10

45 8 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote nya udah??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote nya udah??

10

****

Lena masih menunggu Lexa untuk membuka suara, dan menjelaskan semua tentang orang itu. Lena berharap semoga saja Lexa segera menceritakan nya. Tapi, ternyata tidak. Lexa bungkam seribu bahasa, ia terus menatap manik manik mata Lena tanpa membuka suara.

Kesal, ya itu yang dirasakan nya saat ini. Ia kesal karena orang itu dan Lexa yang hanya diam saja sedaritadi. Persetan, Lena lalu mengusir cowok itu agar keluar kamar.

"Keluar!" Usir Lena kejam. Biarkan, biarkan saja ia dikatakan kejam atau sebagainya. Ia tak peduli, ia sangat sangat kesal.

"Kenapa?" Tanya Lexa tak mengerti. Lexa tahu penyebabnya, mungkin karena ia tidak menceritakan siapa Jane itu. Tapi, entah mengapa, mulutnya tidak bisa menjelaskan itu semua.

"Gue muak sama lo, Lexa.."

DEG!

Seperti dihantam ribuan batu, itu yang dirasakan Lexa. Ia merasa terohok dengan ucapan Lena. Ya, Lexa memang sudah membuat cewek itu kecewa atas perbuatannya tadi.

"Maaf Lena.. gue tau gue salah.." Hanya ucapan itu yang terucap di mulut Lexa. Lena tak peduli, ia mendorong tubuh Lexa agar cowok itu keluar dari kamarnya.

Lexa tersungkur di lantai karena dorongan yang cukup kuat dari Lena. Dengan cepat Lexa berdiri dan menghampiri pintu kamar Lena. Tapi, terlambat sudah. Pintu itu sudah tertutup rapat. Mirisnya lagi, Lena mengunci pintu itu. Sialan!

"Lena! Plis!" Teriak Lexa sambil menggedor-gedor pintu kamar Lena.

Karena, sudah tak ada harapan lagi bagi Lexa, ia menyerah. Lena tidak membukakan pintu nya lagi.

"Maaf.. gue pulang dulu.. jangan lupa dimakan makanan nya, gue taruh di meja belajar lo tadi.." Ucap Lexa. Ia pasrah. Akhirnya Lexa memilih pulang. Lexa pamit terlebih dahulu ke orang tua Lena dan pulang.

****

Lena tidak bisa tidur. Mimpi itu muncul kembali. Ah, ia benci ini. Tubuh Lena bergetar hebat, ia menangis. Lagi lagi hanya bisa menangis. Lemah, ya Lena memang lemah.

Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang