Nineteen [Edited]

480 54 46
                                    

Pria itu, seorang pria tinggi dengan wajah keras yang masih tampan walau usianya sudah mencapai 40 tahun, berjalan menuju sebuah ruangan yang begitu terpencil.

Ruangan tempatnya bersantai, mengenang satu-satunya kebahagiaan yang pernah singgah di hatinya.

Karenanya ia merasa begitu marah pada Hana ketika memergokinya di ruangan yang sangat ia jaga dengan baik.

Padahal awalnya, ia mengajak Hana ke mansion nya untuk mengawasi pergerakannya dan karena alat sadap yang ada di apartemen wanita itu.

Tidak sekalipun terpikir olehnya untuk menyiksa wanita yang sama sekali tidak ada harganya itu. Tetapi karena ia berani melanggar perintahnya, tidak ada jalan lain selain menyiksanya.

Lagipula, ia sekarang memiliki Nana. Jangan salah, ia tahu persis kalau Nana juga menginginkan uangnya, tapi setidaknya Nana tidak sebodoh Hana yang hanya tahu membalas dendam tanpa memiliki strategi.

Sedangkan Nana adalah seorang wanita yang pintar, ia tahu kapan dirinya harus menggunakan otak dan kapan harus menggunakan tubuhnya. Seorang wanita licik yang cocok menjadi pendampingnya. Ia yakin, kika mereka berdua bersanding, mereka bisa menguasai dunia dengan kelicikan mereka.

Jungwoo berputar menatap sendu dengan senyuman hangat ke arah  sebuah tembok yang tertutup tirai plastik yang menyerupai bingkai jendela.

Jemarinya memencet tombol remote kecil yang sedari tadi di genggamnya dengan hati-hati, seakan takut remote itu akan pecah jika di genggamnya terlalu kuat.

Perlahan, tirai plastik itu terbuka dan menggulung ke arah kiri dan kanannya, menampilkan sebuah papan kaca yang ditempelkan banyak foto-foto seorang pria yang terlihat mirip dengannya, seorang wanita mungil yang cantik serta seorang balita yang menampilkan senyuman menggemaskan.

Mereka adalah keluarganya. Kakaknya beserta istri dan anaknya di hari-hari bahagia meteka. Sebelum keluarga Wong menghancurkan semuanya.

Jungwoo menatap foto-foto itu dengan senyuman hangat. Manik matanya memancarkan kerinduan, kebahagian dan kehangatan hingga akhirnya ia tiba-tiba teringat keluarga Wong.

Dengan kesal ia memutar kursinya ke arah tembok lainnya yang tertutup tirai kain hitam. Sebuah tirai untuk berkabung. Dengan langkah tergesa-gesa, ia menyentak membuka tirai hitam itu dengan marah.

Di tembok itu, terdapat foto-foto beserta biodata singkat keluarga Wong, termasuk didalamnya, keponakan mereka, Namjoon dan istri, Keluarga Kim yang anaknya merupakan tunangan anak keluarga Wong dan Hana serta orang tuanya.

Terdapat garis-garis yang menghubungkan semuanya, yang menjelaskan bagaimana hubungan mereka semua. Diantara semua foto, ada satu foto yang terlihat bolong-bolong karena begitu seringnya dijadikan sebagai sasaran target dart arrow nya.

 Diantara semua foto, ada satu foto yang terlihat bolong-bolong karena begitu seringnya dijadikan sebagai sasaran target dart arrow nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Completed] HURT 2nd Season [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang