Akhirnya Jeka dan Luna pasrah saja di hukum Kak Juwi untuk membersihkan toilet. Pertama mereka membersihkan toilet guru terlebih dahulu. Jeka mengelap kaca toilet dan wastafel sedangkan Luna tengah menggosok lubang closet sambil menutup hidungnya menggunakan tisu. Beberapa kali Luna hampir muntah karena baunya yang luar biasa sedap. Entah apa yang dimakan para guru hingga lubang closet amat sangat berbau busuk.
Jeka beberapa kali menoleh ke belakang melihat Luna yang terlihat mau muntah. Cowok itu jelas saja tidak tega melihat cewek secantik Luna menggosok lubang closet. Cowok itu berjalan menghampiri Luna dan mengambil alih penggosok closet membuat Luna terkejut dan beringsut mundur.
"Jeka kan saya belum selesai gosok closet-nya". Kata Luna lembut. Kadang Jeka itu sulit mengimbangi sikap Luna yang kelewat sopan. Sampai-sampai manggil orang yang seusia sama dia aja pakai 'saya'.
"Gak apa-apa, kamu terusin ngelap wastafel aja. Nanti kamu bau kalau kelamaan gosok closet". Meski gugup setengah mati berduaan sama Luna di Toilet Sekolah, tapi Jeka bersikap sok cool di depan Luna.
"Tapi nanti kamu juga jadi bau kalau gosok closet". Jeka menghentikan kegiatan menggosok lubang closet karena mendengar Luna yang ngeyel banget di kasih tahunya.
"Saya kan cowok jadi gak apa-apa bau, masa cantik-cantik kayak kamu gosok lubang closet gak pantes". Canda Jeka membuat Luna terkekeh geli. Jeka ikut tersenyum, begitu cantiknya cewek ini. Tuhan pasti lagi bahagia pas nyiptain Luna.
"Kamu bisa aja, ya udah saya terusin kerjaan kamu ya". Jeka mengangguk dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Jeka mengumpat dalam hati kala mencium lubang closet yang memang bau busuk. Kok bisa Luna betah menggosok lubang itu sedari tadi? Jeka kelonjotan karena gak kuat lama-lama di depan lubang closet, alhasil cowok itu melepaskan dasi-nya kemudian di ikatkan di kepala demi menutupi hidungnya. Meski gak bisa nafas tapi lumayan juga.
"Jeka kamu tinggal dimana?". Tanya Luna memecah keheningan diantara mereka. Luna gak suka kecanggungan lagian mereka masih harus membersihkan beberapa toilet lagi. Jadi mengakrabkan diri sama Jeka gak ada salahnya.
"Saya tinggal di Kampung Bojong, kalau kamu? Pasti di perumahan ya?". Tebak Jeka dengan suara bindeng, Luna tersenyum kecil sebelum menanggapi.
"Saya tinggal di perumahan Melati, kalau tinggal di Kampung pasti rame ya". Jawab Luna sambil terus mengelap wastafel.
"Bukan lagi, malah berisik banget. Saya aja sampai gak bisa tidur siang saking berisiknya". Curhat Jeka, maklum tinggal di Kampung kan rumahnya dempet-dempet dan banyak gang-nya. Orang tetangga bisik-bisik aja suka kedengaran.
"Rinbee itu tetangga kamu?". Tanya Luna lagi, meski Luna terkesan kepo tapi Jeka sama sekali gak merasa risih justru cowok itu seneng karena Luna mau tahu tentang dia.
"Iya cuma beda lima rumah. Kapan-kapan main ke rumah saya. Saya buka warung makan sama warung kopi". Jeka malah promosi. Emak dan Babe-nya memang buka usaha warung kecil-kecilan buat sambilan aja. Warung Doa Ibu namanya katanya biar berkah.
"Oh ya? Boleh, kapan-kapan saya mampir ya". Jeka tersenyum menatap punggung Luna, cewek itu memang baik dan juga tidak sombong. Meski anak seorang jenderal yang terhormat toh Luna masih mau merakyat dan bergaul dengan siapa saja.
"Luna kamu tahu, saya kagum sama kamu". Ujar Jeka tiba-tiba, diam-diam Luna mengulum senyum. Gak menjawab kata-kata Jeka tapi Luna cukup tersanjung dengan pujian cowok itu.
Setelah membersihkan toilet guru, Jeka dan Luna beralih membersihkan toilet cowok. Dan lagi-lagi Jeka yang mengalah untuk menggosok lubang closet. Kemudian Jooni masuk dengan terheran-heran melihat cewek yang dia kasih minuman tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiclephobia (JJK-JEB)✔
Ficção Adolescente(Selesai) Chiclephobia adalah fobia atau rasa takut mengunyah permen karet, termasuk mendengar orang mengunyahnya ataupun melihat orang mengunyah permen karet- Wikipedia 📣Note: Sebuah tulisan akan menjadi tidak berharga apabila pembacanya tidak tah...