bab 12

7 1 0
                                    

" Sha, ke pantai mau?" ajak sosok laki-laki itu.

" Ngapain? Nggak ah, aku lagi bete. Nggak mau kemana-mana. " Aisha yang terlihat mager sekali untuk diajak berjalan-jalan.

" Ayo la Sha, lagian nggak akan lama kok " balasnya dengan ajakan penuh..

" Iya-iya, yasudah tunggu. " mau tidak mau, Aisha harus menuruti kemauan pria itu.

Sesampainya di pantai..

" Aku ingin mengatakan sesuatu Sha. " ucap pria itu terlihat sangat serius. Yah, Doni.

" Apa memang Don? " tanyaku padanya.

" Aku ingin pergi darimu Sha. Aku harus menikah dengan orang lain. Yang pastinya itu bukan kamu " seperti tak berdosa Doni mengatakannya pada Aisha yang berharap. Hal bahagia yang akan ia sampaikan padanya.

Bagaikan sambau ditengah jalan, yang rebah bangun karena terinjak. Seperti itulah perasaan Aisha. Sakit namun tidak dapat dijelaskan. Bahkan sakitnya sampai tidak membuatnya meneteskan air mata.

" Maaf Sha, aku baru menyampaikan ini padamu " katanya padaku.

" Seharusnya kamu tidak bilang. Aku tidak berharap ini. Pergilah.. " ucapku pada Doni yang muak untuk kulihat.

Mama Aisha yang kebingungan, karena tubuh Aisha gemetar. Ia berteriak kata Doni. Berteriak bahwa ia tidak mau bertemu dengannya lagi. Jangankan bertemu, melihatnya saja dia sudah tidak mau.

Dokter pun segera memeriksa keadaan Aisha.

" Tidak apa-apa. Nona Aisha hanya sedang berpikir dalam tidurnya. Ia setengah sadar kala itu, lalu ia memikirkan sesuatu hal yang seharusnya nggak dia pikirkan. Jadi ada kontraksi antara otak dan pikirannya. Tubuhnya lah yang menjadi gemetar. " ucap dokter itu membenarkan perkataannya bahwa Aisha baik-baik. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

" Syukurlah dok, terimakasih " ucap mama Aisha.

Arga segera kerumah sakit. Mendengar kabar dari Rasya, kalau Aisha kontraksi dengan tubuhnya.

" Tante, gimana keadaan Aisha? Dia gapapa kan? " nafas nya tidak beraturan karena ia berlari terburu-buru untuk segera ke rumah sakit.

" Diatur dulu toh nafasnya, pelan-pelan " ucap lembut mama Rasya.

" Hehehe, iya tante maaf. Habisnya buru-buru tadi dikabarin Bang Rasya kalo Aisha kenapa-napa. " sambil membenarkan nafasnya ia berbicara dengan terengah-engah.

" Iya tadinya tante juga kaget dan sedikit syok. Tapi kata dokter, dia cuma sedang memikirkan sesuatu hal yang sampai terbawa ke dalam mimpinya. " Arga yang dijelaskan oleh mama Aisha, bagaimana keadaan Aisha saat tadi.

Kini diruangan itu hanya ada mama Aisha dan Arga. Rasya yang keluar sedari tadi tak kunjung datang.

" Sha, cepet bangun dong. Mama kangen inilo" terlihat tetesan air mata yang tak ada henti-hentinya mengalir di pipi mama Aisha. Terlihat raut wajah seorang ibu yang tidak ingin kehilangan anaknya.

" Tante, " panggil Arga yang duduk di sebelahnya. Ia memegang tangan mama Aisha. Lalu berkata..

" Maafin Arga ya, belum bisa jagain Aisha dengan baik. Maafin Arga kalau Arga belum bisa ngasih kebahagiaan yang Aisha mau. Justru Arga buat Aisha jadi sakit kaya gini. Maaf ya te, Arga minta maaf banget. " ucapnya tulus mengenggam erat tangan mama Aisha. Meyakinkan ucapannya bahwa ingin sekali kebahagiaan Aisha, ia lah yang menciptakannya.

" Ndak apa-apa Ga tante sudah tau cerita tentang Aisha dan kamu. Makasih ya sudah mau mencintai dengan tulus Aisha, maaf kalau Aisha belum bisa membuka hatinya untuk Arga. "

Arga, Aisha, Dan Luka. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang