Sepulangnya dari kegiatan study tour, Luna masih terduduk di depan gerbang sekolah di temani Jeka, Jimi, Tama, dan Rinbee. Yunarita sudah pulang dijemput sopir, sedangkan Luna masih menunggu Papa menjemput. Sekarang sudah pukul setengah tujuh malam, mata Luna sudah berat karena mengantuk. Jeka yang ada di sebelah Luna sesekali mengusap rambut cewek itu.
"Sabar, bentar lagi Papa juga dateng". Jeka merangkul bahu Luna, cewek itu sedari tadi mengeluh karena Papa-nya lama.
"Papa emang suka kayak gitu, disuruh nunggu tapi nanti tiba-tiba bilang gak bisa jemput". Luna manyun membuat Jeka terkekeh geli. Mencubit pipi cewek itu karena gemas.
"Nanti kalau Papa gak bisa jemput, biar saya yang antar". Luna akhirnya bisa tersenyum juga, Jeka itu emang paling bisa bikin Luna senyum lagi meskipun hanya dengan sebuah kata-kata.
Pim... pim...
Suara klakson mobil membuat mereka semua mengalihkan atensi ke arah Sokjin yang membuka kaca mobil. Jeka tersenyum kearah Sokjin dan dibalas senyum kecil olehnya. Sokjin tahu siapa Jeka, menurut cerita istrinya Jeka itu ketua gangster sekolah dan tengah dekat dengan putrinya.
Sokjin tidak membenci Jeka, justru Sokjin suka pria yang tangguh seperti Jeka. Hanya saja untuk saat ini rasanya bukan waktu yang tepat jika Luna menjalin hubungan dengan seorang cowok. Luna masih berdiri di pagar menuju kedewasaan. Sokjin gak mau Luna terganggu belajarnya apalagi kebablasan.
"Luna ayo pulang". Ujar Sokjin membuat Luna menatap teman-temannya dan pamit pulang. Setelah itu Luna masuk ke dalam mobil dan melihat Papa-nya yang menatap jalanan dengan tatapan datar. Luna merasa ada sesuatu yang gak beres dari Papa-nya. Luna melirik sedikit ke arah Sokjin yang nampak sedang berfikir.
"Apa ada yang mau Papa bicarain?". Cicit Luna hati-hati, Sokjin menghembuskan nafas sebelum melirik ke arah putrinya.
"Itu yang namanya Jeka?". Jujur aja Luna kaget saat Papa-nya bertanya tentang Jeka. Luna gak berani jawab karena takut Papa akan ngelarang Luna deket-deket sama Jeka. Mungkin Madam So yang udah cerita banyak ke Papa soal Jeka.
"Kenapa gak jawab? Dia pacar kamu kan?". Luna menunduk memaikan sleting jaket yang dia pakai. Papa kelihatan gak suka dan Luna tahu, apalagi Luna sebetulnya gak boleh pacaran sebelum masuk perguruan tinggi favorit.
"Maafin Luna udah langgar peraturan Papa". Jawab Luna kemudian. Bagaimanapun juga Papa juga harus tahu kalau Luna juga udah waktunya merasakan suka sama lawan jenis. Dan gak selamanya Luna harus selalu menuruti peraturan Papa-nya.
"Oke Papa maklum karena kamu masih puber. Tapi Luna, gak ada salahnya kamu jujur sama Papa. Bahkan kamu pacaran sama Jooni senior kamu aja Papa sampai gak tahu". Omel Sokjin yang baru tahu perkembangan anaknya dari Madam So yang malah lebih tahu tentang Luna di sekolah.
"Iya maaf".
"Besok suruh Jeka ketemu sama Papa!". Luna sontak saja mendongak dan menatap wajah Sokjin dengan kaget. Luna takut Papa ngomong yang enggak-enggak dan bikin Jeka sakit hati. Juga Luna sangat takut kalau Papa nyuruh Jeka buat jauhin Luna, sudah dibilangkan kalau Luna gak bisa jauh dari Jeka.
"Tapi Pa....".
"Kalau dia beneran sayang sama kamu, temui Papa sebagai lelaki sejati!". Putus Sokjin mutlak membuat Luna hanya bisa tertunduk gak bisa menolak permintaan Papa-nya.
🍬🍬
Sampai di rumah-pun Luna gak paham kenapa mendadak atmosfir ruang tengah jadi panas. Setelah mandi dan makan malam, Papa meminta Luna untuk bicara di ruang tengah. Ada Madam So juga. Luna melihat wajah Sokjin yang seakan berat untuk mengucapkan sesuatu yang gak Luna ketahui apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiclephobia (JJK-JEB)✔
Ficção Adolescente(Selesai) Chiclephobia adalah fobia atau rasa takut mengunyah permen karet, termasuk mendengar orang mengunyahnya ataupun melihat orang mengunyah permen karet- Wikipedia 📣Note: Sebuah tulisan akan menjadi tidak berharga apabila pembacanya tidak tah...