Delapan bulan kemudian kini sudah memasuki semester dua, dan beberapa hari lagi Luna akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Agar murid-murid tidak terlalu tegang menghadapi ujian kenaikan kelas, maka SMA Putih-Abu mengadakan study tour untuk murid kelas sebelas. Tentu saja semua murid merasa senang, pasalnya di kelas dua belas nanti tentu mereka akan menghadapi masa-masa yang berat. Dengan adanya study tour di puncak ini, mereka berharap bisa menghilangkan kegugupan ketika menghadapi ujian kenaikan kelas nanti.
Luna sedang sibuk packing, cewek itu bingung mau bawa baju yang mana. Dia pingin selalu tampil cantik di depan Jeka. Padahal Luna pakai sarung aja tetap cantik dimata Jeka. Tapi ya gitu delapan bulan lebih pacaran sama Jeka membuat Luna takut Jeka bakalan pergi pas dia lagi sayang-sayangnya.
Madam So udah hamil dua bulan, itu artinya Luna sebentar lagi mau punya adik. Luna senang karena dia kan selama ini kesepian gak ada temennya. Kalau ada bayi di rumah sudah dipastikan akan jadi ramai. Madam So masuk ke dalam kamar Luna melongok putrinya yang sedang sibuk memasukkan beberapa potong baju ke dalam koper.
"Sayang, ngapain harus bawa koper segala? Kan cuma tiga hari aja". Komentar Madam So ikut duduk di pinggir kamar Luna.
"Kan Luna mau bawa baju yang bagus-bagus Ma". Jawab Luna pendek dan terus melanjutkan kegiatannya.
"Ya ampun Luna, kamu disana nanti paling kotor-kotoran, kan kebanyakan kegiatan out door. Udah kamu bawa ransel aja". Madam So lantas mengambil ransel Luna dan alhasil Madam So yang packing. Luna cemberut karena Madam So cuma masukin beberapa potong baju dan dalaman. Mana cuma kaos-kaos sama celana jeans sisanya celana trening.
"Ma, Luna juga mau bawa dress bunga-bunga". Protes Luna.
"Ngapain bawa dress segala? Mau tampil cantik di depan Jeka si ketua gengster itu?". Tebak Madam So membuat Luna mengatupkan bibirnya. Sejujurnya Luna belum cerita sama Papa dan Mama-nya tentang hubungannya dengan Jeka. Luna takut Madam So gak setuju, terlebih Luna tahu banget gimana perlakukan Madam So ke Jeka. Kalau Sokjin juga pasti larang, karena sebetulnya Luna gak boleh pacaran.
"Luna-Luna, Jeka itu anak badung gak ada yang bisa diharapkan dari dia". Komentar Madam So membuat Luna tidak suka.
"Kok Mama bilang kayak gitu, Jeka itu baik Ma. Mama aja yang gak kenal sama dia!". Luna mulai sewot, Madam So paham kalau Luna gak suka sama perkataan dia.
"Iya Mama tahu. Jeka itu tangguh, bertanggungjawab, dan mandiri. Cuma kerjaan dia aja tiap hari tawuran gak jelas. Besok gedhe-nya mau jadi apa? Preman? Kamu mau punya suami preman?". Tanya Madam So bertubi-tubi membuat Luna menunduk gak berani jawab. Biarpun Jeka gengster tapi Luna sayang kok sama Jeka. Jeka gak pernah menyakiti ataupun melukai Luna. Bahkan bentak Luna aja gak pernah, Jeka selalu ngomong pakai nada lembut kalau sama dia.
"Belajar yang rajin, sebentar lagi kamu kelas dua belas. Maafin Mama yang agak keras sama kamu". Madam So mengecup sekilas dahi Luna dan beranjak keluar dari kamar.
Sedangkan Luna, menunduk memikirkan perkataan Madam So. Sudah jelas Madam So menentang hubungan mereka alasannya hanya karena Jeka cowok badung. Padahal Luna yakin suatu saat nanti Jeka pasti akan berubah. Cewek itu menggeleng dan mengenyahkan pikirannya yang aneh-aneh sebelum beranjak tidur. Lebih baik dia tidur dan bersiap untuk besok melukis kenangan indah.
🍬🍬
Esoknya murid-murid kelas sebelas sudah berbaris rapi di depan halaman sekolah. Mereka berbaris sesuai urutan kelas. Mendengarkan instruksi dari Pak Saga yang menjadi pemandu untuk acara study tour. Jeka dan para anak buahnya gak ikut kumpul di lapangan. Males banget dengerin Pak Saga ngoceh, mereka lebih memilih untuk nongkrong di markas sampai rombongan diberangkatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chiclephobia (JJK-JEB)✔
Novela Juvenil(Selesai) Chiclephobia adalah fobia atau rasa takut mengunyah permen karet, termasuk mendengar orang mengunyahnya ataupun melihat orang mengunyah permen karet- Wikipedia 📣Note: Sebuah tulisan akan menjadi tidak berharga apabila pembacanya tidak tah...