Ada yang kangen sama Mas Rendra??
Selamat membaca. Jangan lupa vote dan komennya🥰
***
Pulang dari acara MAKRAB, lagi dan lagi aku dijemput Mas Rendra. Saat ini kami dalam perjalanan menuju rumah. Aku duduk sembari menyandarkan kepala di kaca jendela mobil, mataku berat dan agak sayu. Aku juga kecapean. Kulitku jadi agak kecoklatan karena terlalu banyak melakukan kegiatan di bawah sinar matahari.
Dari ekor mata, kulihat Mas Rendra menyetir tapi pandangannya sesekali menatapku dengan khawatir. Beberapa kali juga kulihat mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi berakhir tidak jadi.
Aku menguap berkali-kali. Kusapu mata yang berair lalu beralih posisi jadi menyandar di sandaran jok. Bertepatan dengan itu, Mas Rendra kepergok melirikku lalu dia berdehem dan buru-buru mengalihkan pandangan ke depan.
Dalam hati aku tertawa geli. Benar-benar aneh, tingkah Mas Rendra itu terkadang seperti remaja seusiaku. Tidak cool sama sekali, tetapi lucu. Masa, sih duda seperti dia punya sikap seperti itu? Padahal harusnya dia bersikap dewasa karena sudah memiliki banyak pengalaman.
"Anna," panggil Mas Rendra lirih. "Capek, ya? Matamu memerah dan rautmu agak pucat."
"Hm. Aku kurang tidur."
"Perlu Mas bawa ke dokter? Atau ada yang bisa Mas bantu?"
Aku mendengkus pelan. "Please, aku bukan sakit. Aku cuma ngantuk dan nggak ada tenaga!"
Mas Rendra langsung diam. Dia fokus melihat jalan, lalu menjilat bibir bawahnya sampai basah. Berkali-kali kudengar helaan napas berat, rautnya juga tak lepas dari kecemasan.
"Aku mau tidur. Kalo udah sampai depan rumah, bangunin aja." Tanpa mendengarkan jawaban Mas Rendra, aku segera memejamkan mata.
Tak butuh waktu lama untukku tertidur, tetapi antara sadar dan tidak, dapat kurasakan sebuah sentuhan membelai pipiku dengan lembut lalu beralih mengusap-usap pelipisku. Rasanya nyaman dan aku merasa tidurku kali ini jadi lebih nyenyak walaupun hanya bersandar di jok mobil.
Entah sudah berapa lama tertidur aku tak tahu, yang pasti saat kelopak mataku terbuka, cahaya gelap langsung menyambut. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan baru sadar kalau ternyata ini di kamarku sendiri.
Leherku terasa hangat, kupingku juga menangkap deru napas seseorang. Sedikit menoleh ke arah kiri, aku menemukan Mas Rendra tertidur sembari memeluk erat perutku. Wajahnya persisi di lekukan leherku, membuat suhu tubuhku naik drastis.
Bisa-bisanya duda bangkotan ini berbuat lancang! Hei! Aku masih anak polos yang tak pernah berbuat macam-macam. Namun, setelah bertemu Mas Rendra, dia mulai mencemariku secara perlahan.
Tanganku sudah terkepal gemas, bermaksud ingin mencubit lengannya yang memeluk perutku. Saat mengambil ancang-ancang, aku mendengar Mas Rendra bergumam dalam tidurnya.
"Mas kangen Anna ..."
Mendadak tanganku mengambang di udara. Menghela napas pelan, aku memutuskan menatap langit-langit kamar. Dadaku lagi-lagi berdesir karena ucapan Mas Rendra, walaupun itu dikatakan dalam kondisi tidak sadarnya. Apa karena aku jomlo sedari lahir, makanya setiap mendengar kalimat romantis jadi seperti ini?
"Kalo sayang, kenapa sebelumnya nikah sama perempuan lain?" gumamku pelan. Kata-kata itu langsung keluar begitu saja tanpa kurencanakan.
Ada pergerakan dari Mas Rendra, hal itu langsung menarik pandanganku untuk tertuju padanya. Saat menunduk, tatapan kami langsung bertemu. Mas Rendra ternyata sudah bangun, tetapi dia tak berniat melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Ganteng Itu Suamiku (Completed)
ChickLit[Warning! Mengandung banyak kebucinan] Tetangga dan teman sekelas kompak mengataiku gadis jutek. Mereka juga bilang aku nggak pedulian terhadap lingkungan sekitar. Tentu saja aku masa bodoh dengan omongan mereka, tetapi rupanya sikap tersebut justru...