum bersama
Namun kini berjalan masing-masing

Pernah berjanji untuk selalu mendukung.
Namun kini terpecah belah seperti kaca.
Yang tadinya satu, kini menjadi dua.
Tak pernah menutup mata, tapi berusaha tersenyum diatas luka yang perih.
Perlahan, tapi pasti.
Luka ini akan sembuh..
Walau tak seutuhnya

Begitulah patahku saat ini.

Aisha yang sudah lelah dengan keadaannya. Ia akhirnya memutuskan untuk tidur.

Rasya masuk kedalam kamar Aisha, sengaja tak mengetuk pintu karena sudah tau bahwa Aisha sedang tidak ingin diganggu.
Raut wajah Aisha terlihat lelah sekali. Lelah dengan kegiatan lelah juga dengan keadaan.

Abang Aisha yang tak mengerti, kenapa adiknya sering kali disakiti. Hal-hal yang tidak adiknya inginkan, selalu saja terjadi padanya. Rasya yang melihat keadaan adiknya itu meneteskan air mata.

Ia mendekati adik perempuan satu-satunya yang amat ia sayangi. Meskipun Aisha menjengkelkan bagi Rasya. Tidak sedikit pun Rasya berharap adiknya tidak baik-baik saja.

Rasya mengelus kepala adiknya, dan berbicara dengan pelan.

" Maafin Abang ya Sha. Belum bisa bahagiain kamu. Maaf belum bisa menggantikan posisi seorang papa yang baik buat kamu. Dengan papa tugas negara disana, papa mungkin bangga lihat kamu Sha. Lihat kamu sekuat ini, yang dulunya kamu ngambek dan nggak mau mandiri. Sekarang kamu udah mandiri Sha. Hal-hal yang nggak kamu tau, sekarang udah kamu rasain. Tentang cinta yang nggak pernah kamu paham, sekarang kamu ngerti. Luka yang dulunya kamu belum paham betul, sekarang kamu bisa ngerasainnya. Maaf, Abang belum bisa ngejagain kamu. " kata Rasya sambil mengelus rambut dan wajah adiknya yang sedang tidur.

Rasya berbicara pada Aisha yang tertidur pulas. Matanya sembab, pipinya basah. Bibirnya gemetar dan pucat. Seperti bukan Aisha yang Rasya kenal.

Rasya mencium kening Aisha, menandakan ketulusan ia begitu menyayangi adiknya.

" Selamat tidur ya, bidadari kecil abang " langkahnya meninggalkan Aisha.

Aisha terbangun, kemudian ia meneteskan air matanya sekali lagi. Ia belum tidur sampai pulas. Hanya saja pikirannya kemana-mana. Sehingga ia terlihat tidur dengan keadaan nyenyak sekali.

Makasih bang, udah jadi bagian dari hidup Aisha. Maaf kalo Aisha masih sifatnya kekanak-kanakan. Aisha sayang sama abang.

Gumam Aisha mendengar perkataan abangnya tadi.

Flash on

" Argaa, kenapa sih diem mulu dari tadi pagi? " Aisha membuka pembicaraan pada Arga dikelas.

Karena tidak ada jadwal guru masuk hari ini. Jadi Aisha meluangkan waktunya untuk berbicara berdua pada Arga.

Kemudian Arga tiba-tiba diam.. dan tidak berbicara sepatah kata pun pada Aisha.

Arga, Aisha, Dan Luka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang