[13]

1.1K 120 8
                                    

•••

"Mama Mark mana?!"

Sowon menghela nafas. Mau berapa puluh kali lagi sih Arin mengulangi kalimat yang sama?,pikir Sowon. Bahkan ini sudah dua hari semenjak Arin tau Mark sudah tak ada di Korea. Tapi, seperti memang lupa. Arin terus bertanya dimana keberadaan pengawalnya itu.

"mark lagi pulang kampung sayang! Udah udah hari ini kamu sekolah nya di anter pak Ha dulu ya! Besok mama janji bakal cariin bodyguard baru buat kamu"

"arin cuma mau mark" lirih Arin dan memasuki mobil dengan keadaan yang belakangan ini memang kurang semangat.

Begitulah. Arin menjalani hari dengan keadaan yang jauh dari kata baik dan ceria. Bahkan sosok Junkai yang mulai menunggunya di parkiran sekolahan, selalu Arin acuhkan. Ia malas. Di sekolah Arin lebih banyak diam, dan tidur.

"Rin gue mau ngomong" ucapan Junkai tidak di indahkan Arin. Gadis yang hari ini menguncir rambutnya itu hanya melewati Junkai-begitu saja.

"choi Arin gue mau ngomong. Lo denger ga sih" sergah Junkai lagi, Arin menghela nafas, ia lepaskan tangannya yang di genggam Junkai "apa?"

"lo kenapa sih?"

"aku ga kenapa-napa. Mau ngomong apa"

Junkai mengehela nafas sesaat "pulang sekolah nanti mampir ke rumah gue yuk! Mama rindu elo"

Arin diam untuk beberapa saat, tanpa menjawab tungkai itu kembali berjalan dan kembali juga di cegah lagi oleh Junkai. Arin menggigit bibir bawahnya kesal, matanya mendadak memanas, memang suasana hati yang amat sangat buruk "aku ga bisa. Aku ga mau. Aku ga mau kemana-mana. Aku mau di rumah"

"kenapa?lo sakit?"

"aku lagi nunggu Mark pulang hiks"

.
.
.
.







Seungcheol dan Sowon saling tatap, kertas ulangan kimia Arin sekarang berada di tangan kanan Seungcheol. "50? Kok bisa? Kamu ga belajar?" Seungcheol bersuara juga pad akhirnya.

Arin yang memang duduk di atas karpet, sekilas menatap Seungcheol terus mengangguk.

"kalo kamu belajar ga mungkin kan dapat 50. Biasanya paling rendah 75" kali ini Sowon

Arin menutup novel yang tadi ia baca. Menatap Sowon sejenak, dan merebut paksa kertas ulangan yang tadi di tangan Seungcheol. "maaf" mohon Arin yang sedikit membungkuk.

Sowon dan Seungcheol kembali saling tatap. Anak gadis mereka benar-benar aneh sekarang.

"yaudah gapapa!..." Sowon tarik Arin untuk duduk di tengah. Antara ia dan Seungcheol gitu "...lain kali belajar nya harus lebih giat, biar bisa pertahanin ranking nya ya"

"arin ga bisa,pa. Maaf..."

"iya ga-"

"arin ga bisa apa-apa lagi sekarang. Bahkan ngikat tali sepatu aja Arin ga bisa hiks! Gimana mau belajar"

"eh eh kok malah nangis? Iya gapapa gapapa"

"nanti mama ajarin deh,biar nilai kamu naik lagi"

"enggak. Arin ga mau belajar lagi. Cape"

"rin"

"arin cuma mau Mark hiks.. Papa! Mark kapan pulang, Arin kesusahan kalo ga ada Mark hiks"

Wajah khawatir dua orang tua tersebut pun berubah. Mark lagi Mark lagi. Anak gadis mereka ini benar-benar kelewatan.



















.
.
.






















Jalan seminggu. Arin benar-benar makin kelewatan. Arin yang cerewet sekarang sudah menjadi gadis paling diam di kelas. Gadis yang biasanya paling banyak menghabiskan makanan di rumah, sekarang menjadi gadis yang hanya akan makan bila di peringatkan.

Berubah drastis. Berat badannya juga turun, terlihat jelas dari tubuhnya yang mulai mengurus.

"Mau sampai kapan kamu gini,hm?!" Arin terlonjak kaget saat dimana tiba-tiba Sowon mengusap rambutnya dari arah belakang.

Arin yang tadinya sedang menikmati senja dari balkon kamar, hanya melempar sang mama senyuman simpul.

"bener kata pangeran Wang! Aku cewe manja, buktinya aja ga ada Mark aku ga bisa apa-apa. Apalagi kalo misalnya ga ada mama papa! Aku bisa gila kali ya ma"

"hutss..ngomong nya ga boleh gitu"

"itu fakta kali..." Arin peluk Sowon erat "...aku janji bakal jewer Mark dan pukulan dia kalo dia balik nanti, kalo perlu aku bakal borgol dia supaya dia ga bisa kemana-mana....Aku kesusahan!"

Sowon tertawa "mama boleh tanya?"

"apa?"

"Kamu rindu Mark?"

Arin mengangkat wajahnya untuk menatap Sowon "sangat.. hiks.sangat.. Arin rindu banget sama mark" Kan air matanya tumpah lagi.

"Kalo gitu besok kita Kenada ya..." ucapan Sowon menghentikan tangis Arin. Matanya yang basah sedikit melebar "...sekalian papa mau jenguk temennya" lanjut Sowon

"Mama serius?"

"Iya mama serius. Tapi sebelum itu kamu harus denger cerita mama dulu" persyaratan itu di angguki mantap oleh Arin. Lekas-lekas Arin usap pipinya yang basah dengan ujung baju.

"Ini soal Lee Eunsang-"

"Mama Arin ga mau di-"

"Diam dulu. Jangan nyela" peringat Sowon. Arin katup kembali mulutnya.

"Eunsang itu adek nya Mark,Rin"

••••••

••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]Big BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang