Setelah menjalani MOS selama tiga hari lamanya, Jeka gak pernah absen di hukum. Memang dasarnya cowok itu bandel. Dia berkali-kali kedapatan ngunyah permen karet selama masa MOS berlangsung. Ditambah cowok itu gak mau berpenampilan rapi, maunya seragam di keluarin, gak mau pakai dasi, dan lagi telinganya tetep mau pakai tindik kuping. Pemandu MOS udah tobat ngadepin satu kunyuk itu, Jeka lebih memilih dihukum daripada disuruh merubah penampilannya terlebih dia gak nyaman. Jadi diri sendiri aja lebih bagus kalau bagi Jeka. Tapi ya gak kayak gitu juga kali Jek!
Jeka sedari tadi menatap pantulan dirinya di kaca lemari. Hari pertama pakai seragam putih-abu kok dia baru sadar kalau ganteng. Hehe. Setelah puas ngaca, Jeka memakai jaket jeans kesayangannya. Meskipun sudah lusuh, tapi jaket itu mahal original bukan kaleng-kaleng dia bisa beli karena nabung selama setahun. Jeka keluar dari kamar dan langsung melihat adiknya bernama Somi sedang sarapan pakai bakwan jagung. Somi masih kelas dua SMP tapi semok soalnya bongsor.
Jeka lantas mencomot sebuah bakwan yang ada di piring Somi tanpa mempedulikan tatapan adiknya yang seperti laser. Jeka cuek dan mengalihkan tatapannya pada televisi yang menampilkan film kartun kesukaan Somi. Mereka kan keluarga sederhana jadi gak ada tuh yang namanya makan bersama di meja makan. Rumah mereka cuma sepetak bisa punya tempat buat berlindung aja syukur.
"Ishh... abang latah kebiasaan. Laporin nyit-nyit nih!". Ancam Somi membuat Jeka mendadak ilfiel. Nyit-nyit itu temen sekolahnya Somi yang naksir Jeka. Gara-gara diajak main ke rumah terus lihat Jeka, nyit-nyit jadi jatuh cinta. Maklum namanya juga anak kecil.
"Sono laporin, paling ntar gue masukin lubang idung tuh anak biar liang". Jawab Jeka sambil lalu gak lupa mengacak rambut Somi pakai tangannya yang kena minyak dari bakwan.
"Abanggggggggg!!!". Teriak Somi karena rambutnya jadi licin, Jeka cuma nyengir sebelum memilih ke luar dan bergegas menuju sekolah.
Baru juga masuk ke dalam kelas, Jeka terkejut mendapati Luna yang menata meja guru. Rajin banget itu cewek segala meja guru di beresin padahal perangkat kelas dan jadwal piket saja belum di buat. Sekedar informasi, ternyata pembagian gugus MOS waktu itu menentukan kelas mereka. Alhasil yang kemarin di gugus Stroberi menjadi satu kelas. Ya jelas Jeka bahagia dong, satu tahun bisa sekelas sama Luna. Gak tahu kalau udah kelas sebelas, nantinya kan mereka memilih jurusan yang diinginkan entah IPA atau IPS.
"Selamat pagi". Sapa Jeka dengan senyum cerah tak lupa mengunyah permen karet kesukaannya. Luna sempat mendongak namun buru-buru menunduk karena geli melihat Jeka mengunyah permen karet.
"Pagi juga". Jawab Luna seadanya sambil meletakkan sebuah pot bunga berserta bunga yang masih segar. Luna itu koleksi tanaman di rumah, cewek itu suka sekali menanam bunga. Selain itu Luna merupakan cewek yang cinta lingkungan.
"Kamu bawa kembang dari rumah?". Tanya Jeka keheranan, cowok itu malah salah fokus ke arah bunga yang dibawa Luna. Padahal wajah Luna udah pucat karena melihat Jeka mengunyah permen karet.
"Heum, saya suka nanam bunga". Mendadak Jeka nyengir, mungkin kalau Jeka setiap hari bawain Luna bunga cewek itu bakal kesengsem sama dia.
"Jeka, saya ke toilet dulu ya. Bye". Pamit Luna dan buru-buru pergi. Jeka hanya bisa menatap kepergian Luna dengan heran. Udah dua kali Luna mendadak takut kalau lihat Jeka? Kenapa ya?
"Apa ada setan yang nempel di tubuh gue sampai dia ketakutan gitu?". Jeka menunduk menatap dirinya sendiri kemudian mengaca di jendela kelas. Penampilan dia oke kok, ah mungkin Luna kebelet eek. Dan akhirnya Jeka duduk di bangku paling belakang sambil main ponsel.
Luna berjalan menuju toilet sebelum langkahnya dihadang oleh ketiga senior yang dia tahu merupakan pemandu MOS. Luna tersenyum ramah ke arah Juwi, Naya, dan Sarah. Ketiganya hanya membalas dengan senyum kecil saja, lebih mirip senyum sinis sih. Tapi Luna maklum namanya juga senior, dimana-mana kan gitu selalu pingin di hormati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiclephobia (JJK-JEB)✔
Novela Juvenil(Selesai) Chiclephobia adalah fobia atau rasa takut mengunyah permen karet, termasuk mendengar orang mengunyahnya ataupun melihat orang mengunyah permen karet- Wikipedia 📣Note: Sebuah tulisan akan menjadi tidak berharga apabila pembacanya tidak tah...