Bag 4; Bunga untuk Luna

836 140 24
                                    

Hari ini hari Minggu dan Luna sedang siap-siap buat pergi ke rumah Jeka. Cewek itu tengah menyisir rambut panjangnya dan memasangkan sebuah jepitan untuk menghalau poninya yang mulai panjang. Luna emang gemar mengoleksi aksesoris-aksesoris lucu maklum masih remaja. Tinggal sama Papa-nya dan cuma berdua itu sepi banget, gak berdua juga sih ada Bibi Mimi yang suka nemenin Luna.

"Non, sarapannya udah jadi". Kata Bi Mimi mengintip sedikit dari balik pintu kamar Luna.

"Oke Bi, Luna siap-siap bentar". Dan setelah itu Bi Mimi berlalu pergi. Luna menatap pantulan wajahnya sekali lagi dan tersenyum manis. Kata Mama sesedih apapun hatinya, Luna harus tetap tersenyum.

Sokjin sudah menyantap roti isinya terlebih dahulu sambil membaca koran pagi. Luna datang menghampiri dan mencium pipi Sokjin dengan sayang. Biar Papa-nya ini posesif, tapi Luna sayang banget sama Sokjin. Sokjin itu luar biasa, bisa jadi Papa sekaligus Mama untuk Luna.

"Selamat pagi Papa". Sapa Luna ceria dan mengambil duduk tepat di hadapan Sokjin.

"Pagi juga sayang, cantik banget mau kemana?". Tanya Sokjin menatap penampilan anaknya yang udah cakep banget, jadi inget Mama Luna pas masih muda.

"Luna mau ke kampung Bojong Pa, ngerjain tugas kelompok". Jawab Luna mulai menggigit roti selay kesukaannya. Sokjin terlihat menghentikan kunyahannya.

"Sama siapa kesananya? Kampung Bojong itu banyak anak badungnya nak". Jawab Sokjin mulai khawatir.

"Luna ke sana sama Yunarita Pa, kan temen satu kelompok Luna tinggal disana. Pasti ada yang jagain". Sokjin mulai bisa sedikit lega.

"Oke Papa ijinkan, tapi pulangnya jangan kesorean. Jam enam harus sampai rumah. Kalau ada apa-apa segera hubungi Papa". Luna menjawabnya dengan hormat grak seperti biasanya.

Luna menunggu Yunarita di teras rumah, nanti Yunarita bakal jemput Luna tapi kali ini mereka bakal naik Go Car. Beberapa menit kemudian Yunarita sampai dan Luna bergegas masuk ke dalam mobil. Letak Kampung Bojong dengan perumahan tempat Luna tinggal itu tidak terlalu jauh. Paling lima belas menit dan mereka udah sampai.

Karena gang rumah Jeka itu sempit, jadi mobil gak bisa masuk. Alhasil Luna berinisiatif untuk menelepon Jeka. Dan akhirnya Jeka menjemput keduanya di depan gang. Jeka cuma pakai kaos hitam polos dan celana jeans selutut aja sudah ganteng banget. Padahal sederhana hanya ala-ala cowok kampung. Namanya juga orang ganteng, mau tinggal di bawah tanah juga gantengnya tetep kelihatan.

"Hai kawan maaf nunggu lama, kuy lah ikutin gue". Sapa Jeka dengan ramah dan menggiring duo poni itu menuju rumahnya. Gak heran kalau duo poni dijadiin pusat perhatian pas mulai masuk gang pemukiman rumah Jeka. Aura mereka emang kayak bidadari, pakaiannya juga modis. Di kampung Jeka gak ada yang cantik kayak mereka. Palingan juga si Rinbee yang menjabat jadi kembang Kampung Bojong.

Pas sampai di rumah Jeka, Emak-nya Jeka yang namanya ibu kebahagiaan atau nama bekennya di Kampung Bojong adalah Joy itu langsung memekik histeris dan nyamperin mereka berdua. Sedangkan babe-nya Jeka yang swag namanya Agus, cuma ngelirik sekilas dan balik lagi baca koran.

"Massyaallah, ada bidadari dimari. Siapa namanya eneng cantik ini?". Luna dan Yunarita tersenyum ramah dan menyalami Joy.

"Halo tante saya Luna dan ini Yunarita. Kami kesini mau ngerjain tugas kelompok sama Jeka". Jawab Luna dengan sangat sopan. Jeka yang denger malah semakin terpesona dan jadi gelendotan di lengan emak-nya kayak ngerengek; mak, Jeka mau punya calon istri kayak dia mak.

"Oh begitu? Ya udah ayo-ayo masuk dulu. Tapi maaf ya tempatnya seadanya aja, maklum kan tinggalnya di kampung". Joy langsung bersihin sofa ruang tamu yang kotor, kan bajunya Luna sama Yunarita bagus-bagus takut nanti jadi kotor.

Chiclephobia (JJK-JEB)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang