[12]

1K 114 1
                                    

•••

Setelah hampir seharian Arin dan Junkai menghabiskan waktu bersama. Sekarang dua anak remaja itu sedang mengistirahatkan diri di salah satu kursi taman.

Arin benar-benar bahagia. Sungguh! Hari ini Junkai jauh lebih perduli padanya. Bahkan nada bicaranya sedari pagi juga rendah, tidak seperti yang sudah-sudah,dingin dan datar.

“mau eskrim!” ujar Arin titiba saat tidak sengaja melihat penjual eskrim keliling. Junkai memicing terus berujar “tadikan lo udah makan eskrim”

“mau lagi” mohon Arin memelas.

“enggak! Ga boleh. Ga baik—”

“kok ga boleh? Mark aja selalu bolehin aku makan eskrim” Arin cemberut.  Dan Junkai jauh lebih cemberut. Ya bagaimana tidak! Bayangkan saja. Sedari pagi Arin terus menyama-nyamai dirinya dengan sosok Mark. Belum lagi Junkai ingat Arin salah memanggil namanya sebanyak tiga kali tadi. Bukan Junkai, tapi Mark. Ngeselin kan.

“gue bukan Mark. Lagian ga baik buat gigi kalo lo sering-sering makan eskrim”

“tapi baik buat hati, itu kata Mark”

“arin stop deh bahas mark”

“aku ga bahas mark” elak Arin enteng. Terus pergi sendiri ke penjual eskrim. Junkai yang di tinggal, hanya menghela nafas! Haruskah ia urungkan niatnya untuk menerima Arin? Tapi, mama nya butuh Arin.

Dan untuk seseorang yang bersembunyi di balik pohon sana. Dari pagi ia rasa hatinya baik-baik saja, soalnya ia jelas mendengar bagaimana namanya selalu di sebut-sebut oleh Arin. Bahagia itu sederhana! Dengan tau kalau Arin tidak terbiasa pergi tanpa dia saja, Mark sudah sangat bahagia.

“udah sore. Pulang yuk” ajak Arin saat selesai membeli eskrim.

Junkai tersenyum, hah sesaat saja ia lupa dengan rasa kesalnya. Melihat wajah Arin yang di sinari matahari membuat ruang dada Junkai menghangat. Arin memang cantik, dari dulu Junkai sadar itu. Hanya saja, sedikit kekanakan dan manja.

“duduk dulu sini! Ada yang mau gue omongin”

“apa?” tanya Arin kembali duduk di samping Junkai.

Di bawah langit yang sudah mulai berwarna jingga, Junkai menghela nafas sebentar “lo masih suka gue?”

Arin menganga sebentar, ia masih belum paham. “choi Arin gue tanya lo masih suka sama gue?” ulang Junkai yang kali ini berhasil Arin pahami.

“kok nanya gitu?ya masih lah. Rasa aku itu ga pernah luntur” jawab Arin enteng.

Junkai meneguk ludahnya lagi “mau jadi pacar gue ga?” pertanyaan kedua terlontar.

“eh! Gimana” Arin pinta di ulang. Siapa tau telinganya salah dengar kan.

Junkai tersenyum ia usap gemas pucuk kepala Arin “mau jadi pacar gue ga?”

“APA?...” Arin berdiri detik itu juga, ia jelas terkejut “... Pangeran Wang serius?” tanya Arin menggebu.

Junkai terbahak, ekspresi Arin lucu juga. Memang! Arin tidak seburuk yang Junkai kira selama ini. Terlalu banyak kejutan di gadis manja ini “iya  gue serius. Mau ga?”

[✓]Big BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang